48. Bubu

20K 1.3K 66
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHakim memindahkan perlengkapan yang sudah Asya siapkan ke dalam mobil, minggu ini adalah waktu HPL Asya, jaga-jaga supaya nanti saat Asya memang sudah kontraksi, mereka tinggal naik mobil dan pergi ke rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim memindahkan perlengkapan yang sudah Asya siapkan ke dalam mobil, minggu ini adalah waktu HPL Asya, jaga-jaga supaya nanti saat Asya memang sudah kontraksi, mereka tinggal naik mobil dan pergi ke rumah sakit.

"Nda, Bubu."
"Iya, ini Bubu, sebentar lagi bakal ketemu, Mas Hasan seneng ga?"

Hasan mengangguk tertawa. Bulan ini Hasan sudah berumur lima belas bulan. Tiga bulan lalu dia ulang tahun, tentu saja berbarengan dengan hari jadi pernikahan dan ulang tahun Hakim. Mereka merayakan ketiganya sekaligus. Bedanya, tahun ini mereka mengundang keluarga, menikmati makanan yang Asya dan Hakim siapkan, syukuran kecil kecilan, katanya.

"Ada lagi ga Bun?" Tanya Hakim muncul diantara ruang tamu dan keluarga.

"Tinggal pembalut, Bunda belum beli pembalut, Yah." Sahut Asya,
"Ayah belikan sekarang ya? Yang kaya gimana?"
"Ikutt, Bunda mau jajan."
"Ya sudah ayo."

Asya berdiri dan menuntun Hasan pelan, anak itu sudah mulai lancar berjalan.

"Ayo Mas, kita jajan, kita habisin uang Ayah." Ucap Asya membuat Hakim tertawa, dan Hasan juga ikut tertawa,
"Mas Ayah gendong saja biar cepat."

Hakim menggendong Hasan lalu menuntun Asya keluar rumah. Mereka berjalan kaki ke mini market di depan komplek. Sepanjang jalan beberapa tetangga menyapa mereka, Hakim memang cukup terkenal di komplek mereka karena sering menjadi imam di masjid dan sesekali mengajar mengaji.

Sampai di mini market, Hakim membuka pintu untuk Asya, membiarkan Asya masuk terlebih dahulu. Asya langsung berjalan ke rak cemilan.

"Pembalutnya dulu, sayang." Ucap Hakim mengingatkan,
"Bentar, Mas. Ini lebih penting."

Hakim menggeleng pelan, dia menuntun Hasan yang ikut memilih cemilan.

"Yang lain saja ya, ini ga baik buat gigi Mas Hasan." Ucap Hakim mengambil coklat di tangan Hasan,
"Cat Yah."
"Yang lain sayang, sosis aja ya? Mas Hasan kan suka sosis." Sahut Asya,

Hasan merentangkan tangannya meminta digendong Asya,

"Bunda susah gendongnya, Mas. Sama Ayah saja." Ucap Hakim lalu menggendong Hasan, Hasan langsung menunjuk mainan di rak sebelahnya.

"Ini apa sayang?" Tanya Hakim,
"Ga tau, mainan kayanya." Jawab Asya,

Hakim langsung mengambilnya dan membiarkan Hasan memegangnya.

"Jangan dibeliin Ayah, mainan Hasan udah banyak banget." Ucap Asya,
"Sudah gapapa, daripada minta coklat."
"Ayah."
"Terakhir, besok besok Hasan puasa jajan mainan."

Asya menghela napas, ucapannya waktu itu benar-benar terjadi. Tapi biarlah, suka-suka Hakim saja, batinnya.

Setelah selesai, Hakim kembali menggendong Hasan, mereka kembali pulang.

Hakim Where stories live. Discover now