18. Kerikil

22.7K 1.3K 44
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSetelah hampir dua bulan, akhirnya resepsi pernikahan Hakim dan Asya digelar

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Setelah hampir dua bulan, akhirnya resepsi pernikahan Hakim dan Asya digelar. Dekorasi berwarna putih menghiasi ballroom sebuah hotel mewah di Jakarta. Orang-orang bergantian memberi selamat kepada Hakim dan Asya. Hakim yang memang cukup terkenal di kalangan para Kyai dan Nyai pemilik pesanter membuat undangan semakin terasa banyak, belum lagi kolega bisnis, teman kuliah dan lainnya. Sedangkan Asya hanya mengundang teman-teman di kantor juga teman kuliah yang tidak banyak, pun saudara dari keluarganya juga tidak banyak.

"Kayanya setelah acara ini selesai, Asya harus handstand." Ucap Asya tiba-tiba saat tidak melihat tamu lain naik ke pelaminan, Hakim menoleh.

"Kenapa?" Tanya Hakim
"Darah Asya rasanya numpuk di kaki, Asya harus balikin ke otak."

Hakim terkekeh pelan, sejak mereka masuk ke ballroom, mereka hanya sempat duduk sekali dan itu pun hanya sebentar. Setelahnya mereka berdiri menyalami para tamu sampai sekarang.

"Pusing ya? Duduk aja gapapa." Ucap Hakim

Asya langsung menurut dan duduk, menarik Hakim agar duduk juga.

"Kalo berdirinya sambil jalan atau lari-lari kaya pas cari berita, Asya kuat. Tapi kalo berdirinya kaya gini, diem aja sambil senyum, Asya malah cape. Pipi Asya juga rasanya kebas senyum terus."

Hakim tersenyum lalu mengusap pipi Asya,

"Sabar ya, sebentar lagi selesai kok." Ucap Hakim diangguki Asya.

Dua jam berlalu, akhirnya mereka diperbolehkan langsung istirahat. Hakim dan Asya akan menginap di hotel, keluarga Ayah langsung pulang, sedangkan Ibu, bapak dan Umar akan menginap di rumah Asya beberapa hari.
Sampai di kamar, Asya langsung merebahkan tubuhnya, lelah dan mengantuk. Acara resepsi sengaja di gelar malam hari setelah maghrib sampai pukul sepuluh malam.

"Mandi dulu, humaira." Ucap Hakim
"Ga mau ah, cape banget."
"Ayo mandi, saya bantu buka bajunya dan bersihkan make up-nya."
"Ga mau, Gus aja sana yang mandi."
"Ya sudah ayo mandi bareng."
"Ga mau Gus."

Hakim menghiraukan ucapanAsya, dia langsung menggendong Asya ke kamar mandi.

"Gus!!"

Asya kesal, tapi akhirnya menurut juga. Mereka belum sholat isya, jadi mau tidak mau harus cepat membersihkan tubuh dan sholat. Setelah selesai, Asya langsung memakai piamanya, menyiapkan baju untuk Hakim lalu menggelar sajadah.

Setelah sholat, Asya langsung naik ke ranjang, tidak kuat menahan kantuk yang teramat. Hakim yang membereskan alat sholat mereka, lalu menyusul Asya.

"Humaira."
"Hm,"
"Ini malam pertama kita."

Asya membuka matanya lalu mendelik,

"Malam pertama kita itu hampir dua bulan lalu, kalo Gus lupa."

Hakim terkekeh pelan, merebahkan tubuhnya menghadap Asya, lalu menarik Asya ke pelukannya.

Hakim Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt