37

6.1K 640 22
                                    

Agam Pangestu Dikonfirmasi Akan Membintangi Web Series After Taste sebagai Pemeran Utama!

Abel menekan ikon hati yang ada di bawah postingan itu. Ini adalah bulan keenam ia berpisah dengan Agam. Hari-hari Abel berlalu dengan begitu membosankan. Satu-satunya yang masih Abel tunggu adalah pesan dari Agam. Ya, Agam masih rajin mengiriminya pesan. Kebanyakan berisi kabar terbarunya, ada beberapa fotonya yang ia kirim dengan pose menggemaskan pada Abel. Bahkan, Agam pernah mengiriminya video saat ia mabuk dan menangis sambil merengek rindu padanya.

Semua foto dan video yang Agam kirimkan Abel simpan di galerinya baik-baik, akan ia lihat saat ia merindukan lelaki itu. Abel membaca semua pesan dari Agam, tetapi tidak meresponnya. Ia sengaja mematikan notifikasi jika dirinya sudah membaca pesan Agam supaya lelaki itu tak tahu kapan ia sudah membacanya. Abel bahkan tidak memblokir nomor ponsel Agam seperti yang pernah ia lakukan pada Aaron.

"Pengumuman. Penerbangan Batik Air B734 tujuan Praju sekarang boarding. Para penumpang dipersilakan untuk naik melalui gerbang A1. Terima kasih."

Abel menutup ponselnya, beranjak bangkit dan mengantri menuju gerbang A1 begitu mendengar pengumuman itu. Hari ini tanggal 24 Desember. Abel kembali ke kampungnya, ke desa Sembagi yang letaknya tiga jam dari pusat kota Praju. Ia mengambil penerbangan pagi supaya bisa segera tiba di rumah. Abel ingin ikut misa bersama keluarganya, lalu menghabiskan malam Natal bersama dan menghabiskan hari Natal juga bersama.

Wajahnya muram seraya ia melangkah menuju ke dalam pesawat, mencari kursinya dan duduk dengan tenang di sana. Abel melirik ke luar kaca jendela sekilas, menutup matanya dengan perasaan berat. Pesawat kemudian berangkat dari kota Parama menuju kota Praju. Selama perjalanan, Abel memilih untuk tertidur supaya bisa melupakan perasaan tak nyaman di hatinya.

Total dua jam di dalam pesawat dan tiga jam naik kereta, Abel tiba di kampungnya. Ia disambut hangat oleh ayah dan ibunya, juga adik perempuannya, Ninda.

"Kamu kok kurusan?" keluh ayahnya saat melihat Abel mendekat untuk memeluknya.

Abel hanya tertawa mendengar pertanyaan bernada protes itu, memeluk sang ayah penuh kerinduan. "Aku nge-gym, Yah! Biar berotot kayak Deddy Corbuzier!"

"Hoh! Ngawur! Jelek badanmu kayak gitu, yang bener-bener ajalah, yang penting sehat loh!" Ayahnya mengomel sambil membalas pelukannya. "Kayak nggak makan aja kamu!"

Abel memang mengurangi porsi makannya. Bukan karena ia diet, tetapi karena ia stres. Putus dari Agam, Abel mengalami banyak hal yang membuat tubuhnya mengecil dan semakin kurus. Walau ia rutin merawat diri dan berolahraga, kesedihan mempengaruhi seluruh tubuhnya. Ia malas makan karena tidak berselera, dan kadang menangis saat sedang sendirian sehingga auranya terasa muram.

"Makanya dimasakin, Yah!" balas Abel sambil tersenyum.

"Bukannya kamu yang masakin buat Ayah!" Lelaki awal lima puluhan itu menonyor kepala Abel penuh kasih sayang.

"Masih belum bawa calon suamimu?" Ibunya mengerutkan kening melihat Abel yang kelihatan mengecil. "Kamu diet ngapain loh? Badan udah kayak sisa tulang doang!"

"Ibu ngomel-ngomel aja mulu!" balas Abel, memeluk ibunya dan mengecup pipinya.

"Ya ngomel lah! Adikmu tanggal 27 nanti udah nikah, kamunya boro-boro punya pacar! Itu Agam Pangestu beneran bukan pacarmu?"

"Dibilangi, bukan!" Abel menghela napas. "Mana calonnya Ninda?"

"Di rumah lah!" omel Ninda, adiknya.

Matanya mengamati Abel dari atas ke bawah seakan sedang mengamatinya. Kemudian, ia memeluk tubuh Abel yang mengurus. Wajah Abel kelihatan lelah dan matanya sedikit sembap. Tidak ada yang benar-benar sadar, tetapi Ninda bisa melihat keanehan kakaknya.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now