41

11.1K 2.1K 569
                                    

Don't forget to like and comment😉














"Nih minum."

Kepala Amora langsung mendongak begitu ada satu botol air mineral yang terulur di hadapannya. Sebelum meraih botol itu, Amora lebih dulu menatap seseorang yang sekarang lagi berdiri di hadapannya sekarang. Seseorang yang ga pernah disangka bakalan ada di saat dia lagi nge-down banget kayak gini.

Helaan nafas berat keluar dari seseorang di hadapannya, "jangan ngelamun terus bisa ga sih, Mor?"

Amora juga ikut menghela nafas dan kemudian tangannya bergerak pelan buat mengambil alih botol air itu. Kepala Amora menunduk sekarang, dengan matanya yang tertuju lurus ke arah permukaan botol yang berembun. Bibirnya masih terkatup rapat, seolah gamau menjelaskan apa-apa ke orang yang sekarang udah mengambil tempat di sampingnya.

Keadaan Amora keliatan lumayan kacau sekarang. Matanya sembab, pipinya masih memerah dan lembab, rambutnya agak lepek karena keringat dan juga terlihat agak berantakan. Tapi dibanding dengan penampilannya, hati Amora lebih kacau sekarang.

Ada banyak luka tak kasat mata yang udah tergores di sana. Karena satu nama yang sekarang gatau ada dimana.

Lee Haechan.

"Udah gue bilang kan lo harus siap menghadapi kemungkinan terburuknya?"

Sekali lagi, helaan nafas berat keluar dari sela bibir Amora. Kepalanya bergerak mengangguk pelan dengan jarinya yang udah menelusuri badan botol. Dia ga berniat sekalipun merespon omongan Renjun di sampingnya.

"Mor."

Amora menggumam serak, sama sekali gamau melihat ke arah Renjun yang duduk di sampingnya.

Cowok Huang itu menghela nafas, rasanya dia mau meluk lagi cewek yang keliatan rapuh ini, tapi Renjun jelas tau sampai mana batasannya. Tadi... dia emang memeluk Amora karena ngeliat cewek itu yang terisak hebat.

Renjun mengemam bibir, kepalanya sekarang udah tertoleh ke arah Amora, "lo beneran mau diem sampai nanti?"

Amora menggigit bibir bawahnya kuat-kuat begitu kejadian tadi terputar ulang di dalam benaknya. Rasanya hatinya dipenuhi rasa sesak yang benar-benar membuatnya kesusahan bernafas.

"Lo tau ga Mor?" Tanya Renjun dengan mata yang sekarang udah tertuju ke langit jingga di atas sana, suasana taman yang ada di belakang sekre BEM kali ini tenang banget, karena orang-orang emang udah pulang dari tadi, "gue kenal satu cewek, dia rela berkorban banyak demi kebahagiaan orang yang dia sayang." Satu senyuman miris terbit di bibir Renjun begitu sekelebat bayangan itu lewat di otaknya, "gue udah kenal dia dari awal masuk SMA, udah temenan selama itu juga sama dia sampai sekarang. Dia... pernah ngelepas cowok yang benar-benar dia sayang karena si cowok mau jadi abang tirinya."

Mata Amora langsung melirik ke arah Renjun begitu mendengar ceritanya itu. Amora gatau pasti siapa teman yang dimaksud Renjun dalam ceritanya, tapi dia bisa memastikan pasti hal yang udah dialami teman Renjun itu kerasa benar-benar menyakitkan.

Bahkan... kejadian yang menimpa Amora sekarang kerasa udah menyakitkan, apalagi teman Renjun yang harus rela melepas orang yang disayang karena mereka harus jadi saudara tiri.

"Dia awalnya gamau bilang ke cowoknya alasan mereka putus apa. Tapi lama-lama si cowok juga tau dan akhirnya ngerti sama perubahan sikap mantannya itu. Si cowok udah nyoba buat benci ke mantannya itu, tapi ga pernah bisa." Renjun melirik sekilas ke arah Amora yang sekarang udah memfokuskan diri ke arahnya, "terus... di saat mereka udah rela sama status satu sama lain, mereka justru harus pisah karena si cewek ikut papa kandungnya ke luar negeri. Nah, mereka akhirnya lost contact selama beberapa tahun. Dan hebatnya, perasaan si cowok keliatan masih sama ke si cewek."

