1. Jayabaya 8-A

80.5K 2.1K 17
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAsyakina, gadis dengan abaya hitam dan khimar yang juga berwarna hitam berjalan sedikit cepat mengingat sebentar lagi keretanya berangkat

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Asyakina, gadis dengan abaya hitam dan khimar yang juga berwarna hitam berjalan sedikit cepat mengingat sebentar lagi keretanya berangkat. Asya-panggilan akrabnya, berjalan semakin cepat saat mendengar pengumuman kereta akan berangkat.

Kereta Jayabaya tujuan Malang.

Puhh,

Setelah beberapa menit hampir berlari, Asya akhirnya berhasil naik ke dalam kereta walaupun dia harus berjalan lagi ke belakang karena tempat duduknya ada di gerbong terakhir. Berjalan pelan sambil berpegangan kepada kursi yang dia lewati. Gerbong di depan tampak ramai, tapi semakin ke belakang, semakin sepi. Asya khawatir jika tidak ada orang yang satu gerbong dengannya.

Gerbong lima. Asya sekali lagi memastikan tiket yang dia pegang. Benar. Dia duduk di gerbong lima, kursi 8-D. Asya melangkah melewati penghubung gerbong empat dan lima, bernapas lega saat melihat ada tiga orang di gerbong tersebut. Satu pria yang duduk satu baris dengannya, di kursi 8-A dan seorang pria paruh baya dan wanita yang juga paruh baya -yang sepertinya suami istri, duduk di baris belakang.

Asya menyimpan ranselnya terlebih dahulu di kursi, lalu menaikan tas jinjing yang berisi kamera tambahan di tempat penyimpanan barang di atas. Setelah itu Asya duduk dan bernapas lega. Asya menoleh ke samping, pria yang duduk satu baris dengannya tampak asik dengan buku yang dia pegang, lalu beralih melihat ke belakang, pasangan tersebut sedang mengobrol menggunakan bahasa Jawa yang Asya tidak mengerti.

Asya mengeluarkan laptop dari tas ranselnya, perjalanan kali ini sangat panjang, dia bisa mengerjakan satu, dua pekerjaan atau sekedar melanjutkan ceritanya yang sudah cukup lama dia tinggalkan.

Drtttt drttr,

Asya mengambil ponselnya dari dalam saku abayanya, lalu mengangkat panggilan tersebut setelah melihat nama yang tertera, Pak Imam, atasannya.

"Assalamualaikum, Pak."
"Waalaikumsalam Sya, kamu udah di jalan?"
"Iya Pak, ini saya baru naik kereta."
"Loh, kok kereta? Bukannya pesawat?"
"Lagi pengen naik kereta, Pak. Sekalian jalan-jalan."
"Naik kereta sore gini apa yang bisa dilihat, Sya? Aduh aneh-aneh saja kamu."

Asya hanya terkekeh pelan,

"Oh iya, saya punya kabar bagus."
"Kabar apa Pak?"
"Bulan depan kamu bisa pergi,"

Asya terdiam, dia tidak salah dengar kan?

"Sya? Kamu baik-baik saja kan?"
"Eh.. ah iya Pak, ini serius Pak?"
"Serius lah, mana mungkin saya telepon gini kalo ga serius."
"MasyaAllah, alhamdulillah. Terima kasih ya Pak!"
"Iya Sya, kamu siapkan berkas yang lainnya ya, nanti saya kasih tau apa saja."
"Iya Pak, siap."
"Selamat ya Sya, terima kasih juga udah mau gantikan Budi buat ke Malang."
"Iya Pak, gapapa, saya senang kok."

Hakim Där berättelser lever. Upptäck nu