52

11.6K 2.1K 140
                                    

Walaupun udah lebih dari dua minggu Haechan keluar dari rumah sakit, dia sama sekali belum ngeliat Rain lagi. Kalau di total dari semenjak dia dirawat, berarti udah hampir tiga minggu dia ga ketemu Rain sama sekali. Dan ya... Haechan belum berani lagi nelpon cewek Son itu setelah ngerepotin dengan pingsan di dekapannya.

Rasa kangen itu emang membuncah, tapi dia benar-benar belum berani buat bersitatap sama Rain. Hatinya... masih belum benar-benar siap buat negejelasin semuanya ke Rain dan merjuangin lagi cewek itu. Selain itu, ada alasan lain yang ngebuat Haechan belum bisa menemui Rain. Cowok Lee itu semenjak keluar dari rumah sakit jadi lebih sering skripsian dan juga bimbingan. Syukurnya... skripsiannya lancar walaupun dia ngerasa agak stres dan tertekan.

Kayaknya Haechan benar-benar mau melegakan dan juga menata hati sebaik mungkin baru dia bisa menemui Rain lagi. Semoga aja Rain engga menolak kehadiran Haechan di dalam hidupnya.

Di hari kamis yang lumayan cerah tapi sejuk ini, Haechan menyetir mobilnya ke suatu tempat dengan senyuman yang dari tadi ga memudar di bibirnya. Sambil bersenandung pelan, Haechan menginjak pedal gas mobilnya buat membelah jalanan kota yang ga terlalu padat ini.

Setelah selesai bimbingan dan bab 2-nya di acc, Haechan emang berniat buat berkunjung ke tempat yang udah lama ga dia kunjungi itu. Jaraknya lumayan jauh dari apartemen karena tempatnya ada di pinggiran kota. Tapi gapapa, Haechan emang udah berniat ke sana dari lama tapi ga pernah bisa, jadi sekarang harus direalisasikan biar ga jadi wacana terus.

Di lampu lalu lintas terakhir sebelum Haechan benar-benar sampai ke tempat yang dituju, mobilnya berhenti karena lampu berwarna merah. Matanya melirik pelan ke rangkaian bunga tulip berwarna putih yang ada di jok samping pengemudi. Bucket bunga yang berukuran sedang itu sengaja Haechan pasangkan seatbelt biar ga rusak karena jatuh selama perjalanannya yang lumayan panjang ini. Bunga itu buat orang istimewa, ga boleh rusak sama sekali.

Selang 8 menit perjalanan lagi, mobil Haechan akhirnya sampai di parkiran luas tempat yang ditujunya. Senyuman tipis di bibir Haechan terbit begitu hidungnya menghirup udara segar begitu kakinya menginjakkan tanah di tempat itu. Seketika hati dan pikirannya menjadi tenang karena suasana di tempat ini.

Setelah ngambil bucket bunganya, kaki Haechan langsung melangkah tanpa ragu memasuki tempat luas itu. Hamparan rerumputan dan bukit kecil terlihat sejauh mata memandang. Walaupun gaada petunjuk pasti, kaki Haechan melangkah tanpa ragu ke tempat yang ditujunya.

Ga lama kemudian, kaki Haechan akhirnya berhenti di salah satu gundukan yang familiar itu. Senyuman di bibirnya keliatan tambah jelas sekarang.

"Hai, Ma." Sapanya dan langsung berjongkok di depan batu nisan berwarna putih itu. Tangannya terulur buat naro bucket bunga tadi ke atas gundukan tanah itu, "maaf Haechan baru bisa dateng." Katanya sambil menghela nafas pelan, "akhir-akhir ini sibuk banget, banyak kejadian sedih yang terjadi tapi Haechan gapapa. Anak Mama tumbuh jadi cowok yang kuat kok, jangan khawatir ya di sana." Tangan Haechan bergerak pelan menghapus debu yang menempel di nisan mamanya.

Haechan terdiam beberapa saat, dengan matanya yang mulai memburam karena air yang menumpuk di pelupuk matanya. Tapi Haechan berusaha keras buat ga nangis sekarang, dia gamau keliatan lemah di depan mamanya, "mungkin Mama udah tau, tapi Haechan tetap mau bilang. Haechan sama papa ga lagi ketemu selama 2 tahun. Maaf ya... Haechan ngejauhin papa karena kecewa, tapi sekarang malah kangen sama papa yang lagi di luar negeri. Tenang aja, papa masih ngasih Haechan kabar walaupun ga pernah Haechan bales." Tawa kecil terdengar dari bibir Haechan, "iya Haechan kurang ajar banget jadi anak, tapi nanti Haechan bakalan minta maaf kok kalo papa pulang."

Cowok Lee itu mengambil nafas banyak-banyak dan kemudian mendongakkan kepala karena lagi-lagi air mata mendesak keluar dari matanya, "Mama belom kenal Rainna ya? Nanti Haechan bawa ke sini, biar kalian kenalan." Senyuman getir terbit di bibir Haechan sekarang, dia tetap memaksakan dua sudut bibirnya buat tertarik ke atas meski hatinya udah sesak sekarang, "beneran nanti, setelah Haechan minta maaf dan ngebuat dia balik ke Haechan."

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now