3. Kenapa Dipanggil Gus?

28.4K 1.5K 21
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤPagi-pagi, Asya sudah duduk di teras belakang rumah kecil di pinggir ndalem

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Pagi-pagi, Asya sudah duduk di teras belakang rumah kecil di pinggir ndalem. Membuka laptopnya dan menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda. Asya tidak sabar untuk pulang ke Jakarta dan mempersiapkan berkas yang diminta pak Imam untuk keberangkatannya ke tempat impan Asya.

Senyum tidak luntur dari wajah Asya sampai ponselnya berbunyi dan memunculkan nama Umar di sana.

"Assalamualaikum Umar."
"Waalaikumsalam, Teh. Teteh masih di Malang?"
"Iya, kan Teteh udah bilang dua hari, ada apa?"
"Ibu sakit, Teh. Semalem jatoh di kamar mandi, langsung di bawa ke dokter dan disuruh istirahat total. Sekarang Ibu udah pulang tapi nanyain Teteh terus."
"Innalilahi, kondisi Ibu sekarang gimana?"
"Alhamdulillah baik-baik aja Teh, cuma mungkin kangen sama Teteh."
"Beneran gapapa? Bawa ke rumah sakit aja, Umar."
"Gapapa Teh, nanti kalo ada apa-apa, Umar pasti langsung bawa ke rumah sakit."

Asya diam sejenak, dia memang sudah lama tidak pulang ke Bandung. Sepertinya dia harus mengajukan cuti.

"Teteh usahain pulang minggu ini atau paling lama minggu depan ya. Kerjaan Teteh masih banyak."
"Iya Teh, gapapa, nanti Umar bilang sama Ibu. Teteh jangan terlalu diporsir kerjanya, nanti sakit."
"Iya Umar, kamu juga yang rajin belajarnya. Nitip Bapak sama Ibu ya."
"Iya Teh, ya udah Umar tutup ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu."

Asya langsung membuat izin cuti dan mengirim email itu ke atasannya. Semoga minggu ini dia bisa pulang.

"Asya!"

Asya menoleh dan tersenyum, "Iya, kenapa Mba?"

"Ayo sarapan. Tadi Mas Adam bawain makanan." Ajak Mirna
"Oke Mba."

Asya bangkit dari duduknya lalu masuk mengikuti Mba Mirna. Terlihat dua bungkusan dan beberapa gorengan juga teh hangat yang terlihat sangat menggoda.

"Tadi Bu Nyai ajak sarapan bareng, cuma aku ga enak jadi suruh Mas Adam buat cari sarapan." Ucap Mirna

"Wiih enak nih kayanya. Ini tuh rawon ya Mba?"
"Iya, katanya ini terkenal banget."
"Aku cuma pernah makan rawon sekali di kampung Bapak. Lupa rasanya kaya gimana."

Mirna terkekeh, mereka mulai sarapan sambil berbincang kecil. Sebentar lagi mereka harus merekam di salah satu kelas.

"Oh iya Sya, aku penasaran deh."
"Penasaran apa, Mba?"
"Kenapa anak Pak Kiai dan Bu Nyai dipanggil Gus?" Tanya Mirna

"Mungkin nama mereka Agus?" Jawab Asya spontan, Mirna langsung tertawa pelan.

"Bu Agus lapar Bu."

Mirna semakin tertawa,

"Mba ih ketawanya pelan-pelan." Ucap Asya mengingatkan

"Sebentar kita lihat KBBI V." Ucap Asya membuka ponselnya.

Hakim Où les histoires vivent. Découvrez maintenant