27. Penyakit Apa?

21.1K 1.4K 120
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSeperti yang diminta, Hakim dan Asya akan sahur pertama di rumah orang tua Hakim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Seperti yang diminta, Hakim dan Asya akan sahur pertama di rumah orang tua Hakim. Mereka sudah ada di sana sejak ashar. Asya juga membantu bundanya memasak untuk munggahan yang biasa dilakukan keluarga Hakim. Selepas magrib dan makan malam, mereka bersiap untuk tarawih pertama di bulan Ramadhan. Asya sedang menyiapkan baju untuk Hakim saat Hakim keluar dari kamar mandi.

"Senyum senyum terus, mikirin apa sih?" Tanya Asya kepada Hakim. Beberapa waktu belakangan ini, Hakim tampak ceria, wajahnya juga lebih bersinar seperti bohlam lampu, padahal yang memakai skincare Asya tapi kenapa yang glowing malah Hakim?

"Saya senang." Jawab Hakim
"Kenapa? Bagi-bagi dong senengnya."
"Puasa tahun ini saya sudah punya kamu. Sahur dan buka sama istri."

Asya tersenyum,

"Asya juga seneng, puasa tahun kemarin, Asya kebanyakan sahur di kantor buka di jalan." Sahut Asya sambil terkekeh pelan,
"Emang jurnalis se sibuk itu?"
"Tergantung, sekarang kan sumber informasi bisa dari mana aja, jadi tuntutan untuk cari berita yang original dan menjadi yang pertama memberitakan sebuah informasi itu semakin besar. Walaupun ga ada berita yang bener-bener original. Jadi ya walaupun tim kita banyak, tapi kerjaan kita juga banyak."

Hakim mengangguk paham,

"Saya juga senang humaira berhenti bekerja, jadi semua waktu kamu buat saya."
"Tapi waktunya Mas Hakim buat kerja, curang."
"Ya ga curang, kalau saya ga kerja, siapa yang jajanin kamu?"

Asya memanyunkan bibirnya, lalu memberikan baju yang sudah siapakan untuk Hakim,

"Cepetan wudu, abis itu giliran Asya. Keburu adzan." Ucap Asya,
"Cium dulu sebelum saya wudu." Pinta Hakim memajukan wajahnya dan menunjuk pipinya.

Asya menghela napas pelan,mengecup pipi Hakim dengan cepat karena dia juga harus berwudu. Hakim terkekeh kecil lalu kembali masuk ke kamar mandi.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Selesai tarawih, mereka semua langsung pulang, Asya yang merasa sudah mengantuk langsung membersihkan tubuhnya.

Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat Hakim yang sedang mengaji, baju kokonya sudah dilepas, menyisakan kaos dan sarung. Asya tersenyum, dipikir-pikir, Hakim memang tipenya. Asya selalu berdoa spesifik tentang jodoh, dan dia tidak menyangka jika Allah akan mengabulkannya sama persis. Tinggi, putih, tampan, dan lebih tampan saat tersenyum dengan dua bolong di pipi kanan dan kirinya. Asya berharap, jika mereka mempunyai anak laki-laki, makan anak itu akan setampan Hakim dan memiliki lesung pipi seperti Hakim.

"Kenapa?" Tanya Hakim menghentikan bacaannya saat sadar sedang diperhatikan Asya.

Asya menggeleng pelan, lalu naik ke kasur dan menepuk sisi sebelahnya "ngajinya di sini, Mas. Asya pengen denger Mas ngaji sambil puk-puk kepala Asya."

Hakim Where stories live. Discover now