28

11.9K 2.1K 174
                                    

"Sunwoo."

Sunwoo nengok ke arah belakang, tangannya refleks ngeraih mug yang diulurin Rain ke arahnya dengan senyuman tipis mengembang di bibirnya, "thank's." Katanya pelan sambil ngeraih selimut di sampingnya dan langsung naro selimut itu ke atas paha Rain, "pake. Lagi dingin banget ini."

Rain ngangguk, nyampirin selimut itu di sekitar bahunya dan beralih menekuk kakinya.

"Itu donat sama cake-nya dimakan juga." Kata Rain karena Sunwoo cuman nyesap kopi instan buatannya.

"Kan donat sama cake-nya gue yang ngasih, masa harus gue makan juga?"

Rain ngangguk, natap Sunwoo dengan tatapan menuntutnya, "harus. Siapa suruh lo ngasih sebanyak satu kotak itu ke gue?"

Tawa pelan menguar dari sela bibir Sunwoo, seiring dengan tangannya yang ngambil satu donat dari kotak yang ada di tengah mereka, "iya deh." Katanya sebelum ngegigit donat itu.

Terus hening di antara mereka, sekarang segala macam hal lagi berkecamuk di pikiran Rain, ngebuat dia lebih milih buat terlarut ke dunianya sendiri.

Bahkan Rain ga sadar kalo Sunwoo sekarang udah natap dia dengan intensnya sambil ngabisin donat yang ada di tangannya.

"Kayaknya lo lagi banyak pikiran banget."

Dengan ga terduganya, Rain malah ngangguk ngeiyain terkaan Sunwoo. Pelukan Rain di kakinya makin mengerat dan helaan nafas berat keluar dari sela bibirnya.

"Gue yakin lo pasti bingung banget kenapa Haechan bisa semarah itu beberapa hari yang lalu." Kata Rain tanpa nengok ke Sunwoo, matanya justru tertuju ke kerlap-kerlip lampu kota di depan sana.

Raut Sunwoo berubah jadi serius, dengan matanya yang masih belum mau beranjak dari sisi muka Rain.

"Gue sama Haechan sebenernya bukan saudara lagi semenjak 2 tahun yang lalu."

Mata Sunwoo sukses dibuat melebar kaget pas ngedengar omongan Rain barusan.

"Makanya dia jadi semarah itu karena mungkin inget sama yang dulu-dulu." Kata Rain dengan senyuman pias terbit di bibirnya.

Kepalanya tertoleh lagi ke Sunwoo yang masih natap lurus-lurus ke arahnya. Sekarang senyuman pias itu makin tercetak jelas di bibir tipisnya, "kaget ya?"

Sunwoo berdeham pelan, milih buat nekuk kakinya juga dan ngalihin tatapan ke kerlap-kerlip lampu kota di depan sana. Kepala Sunwoo mengangguk kikuk dengan senyuman hambar terukir di bibir, "iya. Sorry kalo reaksi gue menyinggung."

Rain menggeleng sambil ngeratin selimut di badannya, "engga. Engga sama sekali kok. Reaksi yang natural banget kalo lo kaget gitu mengingat pas baru-baru nikah mama gue sama papa Haechan kayaknya bakalan bertahan di sisa hidup mereka." Rain ngehela nafas pelan dan beralih nyenderin dagunya ke atas lutut, "mama sekarang keliatan udah biasa aja, setelah dua tahun berjuang buat ngelupain semuanya. Gitu juga sama gue dan Eric."

"Itu makanya kalian berdua menghilang gitu aja selama dua tahun ini?" Tanya Sunwoo dengan kepala yang udah tertoleh ke Rain.

Cewek Son itu mengemam bibir dan ngangguk mengiyakan, "iya." Katanya terus nengok ke Sunwoo, "jangan minta gue berhenti karena gue mau cerita, oke?"

Mata Sunwoo mengerjap lamat begitu manik Rain mancarin binar sendu. Cewek di hadapannya ini... seolah udah nahan beban berat dari lama.

