23

11.8K 1.4K 47
                                    

Happy Reading.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa kalian yakin? Sudah kah kalian mencarinya?."

"Kami sudah mencarinya diseluruh asrama perempuan, tapi Gabriel tidak ada."

Sekarang mereka benar benar tidak bisa duduk diam.

"Kita akan berpencar, kakak kau ikut denganku." Zayn berbicara dengan cepat, dia bahkan sudah mengambil Zayden dan menggendong nya.

"Ya, aku dan Xander akan mencari dia gudang." Balas Kaenan, dia beranjak dari sana dengan tangan yang menarik kerah baju Xander.

Yang lain juga mengikuti dibelakang mereka, namun Zayden menghentikan mereka saat ingin melangkah keluar dari ruangan tersebut.

"Tunggu..."

"Tidak kak, kita harus cepat, mungkin Gabriella dalam bahaya." Ucap Zayn menyela ucapan Zayden.

"Austin kau...."

"Kak, Austin akan mencari sendiri, kamu ikut dengan ku." Lagi dan lagi Zayn memotong ucapan nya Zayden, dia bahkan tidak menyadari kalau kembarannya sedang menatapnya tajam.

"Dengarkan aku!."

"...."

Hilang sudah kesabaran Zayden, kali ini dia benar-benar mencekik Zayn, tapi hanya sebentar, sekali tekan doang.

Akhirnya Zayn menghentikan langkah dan ocehan nya.

Begitu pun yang lain yang berbaris patuh tanpa mengeluarkan suara mereka, menundukkan kepalanya bahkan menurunkan rasa keberadaan mereka agar tidak kena imbasnya.

Apalagi saat melihat Zayden yang mengeluarkan aura dinginnya.

"Austin gunakan warisan darah mu." Kata Zayden dingin.

"Jangan dijadikan pajangan saja." Lanjutnya dan tidak lupa menjulitin Austin.

Entah siapa yang mengajarkan anak ini cara menjuliti orang.

"Puff..."

'Huh, akan kubalas mereka nanti.' Batin Austin, dia mendengus pelan dan matanya menatap sinis temannya yang sedang menahan tawa mereka.

"Ekhem."

Austin berdeham pelan untuk menghilangkan rasa malunya.

Ingin rasanya Austin menepuk dahinya sendiri, tapi dia tidak berani bergerak untuk saat ini.

Dan bagaimana bisa dia lupa dengan kemampuan nya yang bisa digunakan untuk melacak seseorang, apalagi orang yang ingin mereka lacak sekarang sudah akrab dengan mereka, akan sangat mudah.

Austin menutup matanya untuk memfokuskan diri, mengunci aroma darah Gabriella kemudian energinya mulai menyebar, dan untuk saat ini hanya bisa mencakup seluruh akademi.

Kesadarannya mulai menyebar dan Austin bisa melihat seluruh bintik-bintik biru yang ada di Akademi yang melambangkan jiwa seseorang.

Setelah mencari selama 5 menit, akhirnya dia melihat sebuah bintik merah diantara banyaknya bintik biru.

'Dapat!.' Batin Austin.

"Dihutan akademi, sepertinya dirumah pohon." Ucap Austin.

Setelah mengetahui lokasi Gabriella, mereka segera bergegas ke hutan akademi.

𓅯𓅮𓅛𓅰𓅰

Di hutan akademi, rumah pohon.

Zayden dan delapan orang lain nya berdiri didepan pintu rumah pohon.

[End] ZaydenWhere stories live. Discover now