12. Wanita Terpantas

26.7K 1.4K 26
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Kamu dengar apa yang mereka omongin?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Kamu dengar apa yang mereka omongin?"

Asya mengangguk, dia berjalan sedikit menunduk, orang-orang di sekitar terus menatapnya yang berjalan bergandengan dengan Hakim. Sampai di ndalem, Hakim menyuruh Zahra untuk masuk ke dalam, sedangkan dia mengajak Asya ke teras belakang.

"Maaf." Ucap Hakim,

Asya mendongak, "maaf kenapa?" Tanya Asya

"Maaf buat apa yang sudah kamu dengar,"

Asya terkekeh pelan, "kok Gus yang minta maaf sih?"

"Kenapa tadi ga langsung pulang?" Tanya Hakim,
"Tadinya Asya udah mau pulang, tapi kata Gus kan suruh tunggu sebentar, jadi ya udah Asya tunggu Gus Hakim."

Hakim menarik Asya ke dalam pelukannya, sekali lagi menggumamkan kata maaf.

"Asya gapapa Gus, lagian mereka kan ga kenal Asya," ucap Asya membalas pelukan Hakim lalu mengusap punggung Hakim pelan.

"Saya ga suka mendengar orang lain membandingkan kamu dengan siapa pun."
"Asya juga ga suka. Tapi kita kan ga bisa kontrol orang lain, iya kan? Kita cuma bisa kontrol hati dan perbuatan kita. Asya ga masalah kok, udah biasa orang-orang mikir kaya gitu. Mungkin nanti Gus bisa ingatkan mereka, ingatkan lho ya, bukan dihukum."

Hakim melepaskan pelukannya, menatap Asya beberapa saat tanpa berkedip.

"Biasa aja liatinnya, nanti Asya pingsan." Ucap Asya terkekeh kecil,

Hakim tersenyum, lalu mengcup pipi Asya sekali.

"Humaira sudah sarapan kan?" Tanya Hakim,
"Belum, Asya sengaja nunggu Gus Hakim."
"Ya sudah ayo kita makan."

Hakim berdiri dan menggandeng Asya untuk masuk ke ndalem lewat pintu belakang. Di dapur tidak ada orang, tapi si ruang keluarga terdengar ramai.

"Gus samperin Mba Hali sama Mba Salama dulu sana, belum ketemu kan? Biar Asya ambilin nasi sama lauk dulu."

Hakim mengangguk lalu berjalan ke ruang keluarga.

"Loh kok dateng dari sana?" Tanya pakde setelah menjawab salah Hakim.
"Iya tadi lewat teras belakang,"
"Asya mana?" Tanya Halimah,
"Di dapur lagi ambilin makan."

Hakim duduk dan berbasa-basi sebentar lalu izin kembali ke dapur karena belum sarapan. Raden mengikutinya mengatakan ingin makan juga.

Asya sudah menunggu dan duduk sambil memainkan ponselnya. Hakim duduk di pinggir Asya sambil memangku Raden setelah mencuci tangannya. Lalu mengambil suapan pertama dan menyuapkaannya kepada Asya.

"Asya makan sendiri aja, malu banyak orang."

Hakim tidak menjawab, dia malah menempelkan tangannya di bibir Asya.

"Kalo humaira ga buka mulut, berarti saya juga ga makan."

Asya sedikit melotot, ada Raden, apa Hakim tidak malu dilihat anak kecil. Dengan ragu Asya membuka mulutnya.

Hakim Where stories live. Discover now