22. Semua Milik Allah

22K 1.3K 60
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHakim menarik Asya ke pelukannya, tawanya belum mereda, sedangkan Asya sudah kembali menangis, kali ini dia menangis karena malu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim menarik Asya ke pelukannya, tawanya belum mereda, sedangkan Asya sudah kembali menangis, kali ini dia menangis karena malu. Hakim mengusap kepala Asya yang masih sesegukan lalu mengecup keningnya.

"Sudah dong nangisnya, mata kamu sudah bengkak, besok kita mau jalan-jalan, nanti kelihatan lho pas difoto." Ucap Hakim membuat Asya langsung mencubit dadanya,

"Jadi maksudnya Asya jelek gitu? Iya hah?! Hiks."
"Bukan gitu sayang."

Asya tidak menjawab, dia terlalu lelah dan mengantuk setelah menangis. Hakim sedikit melonggarkan pelukannya menunduk melihat Asya. Matanya sudah terpejam, tapi mulutnya sedikit terbuka mengelurkan isakan kecil, Hakim yang gemas langsung mengecup bibir Asya sambil terkikik.

Tidak sampai lima menit isakan Asya berhenti, Hakim mengembuskan napas lega. Menarik selimut dan membenarkan posisi tidur mereka.

"Ga kebayang kalo kita punya anak cewe terus mirip sama kamu, gimana pusingnya saya nanti." Gumam Hakim tersenyum, sekali lagi mengecup kening Asya dan tertidur.

Adzan subuh terdengar, Hakim membangunkan Asya. Tadi dia sholat tahajud sendiri karena tidak tega membangunkan Asya, terlebih wajah Asya yang terlihat pucat. Hakim lupa bertanya apa istrinya itu sudah makan atau belum kemarin.

"Humaira, sudah adzan subuh." Hakim duduk di pinggir ranjang sambil mengusap pelan wajah Asya.

Asya membuka matanya yang terasa berat, wajahnya pucat tapi hidungnya memerah. Hakim memegang kening Asya, tapi tidak panas.

"Hidungnya mampet ya?" Tanya Hakim

Asya mengangguk lalu bangun dibantu Hakim.

"Wudu dulu, ga usah mandi. Setelah sholat nanti saya buatkan bubur dan minum obat ya?" Ucap Hakim kembali diangguki Asya.

"Saya sholat di masjid, gapapa?"
"Heem, jangan lama."
"Iya, ayo saya antar ke kamar mandi dulu untuk wudu."
"Asya sendiri aja, sana ke masjid. Keburu mulai sholatnya."
"Saya anter sampe pintu kamar mandi aja."

Hakim membantu Asya untuk bangun dan menuntunnya ke kamar mandi. Begitu Asya masuk kamar mandi, dia langsung pergi ke masjid.

Selesai sholat dan berzikir, Hakim bergegas pulang. Dia langsung membuat bubur untuk Asya.

"Ngapain Kim?" Tanya bunda yang baru turun dan masih mengenakan mukena.
"Bikin bubur."
"Bubur? Buat siapa?"
"Asya,"
"Asya sakit?"
"Hidungnya mampet, terus pucat banget, tapi ga demam. Kemarin Bunda lihat Asya makan ga?"
"Kalo pagi sama malem ga lihat, tapi pas siang katanya makan siang bareng kamu."

Hakim terdiam, dia ingat kemarin sempat mengajak Asya untuk makan siang di luar.

"Kamu temenin Asya aja sana, biar Bunda yang bikinin buburnya." Ucap bunda
"Ga usah Bun, sebentar lagi juga selesai."

Hakim Where stories live. Discover now