Air Mata Deri

6.6K 158 7
                                    

Pagi hari 15 september 2016

“nanti jadi Ri..?”

Sebelum Deri berangkat kerja, aku bertanya tentang rencana kami hari ini.

“jadi, nanti jam 3 aku pulang jemput kamu.” jawab Deri “aku pergi dulu ya, kamu jaga kandang yang bener” lanjut nya.

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban nya. Deri selalu saja mengatakan jaga kandang..

Aku mengikuti Deri sampai dia masuk ke Mobil nya.

Mobil Deri sudah keluar dari pekarangan rumah, aku masih terus melihat Mobil nya sampai menghilang dari pandangan, baru aku berjalan kembali masuk kerumah.

*****

Jam menunjukkan pukul tiga, aku sudah siap dan sedang menunggu Deri menjemput.

Tepat pukul empat sore kami sudah berada di tempat tujuan..

Aku berdiri dibelakang Deri sambil memegang sebelah bahu nya.

Deri langsung berjongkok didepan gundukan tanah yang kini sudah di tumbuhi banyak rumput. Banyak daun kering berwarna kecoklatan yang gugur dari pohon pohon besar yang mengelilingi tempat ini.

Perlahan Deri mulai mencabuti rumput rumput itu, aku pun ikut berjongkok disebelah Deri dan ikut mencabuti rerumputan itu.

Cukup lama aku dan Deri hanya dalam keadaan hening tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Aku menoleh ke Deri dan melihat tatapan mata nya. Mata nya yang biasa nya tajam dan terkesan tegas kini perlahan berubah menjadi sayu seperti tatapan kosong orang yang sedang putus asa.

Aku sudah berhenti mencabuti rumput itu dan kini aku hanya terus memandangi mata Deri. Sedih rasa nya melihat mata Deri yang seperti itu.

“maaf” gumam Deri pelan.

“maaf”

“maaf”

“maaf”

“maaf”

“maaf”

“maaf”

“maafin aku”

Deri mengatakan maaf sembari terus mencabuti rumput rumput itu. Suaranya pun semakin lama semakin mengecil tapi tetap terdengar jelas. Ucapan maaf dari hati nya yang paling dalam itu masih sangat jelas terdengar di telingaku walaupun dia mengatakan nya dengan suara pelan.

Entah berapa menit sudah Deri mengatakan maaf, dan entah berapa puluh kata maaf sudah keluar dari mulut nya.

Aku mengelus bahu nya pelan, aku tidak tau harus mengatakan apa, aku tidak tau harus berbuat apa melihat Deri yang seperti ini.

“maaf”

“maafin aku”

Seketika bahu Deri bergetar. Air mata nya yang sudah mengembun sedari tadi kini tumpah dengan hebat nya dan langsung membasahi pipi nya. Entah sudah berapa lama aku tidak melihat Deri menangis seperti ini.

Wanita sangat suka mendengar janji dari pria, namun ada yang dikecewakan karena pria itu hanya janji belaka, alias janji kosong yang tidak akan ditepati.
Itu tidak berlaku untuk Deri, Deri adalah pria yang omongan nya bisa dipegang, apapun akan dia usahakan untuk menepati janji nya.

Dan hari ini, Deri belum bisa melunasi janji nya pada seseorang yang pernah masuk kedalam hidup nya.

Deri masih terus mengucapkan kata maaf dengan airmata yang sudah sangat membasahi wajah nya.

“maafin aku belum bisa menepati janji kita”

“maafin aku sudah membuat kamu menunggu terlalu lama, sudah berapa tahun kamu ninggalin aku dan aku masih belum menyelesaikan tulisan tentang hidup aku yang ada kamu didalam nya, seperti permintaan kamu dulu”

Deri mengahapus airmata nya.

“kamu mau kan nunggu sedikit lebih lama lagi, aku janji akan nyelesaiin cerita itu”

Deri berusaha menenangkan diri dengan mengatur nafas nya.

Setelah tiga kali tarikan nafas Deri lalu berucap.

“setelah aku selesai apa kamu bisa membaca nya disana..?” ucap Deri lalu dia menutup mata nya dengan tangan, mungkin dia sudah tidak kuat lagi menahan kesedihan nya.

“kamu dulu kan juga janji sama aku akan baca tulisan itu apapun yang terjadi, apa kamu sekarang masih bisa membaca nya..?” ucap Deri dengan suara bergetar dan terbata bata.

Deri tertunduk dan terus menangis. Air mataku pun sudah menetes...

Cukup lama Deri tertunduk lalu menoleh dan melihat Ku.

“kirim al-fatihah dulu yuk”
ucap Deri sambil merangkulku.

Aku sudah menangis, aku sudah tidak kuat lagi menahan air mata ini..

“udah ya, jangan nangsi lagi ya” ucap Deri sambil mengelus punggungku.

Seharus aku yang menenangkan Deri karena Deri lah yang paling merasa kehilangan. Tapi aku tidak kuasa menahan air mata ini..

Setelah aku tenang.
Kami membacakan al-fatihah.

Kami sama sama tertunduk dan membaca al-fatihah dalam hati.

Kini Deri sudah berdiri dan langsung mengajakku untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Awan mendung sudah menutupi daerah sini..

Deri melihat keatas sejenak. Deri melihat awan mendung yang siap menjadi Hujan.

“aku pernah baca, katanya hanya Hujan yang bisa menghubungkan langit dan bumi yang tidak bisa terhubung” ucap Deri. Lalu dia menoleh melihatku.

Aku hanya diam menunggu kelanjutan dari ucapan Deri.

“dia sudah disana, berada ditempat semua akan pulang, tempat dimana semua akan menuju akhir”

“dia diatas langit, dan aku masih menginjakkan kaki dibumi, hanya dengan hujan lah kami dapat terhubung” ucap Deri sambil tersenyum.

Aku langsung menghapus sisa sisa airmataku dan langsung merangkul kan tanganku pada pinggang nya.

“walaupun dia udah nggak bisa baca cerita kamu, aku yakin dia tau kamu sekarang sedang berusaha untuk menyelesaikan cerita itu atas dasar janji kamu dengan dia” ucapku.

“ya. Mudah mudahan” ucap Deri.

Deri menoleh kebelakang sesaat dan kembali melihat nisan nya.

“kami pulang dulu ya, lain kali kami pasti datang kesini lagi” ucap Deri.

Aku dan Deri berjalan keluar dari pemakaman ini dan langsung menuju tempat mobil kami diparkir tadi.

PELANGI SETELAH HUJANWhere stories live. Discover now