55

10.9K 2K 171
                                    

"Pagi, Ra."

Rain bahkan belum genap melangkah keluar dari unitnya begitu mendengar sapaan dengan nada hangat itu. Kepala Rain tertoleh ke arah samping dan dia langsung disambut sama senyuman hangatnya Haechan.

Bukannya membalas sapaan Haechan atau balas tersenyum, Rain justru terdiam dan langsung menutup pintu unitnya. Setelahnya mata Rain yang keliatan lebih datar dari biasanya menatap Haechan yang berdiri di sisi dinding unit apartemennya.

"Ngapain?" Tanya Rain singkat, kakinya melangkah ke arah lift dan dia langsung memencet tombol turun.

Haechan juga langsung melangkah mengikuti Rain dan berdiri di samping cewek itu, "mau gue anter? Sekalian gue ke kampus."

Rain menghela nafas pelan, "Haechan--"

"Jangan suruh gue buat berhenti, Ra." Sela Haechan langsung. Kali ini gaada lagi senyuman hangat yang terukir di bibirnya. Matanya justru menatap lurus ke arah pantulan dirinya di pintu lift di depannya, "gue ga bakal berhenti."

Rain memilih buat ga menanggapi Haechan lebih jauh. Kepalanya kembali tertoleh lurus ke arah pintu lift di hadapannya. Setelah pintu itu terbuka, kakinya langsung melangkah masuk dan diikuti Haechan di belakangnya.

Rain tau kalo Haechan keras kepala. Dia ga bakal berhenti menggapai apa yang menjadi tujuannya dan bahkan ga akan gentar walau udah dilarang orang lain. Jadi dari pada ujungnya dia berdebat sengit sama Haechan, Rain mending diam buat saat ini dan ngebiarin Haechan melakukan apapun semaunya sampai cowok itu ngerasa capek sendiri.

"Gue anter, Ra." Kata Haechan lembut tapi penuh penakanan dengan tangan yang bergerak menahan pergelangan tangan Rain begitu cewek Son itu mau melangkah keluar.

Rain nengok, tanpa ngomong apa-apa berusaha buat ngelepasin tangannya dari cekalan Haechan.

"Ra." Panggil Haechan, kali ini penuh keseriusan. Hal itu sukses ngebuat Rain terdiam dan pintu lift kembali tertutup.

Rain menatap mata Haechan lurus-lurus, begitu pun dengan sebaliknya. Pandangan Rain menyiratkan emosi yang dia tahan, sedangkan Haechan memilih buat memasang ekspresi datar dan seolah ga peduli. Dia benar-benar ga peduli kalo Rain bakalan marah sekarang, dia cuman mau mengantar cewek itu.

"Gue anter, janji ga ngapa-ngapain." Kata Haechan lagi sambil menarik lembut tangan Rain begitu lift berhenti di parkiran basement apartemen.

Rain menghela nafas pelan, menatap tangan Haechan yang menggenggam pergelangan tangannya dengan tatapan yang sukar diartikan.

"Haechan." Panggil Rain dengan nada datar yang ga direspon Haechan, "lo bakalan terus kayak gini? Iya?" Rain menghentikan langkahnya yang ngebuat Haechan otomatis juga menghentikan langkah, "lo mau terus keras kepala kayak gini? Iya?"

Haechan terdiam dengan mata yang mengarah lurus ke Rain, tatapan sukar diartikan itu menghujam tepat ke mata Rain.

"Lo ga capek? Lo ga capek ngerasain berkali-kali kehilangan selama 6 tahun ini? Lo ga takut kalo nantinya bakalan ngerasa kehilangan lagi?" Tanya Rain sarkas, dengan rahang yang keliatan mengeras setelahnya.

"Kalo gitu gue bakal berusaha supaya lo ga menghilang lagi, supaya gue ga kehilangan lagi." Bisik Haechan penuh penekanan. Sekarang badannya beralih berdiri menghadap Rain dengan matanya yang menghujam lurus ke arah manik jernih itu, "gue bakal berusaha supaya kita ga bakalan pisah lagi, Rainna."

Rain justru menggeleng dan meloloskan tangannya dari genggaman tangan Haechan, "non sense. Lo ga bakal bisa ngelakuin itu." Sarkasnya dan kemudian balas menatap Haechan dengan yakinnya, "siapa yang tau ke depannya bakalan gimana?"

[II] Groove :: Lee Haechan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang