26

6.6K 604 29
                                    

Agam muncul di rumah sakit dengan wajah lesu, kelihatan tidak dalam suasana hati yang baik. Matahari sudah terbenam saat Agam masuk ke dalam ruang rawat inap Marsiah yang sedang ditemani oleh Abel. Perempuan tua itu langsung tersenyum lebar menyambut Agam. Sementara, Agam langsung memeluk neneknya dengan senyuman tipis yang kelihatan lelah.

"Selamat Natal, Nek," bisik Agam, memeluk Neneknya.

"Selamat Natal juga," balas Marsiah.

Agam melepaskan pelukannya, menatap Abel yang tersenyum manis. Lelaki itu tanpa ragu mendekat kepada Abel dan memeluknya erat.

"Selamat Natal, Kak Abel," bisiknya pelan.

"Iya. Selamat Natal juga, Gam." Abel mengelus rambut Agam sejenak, bersiap hendak melepaskan pelukannya, tetapi Agam malah memeluknya lebih lama.

Ada banyak yang ingin Agam ceritakan pada Abel, tetapi ia tidak bisa karena ada Marsiah. Agam tidak mau membuat neneknya khawatir. Ia melepaskan pelukannya dari Abel dengan enggan, menatap neneknya yang sudah tersenyum-senyum melihat tingkahnya.

"Kirain kamu nggak bisa ke sini," kata Marsiah.

"Agam buru-buru ke sini waktu udah selesai syuting," balasnya. "Nenek udah makan?"

Marsiah mengangguk. "Udah, dibawain sama Abel semur ayam. Abel jago masak."

"Aku 'kan, diajari resepnya sama Nenek juga," balas Abel sambil tertawa pelan.

"Agam juga mau dimasakin semur ayam," rengek Agam pada Abel.

"Ada di rumah. Nanti kamu makannya di rumah aja," balas Abel.

Agam mengangguk kecil dengan senyum senang. Sementara, Marsiah menatap keduanya dengan tatapan bahagia. Senang rasanya melihat ada seseorang yang mencintai cucunya. Marsiah juga merasa sangat beruntung karena Agam memiliki Abel. Mereka berbincang sejenak, lalu pulang ke rumah karena Marsiah menyuruh keduanya segera kembali dengan alasan Agam kelihatan lelah.

Lalu, Agam dan Abel pulang bersama dengan naik mobil Agam. Abel memutuskan untuk menyetir karena melihat wajah Agam yang sudah sangat kelelahan. Pemuda itu sempat ketiduran di dalam mobil dalam perjalanan pulang, lalu dibangunkan dengan lembut oleh Abel saat tiba di depan rumahnya. Untungnya, Perumahan Baneswara sudah menyediakan lahan parkir untuk setiap rumah, sehingga Abel tidak perlu pusing-pusing mau memarkirkan mobil Agam di mana.

Setelah makan malam, Agam dengan manja merebahkan kepalanya di pangkuan Abel yang duduk di ranjang. Abel sedang mengirim pesan kepada adiknya, memberi ucapan Natal dan mengirimkan uang jajan untuknya dan orang tua mereka. Agam menunggu dengan sabar di pangkuan Abel, mengamati Abel yang tersenyum senang membalas pesan adiknya.

Perempuan itu meletakkan ponselnya ke nakas setelah beberapa saat mengabaikan Agam. Mata Abel melembut saat ia menatap Agam. Ia menunduk, mengecup kening Agam sayang. Pemuda itu langsung tersenyum senang begitu diberi perhatian.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Abel sambil mengusap wajah Agam.

Agam mengerucutkan bibir, bertingkah sok imut seperti anak anjing di pangkuan Abel. "Cium lagi."

Satu kecupan mendarat di puncak hidung Agam yang bangir. Abel mencubit pipi Agam. "Kenapa? Mukamu kayaknya enggak enak banget sejak balik dari syuting?"

Raut wajah Agam berubah lagi. Lelaki itu langsung merengut dengan wajah paling jengkel yang bisa ia tunjukkan. Teringat tingkah Karina yang menghalaunya pulang pada Abel membuat Agam kesal lagi.

"Agam sebel sama rekan kerja," jawabnya sewot.

"Sama siapa? Karina Ornella?" tanya Abel lagi dengan nada lembut membuat mata Agam membulat. Pemuda itu bangkit dari pangkuan Abel, menatapnya dengan wajah terkejut.

No Strings AttachedWhere stories live. Discover now