34. Terima Kasih

17.9K 1.2K 65
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤKemarin malam, setelah sholat maghrib, Hakim dan Asya langsung ke rumah orang tua Hakim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Kemarin malam, setelah sholat maghrib, Hakim dan Asya langsung ke rumah orang tua Hakim. Mereka akan lebaran hari pertama di sana. Dan sekarang pukul dua malam, Hakim sudah terjaga, dia berniat untuk melaksanakan sholat tahajud, tapi sudah sepuluh menit sejak dia bangun, Hakim enggan beranjak dari kasurnya, asik menatap Asya yang tertidur lelap di sampingnya. Hakim mendekat lalu menarik Asya pelan ke pelukannya, mengecupi rambutnya yang terurai.

"Humaira." Panggil Hakim pelan,

Asya tidak merespon sama sekali, Hakim mendekatkan wajah mereka lalu mengecup wajah Asya bertubi-tubi sampai Asya terbangun dan memukul Hakim pelan,

"Ayo tahajud," ajak Hakim lalu bangun dan duduk di ranjang kemudian membantu Asya untuk duduk,

"Kamu wudu dulu, biar saya siapkan alat sholat kita." Ucap Hakim diangguki Asya,

Selesai wudu, keduanya pun melaksanakan sholat dengan khusu, dan setelah selesai, Hakim langsung berbalik dan mengulurkan tangannya untuk dicium Asya lalu Hakim memajukan wajahnya untuk mencium kening Asya.

"Sebentar," ucap Hakim lalu berdiri dan mengambil sesuatu dari lemari,

"Untuk humaira, selamat ulang tahun." Ucap Hakim memberikan paper bag berwarna hitam berlogo salah satu merk gadget ternama. Asya diam, lalu mengambil ponselnya dan melihat tanggal, benar ini hari ulang tahun Asya.

"Lupa ya?" Tanya Hakim, Asya mengangguk lalu memeluk Hakim,

"Terima kasih," ucap Asya pelan,
"Sama-sama, dilihat dulu kadonya." Ucap Hakim,

Asya membuka paper bagnya dan ternyata isinya sebuah ponsel keluaran terbaru,

"Maaf, saya baru bisa belikan, padahal ponsel kamu sudah perlu diganti dari lama," ucap Hakim,
"Mas, ini berlebih, ini mahal banget."
"Gapapa sayang, kan fungsinya juga banyak dan bisa awet lama, sepadan kok."
"Tapi Mas-"
"Gapapa sayang. Diterima ya, digunakan dengan baik."

Asya kembali memeluk Hakim, lalu Hakim mengecup seluruh wajah Asya lagi,

"Terima kasih sudah lahir dan menjadi istri saya, terima kasih sudah menjadi istri yang sholehah, terima kasih sudah menjaga diri dengan baik, terima kasih sudah mau mengandung anak kita, terus istiqamah dalam kebaikan ya." Ucap Hakim, Asya mengangguk pelan dengan mata berkaca-kaca,

Asya melepaskan pelukan mereka, sedikit mendongak dan mengecup kening Hakim lalu duduk di pangkuan Hakim kemudian menangis. Hakim terkekeh, membuka mukena Asya lalu mengusap kepalanya pelan.

"Kenapa menangis?" Tanya Hakim,
"Asya seneng hiks.."

Hakim berdiri dengan Asya yang masih di gendongannya lalu membawanya ke kasur.

"Sudah jangan menangis, nanti mata kamu bengkak, ini kan hari raya, sayang." Ucap Hakim sambil menyusut wajah Asya,

"Nanti siang kita makan kue ya, saya ada beli kue ulang tahun untuk Asya. Besok kita makan bareng sama bunda dan yang lainnya." Ucap Hakim, Asya mengangguk.

Hakim Where stories live. Discover now