2. Lanjutan Kisah Kemarin

33.5K 1.5K 26
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHakim Al-Abqary, seorang pengusaha muda juga Gus, putra dari Kiai Herman dan Nyai Aisyah, cucu dari Kiai besar pemilik salah satu pondok pesantren terkenal di Malang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim Al-Abqary, seorang pengusaha muda juga Gus, putra dari Kiai Herman dan Nyai Aisyah, cucu dari Kiai besar pemilik salah satu pondok pesantren terkenal di Malang. Hakim mengusap wajahnya kasar sebelum turun dari mobil, membuka pintu mobil seraya mengatakan terima kasih kepada supir yang menjemputnya. Hakim disambut beberapa orang yang duduk di teras ndalem yang sekarang ditempati kakak dari bundanya alias pakdenya.

"Nah ini dia bintang utamanya, Gus Hakim idola santriwati." Ucap seseorang membuat Hakim mendengus pelan dan yang lainnya terkekeh.

"Assalamualaikum." Ucap Hakim

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab mereka semua,

Hakim mulai menyalami orang tuanya dilanjut pakde, bukde dan abangnya.

"Gimana perjalanannya?" Tanya Bunda Hakim.
"Biasa aja Bun. Kok kalian santai di sini? Emang ga ada yang dikerjain?" Tanya Hakim

"Santai dulu kali, Hakim. Acara udah ada yang urus juga." Sahut Hilmi abangnya.

Hakim hanya mengangguk, duduk dan memperhatikan obrolan keluarganya. Sebenarnya dia lelah, tapi tidak sopan rasanya jika dia izin untuk masuk dan istirahat.

"Insyaallah bulan depan, Pakde." Ucap Hilmi menjawab pertanyaan pakdenya.

"Kamu kapan, Hakim?" Tanya pakde-nya,

Hakim mengangkat kepalanya menatap pakde lalu tersenyum.

Hakim mengangkat kepalanya menatap pakde lalu tersenyum.

Kiai Ali, pakdenya yang berusia hampir 60 tahun, penerus pesanter ini setelah Kiai besar meninggal. Pakde dan bundanya hanya dua bersaudara, entah kenapa tapi keluarga mereka turun temurun hanya memiliki dua anak, padahal tidak direncanakan. Kedua putrinya pakde -Halimah dan Salama, sudah menikah dan diboyong suaminya, jadilah pakde hanya tinggal berdua dengan bukde Dina di ndalem. Sedangkan bunda Aisyah memiliki dua putra, Hilmi dan Hakim. Berbeda dengan pakde yang sejak lahir hingga saat ini tinggal di Malang, bunda Aisyah menikah dengan seorang Gus berasal dari Jakarta yang mengharusnyakan tinggal di Jakarta setelah menikah. Hilmi dan Hakim juga lahir di Jakarta. Tapi kedua anak tersebut sejak kecil mondok di sini sampai mereka lulus SMA dan akhirnya pindah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.

"Ditanya malah senyum-senyum, udah ada calonnya-po?" Tanya bukde

Hakim terkekeh pelan "belum, Bukde. Doakan saja."

"Katanya Hakim mau sama Ning anaknya Gus Arhan, Mas. Siapa Fatimah ya?" Sahut ayahnya.

"Engga, astagfirullah. Kapan Hakim bilang gitu?"

Hakim Where stories live. Discover now