15. Letupan Kecil

28.9K 1.5K 31
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤHari ini, Asya akan menemui Hanum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
Hari ini, Asya akan menemui Hanum. Mereka sudah berencana untuk makan siang bersama, kebetulan Hanum dapat libur hari ini. Asya sudah tiba di salah satu cafe tempat mereka janji bertemu. Tadi pagi Asya sudah meminta izin kepada Hakim, dan Hakim langsung mengizinkan dengan syarat pergi setelah sholat dzuhur dan pulang sebelum asar karena mereka akan ke Bandung sore hari. Asya harus bersiap.

Sudah satu bulan sejak acara syukuran di Malang, dan acara syukuran di Bandung akan dilaksanakan besok, hari Sabtu. Asya memutuskan untuk syukuran biasa saja. Karena tempat yang terbatas, syukuran akan diadakan dengan dua sesi. Siang hari untuk tetangga atau kenalan bapak, malam untuk teman-teman Asya. Sedangkan acara resepsi diadakan minggu depan, molor memang, karena mempersiapkan acara yang bisa dibilang mendadak cukup sulit. Gedung, vendor dan yang lainnya sulit menerima permintaan mendadak.

"Assalamualaikum, Sya."

Asya mendongak lalu tersenyum,

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Hanum cantik."

"Aku udah pesan minuman buat kamu juga, gapapa kan?" Ucap Asya,
"Gapapa, biar cepat. Udah pesen makan?"
"Belum, aku ga tau kamu pengen apa."
"Ya udah ayo pesen."

Mereka memanggil pelayan dan memesan makanan utama dan makanan penutup.

"Oh iya, ini." Asya menyerahkan paper bag berisi kain dan beberapa barang lainnya, juga undangan berwarna biru cerah bertulis nama Hakim dan Asya di depannya.

Hanum cemberut, dia akhirnya benar-benar sadar jika sahabatnya ini sudah menjadi istri.

"Dia ga aneh-aneh kan sama kamu?" Tanya Hanum membuat Asya tertawa pelan,

"Dia yang kamu maksud itu suami aku, Hanum. Ya engga lah, lagian aneh-aneh yang kamu maksud tuh apa sih?" Jawab Asya terkekeh,
"Ya misal dia galak atau apa gitu..."
"Engga kok, Gus Hakim baik sama aku, baik banget malah. Aku bahagia, Hanum."

Hanum semakin memanyunkan bibirnya, matanya berkaca mendengar ucapan Asya.

"Alhamdulillah," gumam Hanum.

Asya tersenyum,

"Beneran deh, Gus Hakim itu laki-laki terbaik yang pernah aku temui setelah Bapak dan Umar. Walau pun pernikahan kami belum lama, tapi insyaallah aku mulai tau sifatnya. Dia baik, Hanum. Dan yang bikin aku jatuh cinta sama dia adalah keterlibatan Allah dalam semua urusan hidupnya."

"Kamu udah cinta sama dia?"

Asya mengangguk yakin. Dia mencintai Hakim sejak pertama kali dia mencium tangan Hakim dan mendengar doa yang dilantunkan Hakim sambil memegang ubun-ubunnya.

Hanum mengembuskan napas pelan, meminum minuman di depannya.

"Aku khawatir, kamu cuma pernah deket sama laki-laki sekali, dan itu pun dianya malah nikah duluan. Dan kedua kalinya kamu bilang tertarik lagi sama salah satu laki-laki, kamu cuma pernah ketemu sebentar dan cuma tau nama depannya dan bahkan sampe nikah."

Hakim Where stories live. Discover now