14. Mas Hakim Nakal

31.2K 1.4K 8
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSyukuran pernikahan yang diadakan di pesantren berjalan lancar, hampir semua tamu hadir

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Syukuran pernikahan yang diadakan di pesantren berjalan lancar, hampir semua tamu hadir. Tapi, Asya hanya diam di ndalem ditemani Halimah, dia masih terlalu lemas untuk ikut ke aula. Asya duduk di ruang keluarga, menunggu suaminya.

"Asya." Panggil Halimah,

Asya menoleh "Iya Mba?"

"Kamu denger omongan Salama waktu itu ya?" Tanya Halimah lalu duduk di samping Asya.

Asya diam, bingung harus menjawab apa.

"Maaf ya Sya, Salama kadang gitu, ga bisa kontrol omongan. Tapi Mba tau kok, Salama benar-benar ga bermaksud kaya gitu,"
"Gapapa, Mba. Asya ngerti kok."

Halimah mengangguk, sekali lagi meminta maaf.

Kemarin malam setelah makan malam, Hakim mengobrol dengan kedua orang tuanya dan memberi tahu tentang ucapan santriwati waktu itu, juga ucapan beberapa orang yang mungkin menyinggung perasaan Asya. Dan saat itu, Halimah sedang ada di dapur, dia sedikit mendengar apa yang Hakim bicarakan. Saat itu Halimah sadar, mungkin Asya juga mendengar ucapan adiknya -Salama, dan mungkin karena itu juga Asya jadi canggung dan kembali memanggilnya dengan sebutan Ning.

"Mba kenal sama Umar waktu kita ke salah satu pesantren di Jawa Barat, waktu itu Umar menang salah satu lomba di sana." Ucap Halimah, Asya menoleh tertarik dengan apa yang Halimah katakan.

"Oh iya? Umar ga pernah bilang."
"Iya, waktu itu Abi langsung suka banget sama Umar, umur berapa ya waktu itu, awal awal Mba kuliah gitu kalo ga salah."
"Umar mondok sampe SMA."
"Iya sekitar segituan, santri andalan banget itu Umar di pesantrennya. Bahkan Abi waktu itu mau jodohin Umar sama Salama, tapi karena Umar masih sekolah, jadi batal." Ucap Halimah sedikit terkekeh,

"Jodohin? Bukannya lebih tua Mba Salama ya?"
"Iya, beda empat tahun kalo ga salah. Emang Umar ga cerita?"
"Engga, dia jarang cerita."

Halimah mulai bercerita sedikit tentang kejadian dulu saat pertama kali melihat Umar. Umar santri yang cerdas, banyak disukai santriwati di pesantrennya dulu.

Hampir satu jam bercerita, obrolan mereka terhenti saat suami Halimah mengucapkan salam sambil menggendong Raden dan Zahra yang tertidur. Halimah mengambil alih Zahra. Mereka langsung pamit untuk ke kamar. Asya mengangguk.

Sekarang dia sendirian, cukup mengantuk juga. Asya melihat jam dinding, sudah pukul sembilan malam, sepertinya pengajian sudah selesai, tapi kenapa mereka belum kembali.

Asya memutuskan untuk menunggu di kamar. Duduk di sofa, membuka cemilan yang dibelikan Hakim kemarin. Asya membuka ponselnya, menonton video paus, hiu dan lumba-lumba. Asya sangat suka hewan laut, apa pun itu. Isi explore instagram, dan beberapa sosial media Asya lainnya juga tidak jauh dari hewan laut.

Baru beberapa menit, mata Asya sudah sangat berat dan akhirnya tertidur di sofa. Satu jam kemudian, pintu terbuka.

"Assalamualaikum humaira." Ucap Hakim,

Hakim Onde as histórias ganham vida. Descobre agora