45. Obrolan Dini Hari

20.4K 1.4K 116
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSemenjak adanya Hasan, waktu terasa berjalan sangat cepat untuk Asya dan Hakim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Semenjak adanya Hasan, waktu terasa berjalan sangat cepat untuk Asya dan Hakim. Tiba-tiba sudah dua bulan, tiga bulan, dan sekarang Hasan sudah berumur enam bulan. Banyak yang berubah dari bayi kecil itu, dia sudah bisa duduk, merangkak dan bahkan sekarang dia sudah bisa berdiri dan sedang belajar untuk melangkah, satu atau dua langkah lalu terjatuh. Asya dan Hakim sempat bertanya apakah itu wajar atau tidak. Rahma mengatakan itu wajar, perkembangan bayi tidak selalu sama, tidak ada kata terlalu cepat atau lambat. Tapi harus tetap diawasi dan diperhatikan perkembangan yang lainnya, juga konsultasi secara rutin. Asya sangat menikmati peran barunya sebagai ibu, walaupun kadang memang dia malah kewalahan sendiri, tapi Hakim selalu ada di sampingnya, membantu dan memastikan semuanya aman.

Hasan, bayi gempal itu sangat mengerti kesibukan ibunya tapi juga kadang usil, entah dari mana Hasan belajar. Contohnya, pernah satu waktu Asya sedang menjemur pakaian, Hasan didudukkan di kursinya di dekat pintu halaman belakang, asik memakan buah kesukaanya -pisang, namun tiba-tiba Hasan menangis, Asya meninggalkan jemuran dan mendekati Hasan, saat sudah di dekat Hasan, bayi itu tiba-tiba diam dan kembali asik dengan pisangnya, Asya melanjutkan pekerjaanya dan hal serupa terjadi sampai empat kali. Asya dengan gemas mengigit pipi Hasan sampai memerah, Hasan tidak menangis, bayi itu malah tertawa riang.

Karena kejadian tadi, merah di pipi Hasan tidak hilang sampai Hakim pulang dari kantor, Hakim bertanya kenapa pipi Hasan merah dan Asya dengan polos menjawab dia menggigit Hasan, Hakim melotot langsung menegur Asya, dan berakhir dengan Asya yang menangis di pangkuan Hakim,

"Salah siapa gemes, kan Asya jadi ga tahan mau gigit," katanya sambil terisak, Hakim hanya menghela napas pelan, mengusap kepala Asya dan kembali mengingatkan agar Asya tidak mengulanginya lagi.

Kejadian itu terjadi beberapa minggu lalu. Hari ini bayi gempal itu dibawa eyangnya mengunjungi salah satu pesantren yang mengundang bunda Aisyah untuk menjadi pembicara, awalnya Hakim tidak mengizinkan, walaupun Hasan memang anak yang anteng tapi takut malah jika merepotkan, bunda Aisyah mengatakan jika Hasan akan aman bersama mereka, dan tidak akan rewel, kalau rewel, Hakim boleh langsung menjemput Hasan pulang. Jadilah hari Minggu yang cerah ini, Hakim hanya berduaan dengan Asya.

"Jalan yu." Ajak Hakim, Asya menoleh,
"Kemana?"
"Kemana saja, saya bosan, tidak ada Hasan jadi sepi."
"Asya pengen liat paus deh, Mas."
"Ga jadi jalan deh, saya mau tidur." Ucap Hakim hendak berdiri dan meninggalkan Asya setelah mendengar permintaan Asya.

"Ih Mas, katanya ngajak jalan." Asya menahan Hakim agar kembali duduk,
"Kamu mintanya aneh-aneh, di mana kita bisa lihat paus?"
"Asya kan cuma bilang, bukan berarti pengen liat saat ini juga."
"Ya sudah, mau kemana?"
"Pengen nonton."
"Ayo siap-siap, kita pacaran."

Asya tertawa pelan, lalu ikut berdiri setelah Hakim berdiri, Asya malah naik ke sofa dan menarik Hakim.

"Gendong, Yah. Jangan Hasan mulu yang digendong." Pinta Asya langsung naik ke punggung Hakim dan melingkarkan kakinya di pinggang Hakim,
"Sama anak sendiri juga iri,"
"Ngaca, siapa yang malem-malem pengen peluk terus bilang 'Hasan terus yang dipeluk, saya engga'"

Hakim Where stories live. Discover now