19. Pay Womb [HalilintarxReaders]

2.9K 231 91
                                    

Pay Womb

Halilintar x Readers

BoBoiBoy ©Monsta
Story ©Evlynaxlnn

•••••

"Jika anak itu sudah lahir, akan kubayar berapapun. Lalu, kau pergi."

Kata-kata itu terus (Name) dengar dari seorang pria yang menghamilinya. Bukan karena khilaf, tapi istri si pria itu tidak bisa mengandung anak. Jadilah seperti ini, ia mencari rahim lain untuk mengandung anaknya.

Halilintar itu pria kaya. Apapun bisa dilakukannya. (Name) hanya merupakan rahim bayaran di mata Halilintar. Ia tak mencintai (Name). Semua ini ia lakukan karena keinginan orang tuanya.

Melihat kepergian Halilintar, ia kembali terduduk di sofa. Sejujurnya, ia merasa sedih hanya diperlakukan rendah seperti ini. Namun, (Name) mana bisa protes. Ia bukanlah siapa-siapanya Halilintar, hanya rahim yang dibayar.

(Name) menunduk, menatap perutnya yang sedikit membesar karena usia kandungannya sudah memasuki bulan ketiga.

"Kalau kamu udah lahir, kamu harus sayang sama orang tuamu itu, ya ... jangan aku. Aku 'kan cuma tempat kamu selama sembilan bulan." gumam (Name)

(Name) tak boleh beremosi negatif. Itu bisa berpengaruh negatif juga untuk anaknya. Ia memutuskan untuk bangun, lalu melakukan aktivitas kecil untuk mengalihkan perhatian.

Kegiatannya itu dilihat oleh Bi Ida; seorang pembantu di rumah besar itu. Ia pun menghampiri (Name).

"Non, ngapain Nona bersih-bersih?" tegur Bi Ida

"Eh? Emm, aku bosan, Bi, daripada duduk-duduk terus."

"Tapi 'kan, Nona lagi hamil."

"Enggak apa-apa, Bi, cuma aktivitas ringan ... enggak buat aku capek."

"Beneran? Mendingan Nona duduk aja, sana. Nanti Tuan marah, bagaimana?"

(Name) pun terdiam mendengarnya. Lalu tak lama kemudian, ia kembali tersenyum tipis. "Dia gak akan marah, Bi ... 'kan aku bukan istrinya."

Bi Ida sedikit menghela napasnya. "Tapi, Nona lagi mengandung anaknya."

(Name) jadi bingung mau menjawab apa. Ia tak mau bengong-bengong saja, nanti malah balik ke mode sadgirl.

Pada akhirnya (Name) kalah, ia kembali duduk di sofa sambil menyimak Bi Ida yang melanjutkan aktivitasnya tadi.

Di tengah hal itu, (Name) teralihkan perhatiannya saat pintu rumah terbuka, menampakkan Yena; istri sah Halilintar.

Ia berjalan ke arah (Name) dengan tampang sombongnya. Bagaimana, ya? Dia ini tak suka dengan (Name) karena dirinya yang mengandung anak dari suaminya, bukan Yena. Mau tak mau, Yena terima saja kehadiran perempuan yang baginya hanya seorang perempuan murah.

"Lo, bawain nih tas." Yena melempar tas tangannya ke arah (Name).

Untung (Name) tangkap. Ia pun segera pergi ke kamar Halilintar dan Yena untuk meletakkan tas tersebut. Lalu, kembali lagi ke ruang tamu.

"Oh ya, sekalian buatin teh. Gulanya jangan sampai menggunung di sendok teh-nya." ujar Yena

(Name) tak menyahut, ia hanya melakukan apa yang disuruh Yena. Yena menyeringai puas karena dapat menyuruh-nyuruh (Name) dan (Name) iya-iya saja.

Bi Ida sebenarnya gedeg dengan Yena. Sifatnya yang tak baik, suka menyuruh-nyuruh orang padahal ada Bi Ida yang bisa disuruh daripada (Name). Bi Ida pun berinisiatif menghampiri (Name) di dapur.

BoBoiBoy and ReadersWhere stories live. Discover now