ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim, Asya dan keluarga mereka sudah kembali pulang ke Jakarta. Selama di Malang, Asya dan Hakim tidak jadi pergi ke mana pun. Setelah bunda keluar kamar dan menemui Asya tempo hari, bunda langsung menemui Hakim dan memberi tahu apa yang membuat Asya memperlakukan Sarah seperti itu. Hakim yang mendengar itu langsung menemui Asya yang sedang makan di kamar, Asya langsung menghentikan tangisnya lalu makan dengan cepat."Maafkan saya humaira," ucap Hakim berkali-kali saat itu, Asya hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Hakim.
Dan sejak itu, Asya menghindari Hakim juga berusaha sejarang mungkin untuk berbicara dengan Hakim, tidak berbicara kecuali ditanya. Asya juga menolak semua ajakan Hakim untuk jalan-jalan, juga semua makanan yang Hakim beli.
Sampai di rumah, Asya langsung masuk dan naik ke kamar, merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata.
"Humaira," panggil Hakim pelan, duduk di pinggir ranjang.
"Ayo kita bicara dulu, tidak baik marah berlarut-larut." Ucap Hakim lembut, Asya tidak menjawab sampai Hakim memegang tangan kanannya,
"Asya cape, Mas. Nanti aja ya." Jawab Asya,
Hakim mengalah, dia mengecup kening Asya sekali lalu keluar kamar. Tapi beberapa saat kemudian, Hakim kembali dan mengatakan dia harus ke kantor sebentar.
"Boleh ya?" Tanya Hakim,
"Iya."
"Saya janji sebentar. Kalau ada apa-apa langsung telepon."Asya hanya bergumam, masih memejamkan mata. Hakim menghela napas pelan, kembali mengecup kening Asya lalu mengucapkan salam dan pergi ke kantor. Benar-benar ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Selepas Hakim pergi, Asya membuka matanya. Dia turun dari ranjang dan berjalan ke luar kamar, langsung ke dapur. Asya lapar. Dia melihat jam dinding yang sudah pukul tiga sore, sebentar lagi asar.
Di sisi lain, Hakim yang baru sampai di kantor langsung mengerjakan pekerjaanya, beberapa jam kemudian, dia berhenti saat ponselnya berbunyi. Ada pesan dari suaminya Halimah yang mengirimkan video rekaman cctv di teras belakang tempo hari.
Hakim menonton dengan seksama, suara yang terekam tidak begitu terdengar tapi sangat jelas. Hakim mengepalkan tangannya, dia tahu Asya tidak mungkin berbohong, hanya saja dia perlu memastikan, karena Asya tidak mau berbicara sama sekali dengannya. Hakim meminta kepada suami Halimah untuk mengirimkan video ini sebelum mereka pulang ke Jakarta tadi siang.
Hakim membereskan bawaannya, masa bodoh dengan pekerjaannya saat ini, harusnya dia langsung percaya saat Asya mengatakan dia tidak bersalah. Hakim mengendarai mobilnya cukup cepat, jalanan sudah kembali macet selepas libur panjang Idul Fitri.
YOU ARE READING
Hakim
Spiritual[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu baris dengannya di kereta malam itu. Hakim menolak untuk percaya. Tapi, takdir membawa Hakim kembal...