50. Nanti Kita Seperti Ini

23.1K 1.5K 185
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAsya mematut dirinya di depan cermin, tersenyum menatap wajahnya yang tidak lagi muda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Asya mematut dirinya di depan cermin, tersenyum menatap wajahnya yang tidak lagi muda. Hari ini adalah satu Syawal, hari pertama Idul Fitri. Dan ini adalah Idul Fitri ke tiga puluh Asya bersama Hakim. Iya, tiga puluh. Mereka sudah bersama selama itu, dan akan bersama selamanya.

Banyak yang berubah dalam tiga puluh tahun, tentu saja, itu bukan waktu yang sebentar. Banyak yang datang dan bertambah, dan tidak sedikit juga yang hilang dan pergi.

Keluarga kecilnya sudah berubah menjadi keluarga besar. Asya sedang menunggu putra dan cucu mereka untuk mengunjunginya. Mereka semua sama-sama di Jakarta, tapi tentu saja di tempat yang berbeda. Setiap tahun, mereka akan bergiliran untuk merayakan Idul Fitri hari pertama di rumah Hakim dan Asya atau di rumah mertua mereka. Seperti yang Asya lakukan juga selama ini. Tapi sekarang, Asya sepenuhnya hanya akan merayakan Idul Fitri bersama Hakim. Seperti yang tadi disebutkan, banyak yang hilang dan pergi, termasuk orang tua Asya.

Asya mengembuskan napas pelan, walaupun sudah lama, tapi rasa kehilangan itu masih terasa jelas di hatinya.

"Sayang."

Asya menoleh, Hakim memunculkan kepalanya di sela pintu.

"Ayo, mereka sudah datang." Ajak Hakim,

Asya mengangguk, berjalan keluar menggandeng Hakim.

"EYANG!!"

Asya terkekeh pelan, rumah tiba-tiba menjadi ramai. Ketiga cucunya berebut memeluk Asya dan Hakim.

"THR dong Eyang." Ucap si sulung putra Husain,
"Ga sopan banget kamu tiba-tiba minta THR." Ucap Husain,
"Halah, kamu juga dulu gitu." Sahut istrinya,
"Dih kamu aja kali, gue mah engga."

Hasan yang baru masuk menggeleng kepalanya pelan, menghampiri Asya dan Hakim lalu mencium tangan mereka. Meminta maaf dan berterima kasih. Lalu menarik putri dan istrinya untuk melakukan hal yang sama.

"Udah makan?" Tanya Asya,

Mereka kompak menggeleng, Asya meminta istri Hasan dan Husain untuk membantunya menyiapkan makanan.

Setelah kedua putranya menikah dan pisah rumah, Asya benar-benar merasa sepi, walaupun Hakim sekarang sudah tidak bekerja dan banyak menghabiskan waktu di rumah, tapi tetap saja, rasanya berbeda.

Tapi, Hakim memiliki banyak cara untuk menghibur istrinya. Hakim sering mengajak Asya melakukan hal-hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Seperti waktu itu, Hakim tiba-tiba membeli alat mancing lengkap dan mengajak Asya untuk memancing di Waduk Jatiluhur, berangkat siang hari setelah sholat dzuhur dan malah terjebak macet karena banjir dan hujan. Akhirnya mereka gagal memancing dan kembali ke rumah dengan suasana hati Asya yang semakin bete.

Di lain waktu, Hakim mengajak Asya untuk menonton wayang, mencari bahan untuk toko kue mereka, mencoba resep baru, atau hanya sekedar jalan sore di taman dekat komplek mereka. Hampir setiap minggu mereka pergi jalan-jalan,

Hakim Where stories live. Discover now