Extra Chapter +3

13.7K 1.7K 208
                                    

Mata Rain mengedar ke sekeliling, mencoba mencari seseorang yang dikenalnya di antara ribuan orang yang ada di depan auditorium salah satu kampus ternama ini. Genggamannya di bucket bunga yang ada di dekapannya mengerat begitu dia merasakan ada yang menyentuh pelan bahunya.

Begitu menoleh, helaan napas lega keluar dari sela bibirnya begitu melihat sosok ketiga cowok yang ga asing lagi di matanya. Renjun, Jeno dan Jaemin gatau sejak kapan udah ada di belakangnya, membuat Rain langsung berbalik menghadap para sahabat Haechan itu.

"Gue kira lo ga dateng?" Tanya Jaemin agak bingung. Masalahnya semalam Haechan lagi-lagi galau. Kali ini masalahnya Rain yang ga bisa datang di acara pentingnya hari ini. Kata cowok Lee itu, Rain lagi ada perjalanan bisnis ke Jepang makanya ga bisa datang. Tapi sekarang dia justru melihat sosok nyata Rain di hadapannya.

Rain meringis pelan. "Gue baru sampai tadi sih. Pagi-pagi banget."

Renjun menggeleng pelan, merasa ga habis pikir. "Harusnya lo istirahat aja. Lagian Haechan pasti ngerti."

Rain malah menggeleng, menatap bucket bunga di dekapannya. "Gimana bisa gue ga datang? Gue tau rasanya gimana seseorang yang berharga ga bisa datang di acara penting." Katanya yang membuat Renjun, Jaemin dan Jeno saling melempar tatapan.

Mereka jelas mengerti yang dimaksud Rain sekarang. Waktu Rain wisuda di LA dulu, Haechan jelas ga bisa datang karena ga dapat kabar juga. Mungkin kalo Rain seengganya mau mengabari Haechan tentang wisudanya, cowok Lee itu bakalan langsung mengambil penerbangan ke LA tanpa ragu.

Rain mengukir senyuman, menatap satu persatu ketiga cowok di hadapannya. "Udah ah ga usah dipikirin. Kalian juga mau ke Haechan kan? Gue ga bisa nelpon dia soalnya. Hp gue tinggal, habis baterai."

Jeno langsung mengangguk, menggoyang pelan bucket bunga di tangannya. "Hm. Sekalian mau ke Joanna."

Mata Rain langsung melebar. "Joanna juga wisuda?"

Jeno terkekeh pelan begitu melihat elspresi kaget Rain. "Iya. Hari ini juga."

"Oh God... gue ga bawa bucket bunga lebih."

"Joanna tuh ga suka bunga. Tapi kalo lo ngebawain bucket yang isinya rangkaian duit pasti langsung diterima." Celetuk Jaemin yang membuat Jeno mendengus keras-keras. Tanpa bisa dicegah, sebelah tangan Jeno melayang ke punggung Jaemin, menepuk kencang.

"Joanna lebih suka gue. Mau apa lo?" Sahutnya datar dengan bibir mencebik.

"Udahlah ga usah diliatin anak tk lagi berantem. Ayo." Renjun mengode Rain supaya mengikuti langkahnya.

Sebelum benar-benar melangkah mengikuti Renjun, Rain melirik ke arah Jeno dan Jaemin yang masih aja berdebat dengan ekspresi sebal dan juga bibir yang sama-sama mencebik.

"Itu mereka gapapa ditinggal?"

Renjun terkekeh pelan dan melirik sekilas ke arah Rain. "Ga bakal hilang. Tenang aja."

Rain mendengus geli, ga menanggapi apa-apa lagi setelahnya. Sekarang matanya berfokus memerhatikan sekeliling, menelisik setiap ekspresi bahagia dari orang-orang di sekitarnya. Ah... rasa bahagia itu jelas benar-benar Rain pahami karena satu tahun lalu dia juga ada di posisi mereka.

"Haechan!" Renjun memanggil dan Haechan langsung menoleh, mencari-cari sumber suara di antara banyaknya orang.

Bukannya berfokus ke Renjun yang baru aja memanggilnya, Haechan justru berfokus ke sosok yang berjalan di samping Renjun dengan membawa bucket bunga di dekapan. Tanpa pamit ke si papa yang sebenarnya lagi ngomong, Haechan melangkah ke arah Rain dan langsung memeluk ceweknya itu begitu aja.

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now