24. Hadiah Saya

22.8K 1.4K 29
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAsya menyusut peluhnya, dia baru selesai memasak untuk makan siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Asya menyusut peluhnya, dia baru selesai memasak untuk makan siang.
Setelah sholat dzuhur nanti, dia akan mengantarkannya kepada Hakim.

Sudah dua minggu sejak kepulangan mereka dari Malang, Asya berusaha bersikap seperti biasa, karena bagaimana pun, bukan hanya dia yang sedih dan butuh dihibur, tapi Hakim juga. Selain itu, seminggu ini Hakim benar-benar sibuk, biasanya Hakim akan sesekali pulang saat jam istirahat, tapi minggu ini dia tidak bisa pulang sama sekali. Asya prihatin melihat kondisi Hakim yang hampir selalu kacau saat pulang bekerja, kerutan di dahi dan kantung mata yang menghitam bukti betapa lelahnya Hakim.

Begitu adzan berkumandang, Asya langsung bergegas membersihkan diri sekaligus wudu, mengganti baju lalu sholat dzuhur. Setelah itu dia bergegas ke kantor Hakim menggunakan sepeda motor. Hakim memberi Asya izin untuk mengendarainya dengan syarat selalu berhati-hati.

Tidak sampai lima belas menit Asya sudah sampai di kantor Hakim. Tapi Hakim tidak ada di ruangannya. Sandi bilang, Hakim masih menemui beberapa penyuplai di ruang meeting. Asya menunggu beberapa menit.

"Assalamualaikum humaira."

Asya menoleh lalu tersenyum dan menyalami Hakim "Waalaikumsalam Mas."

"Sudah lama?"
"Asya baru sampe kok,"
"Sebentar ya, saya sholat dulu."

Asya mengangguk, memainkan ponselnya sambil menunggu Hakim. Beberapa saat kemudian, Hakim selesai. Dia berdoa dan berzikir terlebih dahulu. Asya bangun untuk mencuci tangannya lalu kembali dan sudah melihat Hakim duduk di sofa membuka bekal yang dia bawa.

"Humaira memang tidak lelah masak beberapa macam lauk seperti ini?" Tanya Hakim saat melihat bekal makan yang Asya bawa cukup beragam.

"Engga kok, lagian kan Asya di rumah ga ngapa-ngapain, Mas." Jawab Asya lalu duduk dan mengambil alih kotak bekal itu, kali ini dia ingin makan sendiri, atau mungkin sambil menyuapi Hakim.

"Saya ada kabar baik." Ucap Hakim setelah menelan suapan pertama dari istrinya.
"Apa?"
"Kita sudah bisa mulai untuk impor lagi, penyuplai sudah mengirim barang lagi dan kontainer kita juga sudah bisa dikirim. Selain itu, bengkel juga sedang dalam kondisi bagus, sudah satu bulan ini selalu full untuk servis dan lainnya."
"Alhamdulillah, Allah baik banget."

Hakim mengangguk dan tersenyum.

"Saya sudah membayar separuh ganti rugi karena kebakaran. Sisanya saya janjikan setelah kontainer kita berhasil sampai di negara tujuan. Insyaallah semuanya bisa terbayar bulan depan. Tapi mungkin uang untuk rumah saya kurangi, karena saya tidak nyaman jika harus memiliki utang atau tunggakan, saya ingin menyelesaikannya secepat mungkin. Gapapa kan?"
"Gapapa, Mas. Lagian uang yang kamu kasih terlalu banyak, kita cuma hidup berdua. Ga banyak yang harus kita beli dan keluarkan. Kalaupun kurang, Asya masih punya tabungan, kita bisa pake itu buat tambahan."

Hakim Where stories live. Discover now