10. Pengering Rambut

32.2K 1.6K 28
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAsya menelan ludahnya pelan, dia sedikit tegang menunggu respon Hanum setelah menceritakan apa yang terjadi beberapa hari terakhir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Asya menelan ludahnya pelan, dia sedikit tegang menunggu respon Hanum setelah menceritakan apa yang terjadi beberapa hari terakhir. Hakim, khitbah, menikah, dan batal pergi ke Gaza juga rencananya untuk resign dari pekerjaannya yang sekarang.

Semalam, Asya sudah membicarakan hal ini dengan Hakim, dia sudah yakin untuk tidak jadi pergi ke Gaza karena kalaupun Hakim mengizinkannya, tugasnya itu pasti akan berlangsung lebih lama dari rencana, dia tidak ingin menjadi istri yang menelantarkan suaminya. Dan rencana Asya untuk resign terpikir tiba-tiba saat mereka mengobrol, Asya pikir jika pekerjaanya seperti sekarang, mencari berita kapan saja dan di mana saja, itu artinya Asya akan sering meninggalkan Hakim. Hakim sempat menolak, tidak setuju dengan rencana Asya, bagaimana pun ini pekerjaan impian Asya, tidak mungkin Hakim menyuruh Asya untuk berhenti. Tapi Asya bilang dia ikhlas dan ridho, karena menjadi istri yang mengurus penuh suami dan rumah, juga salah satu impian Asya. Hakim akhirnya menyerah, membiarkan Asya mengambil keputusan sendiri.

"Jadi, ini Hakim yang kamu ceritain minggu lalu?" Tanya Hanum,

Asya mengangguk,

"Dia susulin kamu ke Bandung, khitbah kamu dan besoknya kalian menikah?"

Asya kembali mengangguk.

Hanum langsung cemberut lalu memukul Asya pelan.

"Jahat banget, walaupun mendadak kok ga kasih tau langsung?!" Tanya Hanum,
"Aku lupa, bener-bener ga kepikiran, semuanya mendadak. Aku juga ga kasih tau siapa pun."
"Terus masa kamu resign sih? Nanti aku ngobrol sama siapa?"
"Kan temen kamu banyak, Hanum."
"Kan yang sabar sama aku cuma kamu, Asyaaaaaa."

Asya tertawa pelan,

"Aku mau liat si Hakim Hakim itu!" Ucap Hanum lagi,
"Nanti sore Gus Hakim jemput kok, ikut aja nanti ke parkiran."
"Ganteng?"
"Ya gitu deh."

Hanum menghela napas pelan, lalu mengangguk.

"Resepsinya kapan?" Tanya Hanum,
"Bulan depan, insyaallah."
"Awas aja sampe lupa lagi undang aku."
"Engga dong, mana mungkin."

"Asya dipanggil Pak Imam." Ucap salah seorang teman mereka.

Asya dan Hanum menoleh, Aya langsung pamit kepada Hanum dan memenuhi panggilan atasannya.

Tok.. tok..

"Assalamualaikum, Pak."
"Waalaikumsalam, duduk Sya."

Asya langsung duduk di hadapan atasannya.

"Kamu serius mau lepas kesempatan ini gitu aja?" Tanya Imam,
"Iya, Pak. Maaf banget saya ga bisa pergi, maaf juga kasih taunya mendadak."

"Terus itu email resign kamu juga serius?"
"Iya, Pak."
"Kenapa? Kok mendadak semua? Kamu berbakat lho Sya, cerdas juga, apa ada masalah?"
"Emm sebenernya ga ada apa-apa sih, Pak. Cuma saya baru menikah beberapa hari lalu, saya ga bisa pergi ke Gaza dan putuskan buat resign aja."
"Menikah?"

Hakim Where stories live. Discover now