"Gue ga nyeritain hal ini ke siapapun, selama 2 tahun. Beban yang lumayan berat. Tapi hidup gue tetep harus berjalan kayak bisanya setelah beban itu menerpa." Rain ngambil nafas banyak-banyak, pandangan matanya terlihat menerawang sekarang.

"Dua tahun lalu papa Haechan selingkuh." Mata Rain mengerjap pelan, ingatannya soal kejadian waktu itu terasa masih segar, seolah dia baru aja ngalamin hal itu, "faktornya... karena mama gue dan juga papa Haechan yang sama-sama fokus dan bisa dibilang gila kerja. Mereka jadi ga punya waktu cukup buat satu sama lain."

Mata Rain mengerjap cepat, mengusir cairan yang udah mulai mengumpul di pelupuk matanya, "mama gue nyalahin dirinya sendiri. Sampe dia nge-drop dan depresi. Makanya Eric lebih dulu balik ke sini buat ngejaga mama dan gue tetap di LA bareng papa. Awalnya gue juga mau ada di samping mama, tapi Eric ngelarang. Dia bilang itu waktunya dia buat ngejaga mama."

Tangan Sunwoo bergerak pelan ngelus bahu Rain, bahu yang udah terlalu banyak menyimpan bebannya sendirian.

"Gue... juga jadi ngasih jarak sama Haechan. Gue bahkan menghilang gitu aja buat nata hati gue yang kecewa karena papanya." Rain ngambil nafas banyak-banyak dan nepis kasar air mata yang keluar tanpa permisi itu, "padahal bukan dia yang salah. Dia juga langsung minta maaf, bahkan juga nangis karena papanya yang ngecewain mama gue. Tapi gue milih buat nutup mata sama telinga. Rasanya... terlalu aneh buat tetap berinteraksi sama Haechan setelah apa yang terjadi."

Mata Rain keliatan menyendu sekarang, "mereka, mama gue sama papa Haechan, ga lama cerai. Dan mama makin keliatan tertekan setelah itu." Rain nengok ke Sunwoo dengan senyuman sendu di bibir, "gue seolah ada di posisi mama waktu itu, makanya gue lebih milih menjauh dari segala sesuatu yang berhubungan sama papa Haechan. Termasuk Haechan yang sama sekali ga bersalah."

Cewek Son itu beralih mengigit bibir bawahnya, nahan sesuatu yang mendesak di hatinya sekarang, "gue... jahat banget ya, Nu?"

Sunwoo ngehela nafas pelan dan menggeleng, "engga kok. Wajar kalo lo kecewa." Tangan Sunwoo sekarang bergerak buat ngelus lembut puncak kepala Rain, "yang terpenting, sekarang lo udah gapapa. Sekarang lo udah berdamai sama masa lalu dan bahkan masih bisa dekat sama Haechan." Sunwoo mencebik dalam diam pas ingat gimana ekspresi datarnya Haechan yang keliatan ngeselin di matanya, "lo bisa ngejadiin yang dulu-dulu buat pelajaran." Katanya yang ngebuat Rain langsung ngangguk.

Kepalanya tertoleh lagi ke Sunwoo, "ngomong-ngomong, gue besok kerja. Jadi... lo pulang aja ya, hehe. Sorry."

Astaga... baru aja Sunwoo mikir kalo mereka bakalan berakhir ngebagi cerita satu sama lain sampai fajar menjelang. Tapi ekspektasinya langsung dihancurin Rain gitu aja.

"Iya-iya ini juga mau pulang." Sungut Sunwoo sambil ngelipat selimut Rain yang dari tadi melekat di sekitar bahunya.

"Sorry." Ringis Rain pelan, sadar sama perubahan ekspresinya Sunwoo.

"Gapapa." Kata Sunwoo dengan senyuman datar di bibir, "ah... besok kalo lo mau pulang ke cafe dulu aja. Biar bareng pulangnya." Katanya dengan senyuman manis yang sekarang udah mengembang di bibir.







Oke, 1 konflik udah terungkap dan clear

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oke, 1 konflik udah terungkap dan clear. Tinggal sekitar... 3 konflik lagi deh kayaknya hehe. Kebanyakan Ya Allah konfliknya :(

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now