36. Unilateral [TaufanxReaders]

1.5K 126 6
                                    

Unilateral

Taufan x Readers

BoBoiBoy ©Monsta
Story ©Evlynaxlnn

•••••

Di sebuah kediaman sederhana, yang hanya ditinggali dua orang, seorang pemuda berjalan menuju sebuah kamar yang sedang diisi seorang gadis kecil. Ia membuka pintu kamar tersebut, dan yang ia lihat pertama kali adalah sebuah gundukan di atas tempat tidur.

Pemuda itu menyunggingkan senyum lalu menghampiri tempat tidur tersebut. "Dek, ayo bangun. Mataharinya udah nyambut kita," ucapnya seraya menyingkapkan selimut.

Dengan terpaksa gadis kecil itu bangun, kedua matanya terasa lengket untuk dibuka sebab kantuk yang masih menguasainya. "Umm... nanti aja. (Name) 'kan enggak sekolah."

"Harus bangun pagi juga! Biar gak jadi pemalas, tau."

"... Ya udah, deh, (Name) mau pergi cuci muka dulu."

"Ya udah, sana." ucap Taufan seraya mengacungkan jempol.

Tumbuh dengan didikan Taufan selama setahun terakhir sudah dirasakan oleh (Name). Bukan tanpa alasan, (Name) menjadi tanggungjawab Taufan sejak tahun lalu sebab (Name) sudah tak memiliki orang tua.

Taufan selaku orang dekatnya (Name), dengan senang hati mengasuh anak kecil itu. (Name) itu memiliki sanak-saudara jauh, sih, tapi tak ada yang mau mempertanggungjawabkan hidup anak kecil itu. Sebab itulah, Taufan dan (Name) sudah seperti kakak-adik.

Namun, apa benar keduanya sudah sama-sama merasakan hal itu?

──⁠─

Rasa sayang itu bisa dirasakan pada siapapun. Sayang dalam pertemanan, keluarga, ataupun berpasangan. (Name) juga bisa merasakan hal itu pada Taufan ... atau justru, cinta? Anak sekecil dirinya tau apa tentang cinta?

Apapun artinya, (Name) hanya ingin ada di dekat Taufan selalu. Disayangi olehnya, tertawa bersamanya, dan pokoknya tak ada yang boleh jadi penengah diantara mereka!

Apalagi, jika itu sampai memisahkan dirinya dari Taufan.

"Sekolah yang benar ya, dek. Temenan yang benar juga, dan jangan--"

"--Pacaran!"

"Pinter. Siniin pipinya,"

(Name) pun mendekat kala Taufan menyamakan tinggi dengannya, lalu pemuda itu mengecup pipi tembam (Name) serta juga keningnya.

"Gede banget, sih, pipinya habis disengat lebah, ya?"

"Ih, enggak!"

Taufan terkekeh, lalu ia pun berdiri. "Ayo berangkat."

(Name) meraih tangan Taufan untuk digandengnya, kemudian Taufan mengantarkan (Name) ke sekolahnya lebih dulu, sebelum akhirnya ia pergi ke tempat kerja.

=====

Jam enam sore, Taufan baru tiba di rumah. Ia yakin jam segini (Name) sudah pulang, tadi ia tak sempat menjemputnya karena tak dapat celah beristirahat di siang hari. Ia juga tak bisa mengabari (Name) tentang itu karena anak kecil itu tidak memiliki handphone dan belum bisa Taufan memberikan.

"Bang Upan!" ucap anak kecil itu dengan ceria dan langsung menghantam Taufan dengan pelukan.

Taufan hanya terkekeh kecil, tangannya terulur mengelus rambut halus (Name). "Maaf ya, tadi abang gak sempat jemput karena sibuk banget."

"Iya, gak apa-apa. Tadi aku gak pulang sendiri, kok, tadi tuh aku jalan kaki sama teman yang rumahnya searah."

"Capek gak jalan kakinya?" Taufan menggendongnya, lalu mengajaknya duduk di sofa.

BoBoiBoy and ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang