30. Fufu

20.9K 1.3K 68
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHakim terus menggenggam tangan Asya, beberapa saat lalu mereka sampai di rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim terus menggenggam tangan Asya, beberapa saat lalu mereka sampai di rumah sakit. Barusan, mereka bertemu Rahma di lobi rumah sakit, Rahma sudah akan pulang, tapi dengan cepat mereka kembali ke ruangan prakteknya.

"Alhamdulillah aman kok." Ucap Rahma sambil memperhatikan layar hitam di depannya.

"Flek di trisemester pertama itu wajar, tapi tetap harus diperhatikan jumlahnya dan waktunya, kalau semakin banyak dan semakin sering, harus langsung cek lagi ya." Lanjutnya,

"Jadi, mereka gapapa?" Tanya Hakim
"Insyaallah gapapa. Mulai sekarang tolong hindari kegiatan yang berat ya, jangan terlalu lelah dan stres, dan kalau misal masih keluar flek nanti malam, lebih baik tidak usah puasa dulu."

Hakim mengangguk, sedangkan Asya hanya diam. Lalu Rahma menyuruh Asya untuk turun dari ranjang, Hakim membantunya.

"Saya ga akan kasih vitamin apa pun, yang kemarin saya kasih itu sudah cukup asal memang dikonsumsi secara rutin." Ucap Rahma diangguki Hakim,
"Maaf ya Rahma kita ganggu, padahal kamu sudah mau pulang." Ucap Hakim,
"Gapapa, santai aja."

Setelah selesai, Hakim pamit dan keluar dari ruangan Rahma.

"Kita sholat maghrib dulu ya? Sebentar lagi sudah masuk isya." Ucap Hakim diangguki Asya.

Mereka berjalan ke mushola di rumah sakit. Hakim menunggu Asya berwudu di luar, setelah memastikan Asya aman, barulah giliran dia yang wudu. Mushola masih cukup ramai, Hakim dan Asya sholat sendiri-sendiri. Setelah selesai, Hakim menunggu Asya di luar.

"Sudah?" Tanya Hakim lalu membantu Asya memakai sandal, Asya mengangguk.

Mereka langsung pulang, Hakim tidak akan ke masjid hari ini. Dia lelah setelah seharian mengurus ini dan itu, belum lagi apa yang terjadi barusan membuatnya kaget. Perjalanan pulang terasa cepat, jalanan tidak macet. Sampai di rumah, Hakim membantu Asya untuk turun dari mobil dan menggandengnya masuk ke dalam rumah.

"Kita mau sholat isya dulu atau makan dulu?" Tanya Hakim,
"Asya ga laper, Mas."
"Kamu harus makan, sayang. Tadi cuma minum kan. Asya mau makan apa? Biar saya belikan, atau mau jajan? Ayo kita ke bazar yang kemarin, masih banyak yang jualan kok."

Asya menggeleng pelan, "Ya udah kita makan aja." Ucap Asya pelan,

Hakim mengangguk, menyuruh Asya menunggu di ruang keluarga. Hakim kembali dengan nasi dan air putih di tangannya, duduk di samping Asya lalu mulai menyuapinya. Asya mengunyah makanannya dengan pelan lalu tiba-tiba menangis.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Hakim,

Asya menggeleng, masih mengunyah dengan mata menangis. Hakim menyimpan piringnya lalu mengusap wajah Asya.

Hakim Where stories live. Discover now