19. Janji Hakim

22.1K 1.3K 53
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAsya menatap wajah Hakim yang masih lebam setelah dia kompres beberapa kali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Asya menatap wajah Hakim yang masih lebam setelah dia kompres beberapa kali. Kejadian tadi siang benar-benar membuat keduanya kaget. Tanpa bertanya apa pun, Asya langsung mengobati lebam di wajah Hakim, dan setelahnya Hakim meyakinkan Asya jika dia benar-benar tidak melakukannya. Asya juga sepenuhnya percaya, selama beberapa bulan ini, Asya tahu hampir semua hal yang Hakim lakukan, kemana Hakim pergi dan dengan siapa, selain itu, Asya tahu jika Allah akan selalu ada di dalam hati dan pikiran Hakim, tidak mungkin Hakim yang engga menatap lawan jenis bisa melakukan hal seperti itu.

Setelah selesai sholat isya barusan, Hakim langsung naik ke kasur dan mengeluh pusing. Asya memegang kening Hakim, mencek suhu tubuhnya.

"Saya tidak demam, humaira." Ucap Hakim lalu membuka matanya.
"Asya khawatir, Mas."
"Saya gapapa, sini peluk. Biar pusingnya cepat hilang."

Tanpa melawan, Asya langsung merebahkan tubuhnya dan memeluk Hakim yang sudah kembali memejamkan mata. Asya sedikit mendongak dan mengecup rahang Hakim beberapa kali.

"Jangan memancing, humaira. Kamu sedang haid." Ucap Hakim pelan

Asya terkekeh,

"Siapa yang mancing sih, Mas? Masa Asya ga boleh cium suami Asya?"
"Bukan ga boleh, tapi..."
"Tapi apa?"
"Ya sudah, silakan ciumi wajah saya sampai puas."

Asya tertawa pelan, kembali memeluk Hakim, menyandarkan wajahnya di dada Hakim.

"Masalah tadi gimana Mas?" Tanya Asya pelan,

"Saya sudah hubungi pengacara, hanya untuk jaga-jaga. Selain itu, di ruangan saya juga ada cctv, apa yang dia katakan tadi pagi terekam jelas, dan juga teknologi kedokteran sekarang sudah canggih, kita bisa cek DNA langsung dengan janin tanpa menunggu bayi itu lahir jika orang tuanya tetap tidak percaya. Semoga saja dia tidak ada niat aneh dan menjelaskan dengan baik kepada orang tuanya." Jelas Hakim, Asya hanya mengangguk.

"Asya ga marah kan?" Tanya Hakim menunduk,
"Engga kok, mungkin Mba Ratna salah cara jelasinnya atau orang tuanya yang salah paham."

Hakim tersenyum lalu mengecup kening Asya.

"Pintar sekali wanita di depan saya ini, beruntunglah orang yang jadi suaminya."

Asya terkekeh lalu mencubit gemas pipi Hakim.
Hakim membenarkan posisinya, bersingkut ke bawah dan memeluk pinggang Asya lalu menyandarkan kepalanya di dada Asya.

"Bersholawatlah humaira, sampai saya tertidur." pinta Hakim
"Sholawat apa?"
"Apa saja."

Asya mengangguk, mulai membacakan sholawat sambil mengusap rambut Hakim. Hakim pernah bilang jika dia sangat suka rambutnya diusap oleh Asya, rasanya seperti ditimang sebelum tidur.

Beberapa belas menit kemudian, Hakim sudah tertidur pulas, Asya membenahi selimut Hakim lalu mengecup keningnya sekali. Setelah itu, Asya menggumamkan doa lalu ikut tidur memeluk Hakim.

Hakim Where stories live. Discover now