6. Humaira-nya Saya

31.1K 1.8K 47
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤAsya mematung melihat pantulan dirinya di depan cermin lalu tersentak saat sadar apa yang baru saja terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ
Asya mematung melihat pantulan dirinya di depan cermin lalu tersentak saat sadar apa yang baru saja terjadi. Asya langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar, ruang tengah sudah sedikit diubah, karpet sudah digelar, meja sudah di singkirkan. Asya mencari bapaknya, tidak ada di dapur dan di kamarnya. Asya lari ke luar dan menemukan bapaknya baru saja datang dengan seorang yang Asya kenal sebagai ustadz di masjid dekat rumah mereka.

"Pak!"

Bapak tersentak melihat Asya.

"Ada apa Sya?" Tanya bapak
"Kalo dibatalin aja boleh ga?" Tanya Asya,

Bapak melotot, dia menoleh ke arah pak ustadz.

"Sebentar ya Pak, kayanya Asya lagi deg-degan." Ucap Bapak terkekeh pelan lalu masuk menggandeng Asya, mereka duduk di ruang tengah.

Asya meremas jarinya pelan sambil menunduk.

"Ada apa sih Neng? Kenapa tiba-tiba ngomong kaya gitu?" Tanya bapak.
"Asya.. Asya belum siap Pak, walau pun Asya beneran mau jadi istri Gus Hakim, tapi.. tapi ga sekarang juga.."
"Ya Allah, kenapa ga bilang dari pagi pas Hakim ke sini?"
"Asya bingung Pak."

"Assalamualaikum." Ucap ibu yang baru masuk membawa beberapa makanan untuk disuguhkan nanti, juga Umar di belakangnya yang membawa air mineral kemasan.

"Ada apa nih?" Tanya ibu lalu ikut duduk di sebelah bapak, dan Umar di sebelah Asya.

"Kenapa Teh?" Tanya Umar,

Asya rasanya ingin menangis saat itu juga. Dia takut, dan seperti tidak sadar saat tadi pagi mengobrol dengan bapak dan ibunya.

"Asya takut Bu hiks.." ucap Asya pelan dan akhirnya menangis,

Umar melongo "lah kenapa Teh? Takut apa?"

"Asya ga sadar tadi pas ditanya Bapak mau mahar apa. Bu, Pak batalin aja ya hiks.. nanti aja nikahnya hiks.."

"Assalamualaikum."

Mereka semua menatap ke arah luar, sambil menjawab salam.

"Umar, kayanya itu Pak RT sama Pak Rw, suruh pada masuk aja terus bikinin minum ya, sama Pak Ustadz juga." Ucap bapak diangguki Umar,

"Ayo ngobrolnya di kamar." Ajak bapak, Asya berdiri dibantu ibu. Mereka masuk ke kamar Asya.

"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Tanya bapak,
"Asya takut hiks.. Asya ga kenal Gus Hakim."
"Subhanallah, takut apa sih Neng? Katanya kamu udah istikharah, jawabannya juga bikin kamu yakin pilih Gus Hakim, apa lagi Neng? Kamu kan tahu, niat baik itu ga boleh ditunda, apalagi menikah. Oke Bapak ngerti kamu takut karena Hakim masih asing, tapi kan kalian bisa saling kenal setelah menikah, lagi pula walaupun ga sama Hakim, semua orang yang menikah itu asing awalnya."

Terdengar suara lebih ramai di luar. Keluarga Hakim sudah sampai. Bapak menghela napas pelan sedangkan ibu hanya mengusap lengan Asya.

"Mereka udah datang, jadi gimana?" Tanya bapak,

Hakim Where stories live. Discover now