25. Gara-gara Si Bungsu

22K 1.3K 72
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤMinggu pagi setelah sholat subuh, Hakim kembali naik ke kasur dan memaksa Asya untuk kembali tidur

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Minggu pagi setelah sholat subuh, Hakim kembali naik ke kasur dan memaksa Asya untuk kembali tidur. Asya yang tidak mengantuk hanya membiarkan Hakim memeluk dan menyandarkan kepala di dadanya. Sedangkan Asya asik membaca novel online dari ponselnya. Sudah satu jam sejak Hakim kembali tertidur, Asya melihat jam dinding, sudah pukul enam lewat. Asya memindahkan kepala Hakim ke bantal lalu turun dari kasur. Dia harus beres-beres, memasak dan membersihkan kamar tamu karena hari ini Umar akan ke Jakarta.

Pertama-tama, Asya akan mencuci sambil memasak. Dia membawa keranjang cucian ke ruang mencuci dan menjemur, menyalakan air lalu mulai membersihkan bajunya satu per satu sebelum nanti dimasukkan ke dalam mesin cuci. Hakim yang mengajarkannya, membersihkan baju dengan air yang mengalir terlebih dahulu satu per satu takut jika ada najis yang tidak terlihat, setelah itu barulah dimasukkan ke dalam mesin cuci dan dicuci seperti biasa.

Setelah memasukkan bajunya ke mesin cuci, Asya ke dapur, melihat bahan makanan yang bisa dia olah, semalam Hakim meminta untuk dibuatkan ayam bumbu merah.

"Assalamualaikum humaira."

Asya menoleh lalu tersenyum dan menjawab salam.

"Kok udah bangun? Katanya cape?"
"Kamu ga ada, ya jadi saya bangun."
"Mau minum apa?"
"Susu, tapi tolong hangatkan, bisa?"
"Bisa, tunggu sebentar."

Hakim meletakkan kepalanya di meja, dia memang masih mengantuk, tapi tidak mau jika tidur tanpa Asya.

"Kamu lagi cuci baju?" Tanya Hakim saat mendengar suara mesin berdenting,

"Iya, sebentar, Asya ganti airnya dulu." Jawab Asya lalu memberikan susu yang baru dia hangatkan, mengecilkan kompor lalu kembali ke ruang mencuci,

"Saya saja, humaira lanjutkan memasak." Sela Hakim lalu berdiri,
"Ehh Asya aja gapapa,"
"Saya saja, humaira." Ucap Hakim lalu menarik Asya pelan agar kembali ke dapur.

Asya menurut, menyelesaikan masakannya lalu segera menghampiri Hakim yang ternyata sedang menjemur pakaian yang sudah dikeringkan.

"Asya aja Mas." Ucap Asya
"Saya saja, sudah selesai masaknya?"
"Udah. Jadi biar Asya aja."
"Kamu ini, kalau tidak mau dibantu bibi, setidaknya biarkan saya membantu jika sempat. Kalau semua pekerjaan rumah kamu yang kerjakan, bibi kerja apa? Terus saya bantu apa?"
"Ya kan bibi bisa kerjain yang lain, sebelum Asya di sini bibi cuma bersih-bersih aja kan? Sama masak sesekali."
"Ya iya cuma kan saya sudah minta untuk bibi bantu kamu, kalau kamu mau mencuci, biar bibi yang memasak, atau sebaliknya. Lagian saya juga sudah naikkan gaji bibi,"

Asya cemberut memperhatikan Hakim yang menjemur baju terakhir mereka. Memang benar sekarang bibi datang ke rumah setiap hari kecuali hari Minggu, dan bibi pernah laporan kepada Hakim jika Asya tidak membiarkannya untuk mengerjakan apa pun.

"Pokoknya masak sama cuci baju sama Asya. Asya ga mau baju Mas Hakim dicuci sama orang lain."

Hakim terkekeh lalu berbalik ke arah Asya membawa ember kosongnya lalu menarik Asya untuk masuk ke rumah.

Hakim Место, где живут истории. Откройте их для себя