28. Nikmat Allah

22.4K 1.5K 78
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Asya boleh pukul Mas Hakim ga sih? Hikss

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Asya boleh pukul Mas Hakim ga sih? Hikss.. lulusan S2 di Mesir tapi ga tau tespek itu apa huhuhu."

Hakim menggaruk kepalanya pelan, dia bukan lulusan kedokteran, mana tahu hal yang seperti ini?

"Berhenti dulu menangisnya. Coba jelaskan, saya tidak mengerti. Apa kita perlu ke rumah sakit sekarang?" Tanya Hakim,
"Asya jadi pengen ngatain Mas Hakim bodoh hiks.. hiks.."
"Eh astagfirullahalazim, tidak boleh seperti itu. Jelaskan dulu, kan tidak semua ilmu saya mengerti, ini alat untuk tes apa?"

"Mas Hakim bakal jadi Ayah huhu."

Hakim mengangguk lalu mengembuskan napas lega dan kembali memeluk Asya.

"Kok ga seneng? Huhuhu!"
"Hm?"
"KOK GA SENENG?!! HIKS.. JAHAT BANGET JELEK!!" Asya mendorong Hakim dan langsung naik ke kasur menelungkupkan tubuhnya,

"Asya ga sakit kan? Saya senang sayang, terus saya bakal jadi Ayah kan? Bangun dul- eh?"

Hakim terdiam, mencoba memahami ucapan Asya.

"Ayah? Saya bakal jadi Ayah?" Gumam Hakim,

"Kamu hamil?" Tanya Hakim, dia naik ke kasur dan mencoba menarik Asya agar duduk,

"Jawab dulu humaira, kamu hamil? Ini alat untuk cek kehamilan?" Tanya Hakim lagi menunjuk tespek yang masih dia pegang. Asya mengangguk. Hakim mematung, tapi dua detik kemudian dia menubruk tubuh Asya dan memeluknya erat.

"Alhamdulillah, alhamdulillah ala kulli hal, alhamdulilah, alhamdulilah."

Hakim ikut meneteskan air matanya, lalu mengecupi seluruh wajah Asya.

"Tapi harus cek ke dokter, Asya takut alatnya salah. Soalnya Asya pernah cek tapi garis satu." Ucap Asya sambil menyusut wajahnya,

"Asya sudah pernah cek sebelum ini?"

Asya mengangguk,

"Ya sudah, kita ke dokter sekarang. Asya ganti baju dulu, sayang. Saya telepon teman saya ya." Ucap Hakim langsung diangguki Asya. Sebelum Hakim mengeluarkan ponselnya dari saku, Asya memegang tangan Hakim,

"Kenapa?" Tanya Hakim,
"Tapi, kalo misal alat tesnya salah, terus Asya emang belum hamil, Mas jangan marah ya?"

Hakim tersenyum lalu mengangguk dan mengusap rambut Asya.

"Saya tidak akan marah. Tidak ada alasan untuk marah." Jawab Hakim
"Ayo cuci muka, terus ganti baju, sekalian kita cari makanan untuk buka ya." Lanjut Hakim,

Asya mengangguk, turun dari kasur lalu masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia kembali melihat semua tespek yang baru saja digunakan lalu tersenyum,

"Ga mungkin semuanya salah kan ya?" Gumam Asya, Asya mengembuskan napas pelan, terus membatin untuk tidak berharap berlebihan. Asya mencuci wajahnya dengan cepat lalu keluar dari kamar mandi, Hakim sudah menyiapkan abaya dan khimar untuk Asya.

Hakim Where stories live. Discover now