7

9.9K 834 37
                                    

"Lo nggak ngundang Agam?"

Pertanyaan nyeleneh Miu membuat Abel yang sedang memanggangkan daging sapi di meja makan mendelik padanya. Matanya kontan melirik Rasen yang dibawa Miu datang kemari. Anak mereka dititipkan pada keluarga Miu. Sara dan Nessa juga membawa pasangan mereka masing-masing, sekalian katanya berfungsi untuk bantu beres-beres kalau makan-makan mereka sudah selesai.

"Apa sih, Miu?" desis Abel pelan, setengah galak dan tak enak pada Rasen.

Ya, jelas tidak enak! Miu bilang sendiri kalau Agam masih punya hubungan keluarga dengan Rasen. Kelihatan sekali kalau Rasen peduli pada Agam meski hubungan keluarga mereka sudah jauh. Mungkin, Rasen juga peduli pada Agam karena anak itu punya sikap yang baik?

Abel sudah berniat mengundang Agam sebenarnya, tetapi karena mendapat informasi dari Miu kalau anak itu harus menjaga neneknya di akhir pekan, Abel jadi urung melakukannya. Abel tidak bisa mencuri waktu Agam untuk datang kemari, sementara neneknya sedang sakit, bukan? Lagi pula, Abel juga tidak enak terang-terangan menunjukkan kepada Rasen jika dirinya sedang dalam masa pendekatan dengan sepupunya. Mana, Rasen juga sudah tahu kisahnya dengan Agam. Ah, Miu ini bermulut besar sekali!

"Agam kayaknya lagi di rumah sakit, jagain Neneknya," kata Rasen memberi tahu, bukan pada Miu, tapi pada Abel.

Abel sudah tahu. Istri tercintanya Rasen yang memberi tahu! Ia memasang senyum kikuk.

"Iya, Om. Udah dikasih tahu sama Miu, kok." Abel menekan nama Miu, melirik penuh rasa jengkel pada sang pemilik nama.

Yang namanya disebutkan hanya menyeringai lebar seraya menatap Abel puas. Bibirnya mendiktekan rangkaian kata yang membuat Abel ingin memukulnya kalau saja suaminya tidak ada di sini.

Rasain lo!

Anjing lo! balas Abel, menggerakkan bibirnya saja tanpa mengeluarkan suara.

Seringai Miu semakin lebar, kelihatan puas sekali membuat Abel salah tingkah. Perempuan itu sepertinya balas dendam pada Abel karena bermulut ember pada Rasen saat mereka berdua belum menikah dulu. Juga, Abel sering meledek Miu yang gengsian minta ampun pada Rasen. Sekarang, gilirannya yang dibuat berkeringat dingin. Sialan!

Tangan Abel berkeringat dingin sementara ia memotong daging yang dipanggangnya menjadi ukuran lebih kecil dan meletakkannya di kotak bekal sekali pakai yang ia beli. Sebenarnya, Abel berniat menyiapkan kotak bekal itu lebih dulu, tetapi teman-temannya datang lebih awal dari jam yang ditentukan. Abel jadi kelabakan sendiri dibuatnya.

"Itu buat siapa?" tanya Sara heran, membuat Abel menatap ke arahnya dengan sedikit mendelik.

Miu yang jeli melihat ekspresi Abel tentu saja memanfaatkan kesempatan itu untuk membuatnya semakin salah tingkah. "Buat Agam ya?"

"Cuukk!" bisik Abel jengkel, membuat Miu terkikik geli.

Rasen pura-pura tidak mendengar, tetapi mengulum senyum. Ia tidak masalah dan tidak juga mau ikut campur dengan urusan asmara Agam dan Abel, selama tidak mengganggu pekerjaan Agam dan tidak mengganggu waktu Agam untuk mengurus neneknya. Lagi pula, Abel kelihatannya adalah perempuan baik-baik yang mau menemani Agam di kala susah. Walau ia sedikit mengerutkan kening saat tahu jika Abel dan Agam sudah pernah berhubungan layaknya suami istri tanpa ikatan resmi. Sekali lagi, Rasen tidak masalah dan tidak mau ikut campur.

Nessa dan Sara yang terkikik, melirik wajah Abel yang panik dan merah padam. Jarang sekali bisa membuat Abel panik saat menyebut nama lelaki. Sepertinya, Abel segan sekali membahas soal Agam di depan Rasen yang punya hubungan keluarga dengan Agam.

"Udah, Miu! Lo nggak kasian apa, si Abel udah biru mukanya. Lebih panik dia sama Agam daripada sama Aaron," ledek Nessa dengan suara pelan.

"Iya juga ya. Mana inisial pertama cowok dia A lagi. Lo ada fetish apa sama cowok inisial A?" timpal Miu, melirik Abel dengan alis terangkat naik turun.

No Strings AttachedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang