46

10.9K 2.1K 440
                                    

Setelah hari yang menguras air mata iu terlewati, Rain berusaha buat tetap melanjutkan hidupnya. Hati Rain boleh remuk ga berbentuk, tapi hidupnya ga boleh ikut hancur juga.

Akhir-akhir ini Rain jadi makin sibuk karena tanggal peluncuran produk dari divisinya makin dekat. Rain harus rela jam tidurnya berkurang karena harus lembur beberapa hari ini. Dia juga harus rela jam makannya terlewati beberapa kali karena fokusnya benar-benar diambil oleh kerjaannya.

"Rainna." Yeri dari meja samping memanggil, tangannya bergerak buat menepuk pelan lengan Rain.

Mau gamau, Rain mengalihkan perhatiannya dari layar komputer ke Yeri yang ada di sampingnya. Seniornya itu ternyata udah lebih dulu natap Rain, "kenapa Kak?"

"Makan dulu ayo."

Bukannya langsung ngeiyaiin ajakan Yeri, fokus Rain justru kembali terarah ke layar komputernya, "kakak duluan aja. Ini nanggung."

Yeri menghela nafas pelan dengan tatapan sendu mengarah ke Rain. Cewek yang lebih muda satu tahun dari dia ini udah hampir seminggu kayak gini. Seolah menyiksa dirinya sendiri dengan terlarut ke dalam pekerjaannya. Bahkan Rain terus-terusan menolak ajakan Yeri buat makan siang atau makan malam kalau mereka lagi lembur. Bahkan yang dilihat Yeri akhir-akhir ini adalah cewek itu yang terus-terusan mengonsumsi kopi tanpa makanan lain. Yeri jadi khawatir kalau Rain bakalan kenapa-napa nantinya.

"Kalo gitu aku beliin makanan ya? Mau apa?"

Kepala Rain langsung menggeleng, dengan matanya yang belum teralih sama sekali dari layar komputer di hadapannya, "ga usah, Kak. Lagian aku ga laper."

Yeri sekarang terdiam dengan helaan nafas berat keluar dari sela bibirnya. Walaupun berat hati, Yeri akhirnya bangkit dari kursinya dan melangkah keluar dari ruang divisinya.

Begitu Yeri keluar, helaan nafas berat yang terdengar frustasi langsung keluar dari sela bibir Rain. Tangannya langsung menutupi kedua matanya dengan helaan nafas berat yang beberapa kali lagi terdengar.

Rasanya Rain benar-benar berubah jadi mayat hidup akhir-akhir ini. Tanpa makan, kekurangan tidur, mengonsumsi kafein terus menerus dan juga bekerja tanpa henti.

Semuanya Rain lakuin karena dia mau mengenyahkan bayangan Haechan dari hati dan otaknya. Seengganya, dengan kesibukannya sekarang Rain bisa mengusir bayangan cowok itu dari benaknya. Walaupun beberapa kali Rain teringat sama sosok hangat itu.

Rain benar-benar memutuskan buat ga berhubungan lagi dengan semua yang berkaitan dengan Haechan. Rasanya berat, tapi Rain harus.

Ternyata benar kata orang-orang tentang cinta pertama yang ga bakalan berjalan mulus. Pada akhirnya, Rain harus ngelupain lagi cinta pertamanya karena keadaan yang memaksa.

Rain mengusap kasar mukanya dan meraih lagi gelas kopinya yang udah kehilangan suhu hangatnya itu. Dia benar-benar ga bisa ngebiarin otaknya beristirahat dan kosong. Karena kalo itu terjadi, otaknya bakalan memutar bayang-bayang Haechan.

Rain gamau nangis lagi. Dia capek.

Sambil mencoba mengumpulkan fokusnya yang udah buyar, mata Rain kembali membaca satu persatu kalimat yang tertera di layar komputernya. Rain nyoba buat mengingat-ingat apa yang mau dia ketik tadi, tapi makin dia ingat, ingatan itu justru kerasa makin hilang dari otaknya.

Sekali lagi, tangannya bergerak buat mengusap kasar mukanya. Rasanya Rain butuh berlibur sekarang. Tapi kayaknya mustahil banget buat dia liburan mengingat divisinya lagi sibuk-sibuknya sekarang.

"I think i'm going crazy." Dengusnya sambil menundukkan kepala dalam-dalam.

Harusnya dia bisa terbiasa lagi tanpa Haechan mengingat dia udah melalui 2 tahun tanpa cowok itu. Tapi kenapa kali ini rasanya susah banget?

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now