Mata Amora mengerjap pelan, "pasti sakit."

Renjun mengangguk pelan, "banget kayaknya."

"Itu... lo sendiri yang mengalami?"

Renjun tersenyum kecil dan langsung menggeleng, "bukan. Gue ga bisa ngasih tau lo orangnya siapa. Tapi kayaknya lo bakal tau nanti." Kepala Renjun sekarang tertoleh ke arah Amora dengan senyuman tipis yang masih bertengger di bibirnya, "bukannya apa, tapi kalo lo bener-bener sayang sama seseorang, lo bakalan rela ngelepasin dia buat kebahagiaannya atau kebahagiaan orang lain di sekitarnya. Kayak si cewek yang ngelepas cowoknya demi kebahagiaan mamanya, dan si cowok yang ngelepas cewek demi tercapainya cita-cita cewek itu."

Amora mengerjap lamat, dengan pandangan kosong yang udah mengarah ke Renjun.

"Lo... paham ga sama yang gue maksud?"

Cewek Cho itu meneguk ludahnya dengan susah payah dan langsung mengalihkan tatapannya dari Renjun, sekarang kepalanya kembali tertunduk. Dia paham, tapi mencoba buat berpura-pura gatau.

"Mor--"

"Ga bisa."

Mata Renjun mengerjap lamat begitu mendengar jawaban lirih itu.

"Gue ga bisa Ren... rasanya susah."

Renjun sekarang terdiam, dengan tatapan sendu yang mengarah lurus ke arah Amora.

Iya, melepaskan seseorang yang benar-benar kita sayang itu emang susah. Butuh banyak pengorbanan di dalamnya.

Helaan nafas berat keluar lagi dari sela bibir Renjun, seiring dengan tatapannya yang bergulir ke arah langit senja.

Harusnya... sebelum ngasih saran ke orang lain, Renjun udah harus bisa melakukan saran itu ke dirinya sendiri.

Dia bahkan... merasa belum bisa ngelepas cewek yang dia sayang demi kebahagian si cewek itu sekarang.

Kayak kata Amora tadi... rasanya susah.

"Terus lo mau gimana?" Tanya Renjun dengan pelan, matanya masih tertuju lurus ke guratan indah langit di atas sana.

"Gatau." Lirih Amora lagi, dengan punggung yang udah bersandar ke sandaran kursi taman. Ga lama, matanya melirik ke arah Renjun di sampingnya, "lo... kenapa bisa ada di sekre BEM?"

Renjun mengendikan bahunya sambil menoleh ke arah cewek di sampingnya itu, "gue mau nyamper Jeno sih tadi. Ngambil flashdisk gue yang ga sengaja dia bawa. Terus... gue ngeliat Haechan keluar dari sana dengan ekspresi nahan emosi, gue juga ngedenger lo yang nangis. Maaf tadi gue lancang meluk lo."

Kepala Amora bergerak menggeleng pelan, "gue justru harus berterima kasih." Gumam Amora. Sekarang kepalanya udah tertoleh ke Renjun dengan senyuman tipis terukir di bibirnya, "makasih Renjun."

Bukannya membalas senyuman Amora atau merespon ucapan terima kasih itu, binar mata Renjun justru berubah sendu sekarang.

Gimana dia bisa ngelepas cewek rapuh ini sekarang? Padahal Renjun tau kalo kebahagiaan cewek ini ada di Haechan. Tapi bahkan... Haechan sama sekali ga bisa ngasih kebahagiaan ke cewek ini.

Helaan nafas berat keluar dari sela bibir Renjun, seiring dengan kepalanya yang kembali tertoleh ke arah depan, "hm." Gumamnya singkat, dengan berbagai pikiran yang mulai memenuhi kepalanya sekarang.











😋😋😋😋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

😋😋😋😋

[II] Groove :: Lee Haechan✔Where stories live. Discover now