43

10.6K 2.1K 509
                                    

Iya ini dilanjut iya

















Jaemin menghela nafas berat begitu matanya masih menangkap sosok Haecahn di ruang tamu.

Terhitung udah hampir dua jam cowok kelahiran 6 Juni itu terdiam dengan bibir terkatup rapat dan juga tatapan mata kosong di salah satu sofa di sana. Matanya emang berfokus ke tv di hadapannya, tapi Jaemin jelas tau kalo jiwa sama pikiran Haechan udah melalang buana kemana-mana.

Jaemin memilih buat menyandarkan punggungnya ke sisi pintu, dengan mata yang memperhatikan Haechan lurus-lurus.  Semenjak dia pulang dari 'mencari udara segar' katanya tadi, Haechan emang jadi lebih diam. Bahkan Jaemin, Renjun sama Jeno sama-sama dibuat kaget begitu sadar kalo mata Haechan sembab dan mukanya memerah pas balik ke apartemen tadi.

Pengen nanya pun, Haechan ngebuat gestur badan seolah gamau diganggu sama sekali makanya mereka bertiga memilih buat ke kamar masing-masing dan ngasih cowok itu ruang. Dan sekarang... setelah hampir dua jam berlalu, Haechan masih duduk di sana, dengan kondisi psikis yang kayaknya makin memburuk.

"Haechan." Panggil Jaemin akhirnya. Tapi Haechan masih terdiam di tempat, "jangan sampe ga tidur." Lanjut Jaemin walaupun Haechan ga ngasih respon sama sekali, tapi walaupun begitu Jaemin yakin kalo Haechan ngedengerin dia.

Iya, Haechan beneran mendengar tiap kata yang keluar dari bibir Jaemin, tapi rasanya mulutnya gamau terbuka dan kerasa berat banget.

Ga lama, Haechan bisa mendengar suara pintu yang ditutup pelan-pelan dari kejauhan. Jaemin masuk lagi ke kamarnya karena ngerasa percuma juga dia ngomong sama Haechan panjang lebar di saat sekarang

Mata Haechan mengerjap lamat, sekarang di pikirannya mulai bermunculan rentetan kejadian yang dia alami selama beberapa tahun ini.

Mulai dari dia yang kenal dan akhirnya jadian sama Rain, sampai kejadian yang baru aja terjadi di hidupnya. Dimana Rain pergi lagi dan meminta Haechan buat ngelupainnya.

Gimana bisa? Haechan dibuat bertanya-tanya ke dirinya sendiri setelah mengingat-ingat lagi setiap kata yang Rain bilang tadi.

Gimana bisa dia nerima Amora dengan niat jahat ngejadiin cewek itu pelarian waktu itu?

Gimana bisa dia ngebohongin dua cewek sekaligus dan berubah jadi cowok brengsek?

Gimana bisa dia ngelupain Rain dan semua perasaan di hatinya?

Gimana... bisa?

Rasanya tenggorokan Haechan tercekat sekarang, dengan dadanya yang kerasa kembali sesak.

Haechan jadi ingat, gimana sosok Amora yang terkenal dengan keramahan dan kelembutannya nyatain perasaan ke dia lima bulan yang lalu. Awalnya Haechan ga jawab apa-apa pas cewek itu dengan beraninya menyatakan secara langsung ke Haechan pas mereka kebetulan lagi berdua di sekre BEM. Haechan akhirnya punya pikiran, dengan nerima Amora perasaannya bisa teralihkan dari Rain, dan akhirnya nerima Amora dalam kehidupannya.

Tapi rasanya beda.

Yang ada Haechan makin merasa kosong sekaligus hampa. Hidupnya terasa bukan lagi punya dia semenjak Rain pergi jauh darinya. Dan semenjak dia nerima Amora dalam hidupnya, rasanya lebih buruk dari itu. Bukan, Haechan sama sekali ga menyalahkan Amora yang hadir dalam kehidupannya, tapi Haechan menyalahkan diri sendiri kenapa bisa-bisanya dia sejahat ini sama Amora.

Harusnya dari dulu Haechan berani ngomong kalo dia gaada perasaan apa-apa sama cewek itu. Tapi nyatanya susah. Haechan takut menyakiti perasaan lembut dan tulus cewek itu walaupun nyatanya sekarang dia makin menaruh luka di dalam hati Amora.

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now