45

11K 2.1K 264
                                    

Mata ketiga cowok yang berada di meja makan sekarang langsung tertuju ke Haechan yang baru aja melangkah memasuki dapur itu. Haechan keliatan ga peduli sama eksistensi Renjun, Jeno maupun Jaemin dan langsung melangkah ke arah kabinet penyimpanan buat mengambil beberapa makanan ringan dan juga bir dari kulkas.

"Lo ga makan?" Tanya Jaemin dengan hati-hati, dia jadi sangsi Haechan mau merespon pertanyaannya kalo melihat dari ekspresi dingin cowok itu.

Udah 3 hari ini Haechan ga makan makanan pokok sama sekali. Dia cuman makan cemilan yang ada di kabinet penyimpanan dan juga lebih sering mengonsumsi bir akhir-akhir ini. Haechan juga ga keluar-keluar dari kamarnya kalo mereka bertiga ada di apartemen. Keluarnya cuman sesekali doang itu pun kalo stok cemilan dan birnya habis di dalam kamar.

Selama 3 hari ini, mereka seolah cuman tinggal bertiga, dengan orang asing sebagai tambahannya. Iya, Haechan bertindak sebagai orang asing di sana selama 3 hari ini. Haechan bahkan terlihat enggan menatap salah satu di antara mereka bertiga seolah dengan satu detik tatapan, semua rahasianya bisa terbongkar gitu aja.

Sialnya lagi, mereka bertiga sama sekali ga bisa memastikan kali ini Haechan kenapa. Soalnya Haechan sama sekali ga cerita dan kayaknya sama sekali gamau cerita.

"Lo mau mati?" Pertanyaan sarkas Renjun ini membuat langkah Haechan yang hampir keluar dari dapur terhenti seketika.

Tapi Haechan cuman terdiam di sana dengan bibir yang terkatup rapat dan juga tatapan yang kosong.

"Udah berapa hari lo ga makan hah? Lo beneran mau mati overdosis bir?"

Tanpa merespon apapun, kaki Haechan kembali melangkah menuju kamarnya. Setelahnya, Renjun, Jeno dan Jaemin bisa mendengar suara pintu yang dikunci.

Helaan nafas berat sama-sama menguar dari sela bibir mereka setelah Haechan memasuki kamarnya itu.

"Sebenernya dia kenapa?" Tanya Jeno lebih ke bergumam, tangannya terangkat buat memijit pelipisnya. Rasanya Jeno benar-benar pusing memikirkan Haechan yang berubah drastis sekarang.

"Dia berantem ga sih sama Amora?" Tanya Jaemin yang membuat Renjun langsung melirik ke arahnya.

Helaan nafas berat lagi-lagi keluar dari sela bibir Jeno, "gatau. Mereka terakhir ketemu 3 hari yang lalu dan itupun gue ga ngedenger mereka berantem sama sekali. Tapi kayaknya ada yang ga beres sih di antara mereka."

Renjun mengerjap pelan, matanya sekarang beralih fokus ke permukaan meja makan di hadapannya, "ini bukan tentang Amora. Amora ga bakal bisa ngebuat Haechan jadi kayak gitu." Katanya yang langsung membuat Jeno sama Jaemin saling melempar tatapan.

"Maksud lo... ini karena Rain, gitu?" Tanya Jaemin dengan nada meragu. Sekarang berbagai kemungkinan langsung lewat di dalam pikirannya.

"Rain udah tau kalo Haechan udah punya pacar." Kata Jeno yang ngebuat mata Jaemin melebar seketika.

"Serius?" Tanya cowok Na itu, memastikan. Masalahnya dia sama sekali gatau tentang perihal itu dan sekarang mendengar hal itu dari Jeno secara tiba-tiba gini jelas ngebuat dia kaget.

"Hm." Gumam Renjun tanpa minat, "dan Amora juga udah tau kalo Haechan deket sama Rain."

Jaemin langsung menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang ditempatinya dengan agak kasar. Ekspresi mukanya seolah ngomong secara ga langsung kalo dia benar-benar ga percaya sama apa yang barusan dia dengar itu.

"Gila." Gumam Jaemin, masih ga habis pikir, "terus??"

"Rain kayaknya ngejauhin dia." Sahut Renjun langsung dengan sebelah sudut bibirnya yang terangkat datar, "tapi dia bahkan belom mutusin Amora."

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now