#148 Titik Terendah

5.7K 125 0
                                    

  Dari pagi gw mengurung diri dikamar, berkali kali Kak Lina dan Cindy mengetuk kamar gw tapi tidak gw perdulikan sama sekali..

Gw hanya berdiam diri dikamar, tanpa makan dan minum. Saat malam Hari gw keluar kamar dan gw langsung kaget karena melihat Omzul sudah duduk diruang tengah seorang diri.

"wooh pria dewasa akhirnya keluar kamar" ucap Omzul.

Tergambar jelas kemarahan pada wajahnya. Pasti OmZul sudah mendengar semua kelakuan gw dari bokap dan dia langsung datang kesini.

Gw berusaha tenang dan berjalan kedapur. Gw berjalan dengan badan yang gemetaran, gw gemetar bukan karena belum makan dari pagi, gw gemetar karena ada OmZul disini.

Sampai didapur gw mencari makanan, tapi tidak ada satupun makanan yang gw dapat.

"lapar lo..?" tanya Omzul yang sudah berada didapur juga "makanan udah gw pindahin kerumah Cindy semua, kalau mau makan kesana aja"

Gw melihat Omzul yang lagi berdiri dan bersandar di pintu masuk dapur. Gw melangkah bermaksud untuk kerumah Cindy. Saat gw tepat disamping Omzul, dia langsung menarik kerah gw.

"lo merasa udah dewasa sekarang..?" tanya Omzul.

"nggak Om" jawab gw pelan.

"terus gw dengar katanya lo udah main sama alkohol" ucap Omzul "udah hebat..?"

"nggak Om"

"lo mau buat malu keluarga kita..?" tanya Omzul.

"....."

"KENAPA DIAM LO" bentak Omzul sambil mendorong badan gw.

"gw bukan anak anak lagi ya, lo nggak perlu bentak bentak gw" ucap gw panas.

"ooh hebat, merasa kuat lo..?"

OmZul mendorong bandan gw lagi sehingga gw terhempas kebelakang dan membentur Rak piring yang pintu nya terbuat dari kaca, kaca itu langsung pecah berserekan.

Wajah gw dicengkram Omzul dan didorong masuk kedalam Rak piring yang pintu nya sudah pecah tadi.

Gw langsung mendorong badan Omzul dengan keras.
"jangan salahin gw kalau lo mati malam ini ya.." ucap gw sambil membersihkan pecahan kaca yang menempel dipunggung gw.

"ooh karena ada yang jaga, jadi lo merasa kuat" ucap Omzul.

Buuuug Omzul memukul wajah gw, gw langsung membalas pukulan nya, tapi tidak ada yang mengenai Omzul.
Dia terus menghindar setiap gw pukul, sedangkan Omzul dengan gampang nya mukul wajah gw berkali kali.

Gw memegang bibir gw yang sudah berdarah..

Nafas gw sudah tidak teratur. Gw langsung memukul Omzul lagi, Omzul terus mundur sampai akhirnya kami sudah keluar dari dapur dan berada diruang tengah.

"takut lo..?" bentak gw.

OmZul langsung maju dan menendang perut gw Buuuug. Gw langsung berlutut sambil meringis kesakitan.

Dia menarik rambut gw.
"lo mau ngelawan gw..?" bentak OmZul "belum cukup umur lo bodoh" lanjutnya sambil mendorong kepala gw.

Nggak berapa lama semua keluarga gw sudah masuk kerumah karena mendengar suara ribut. Sepertinya mereka semua tadi berada dirumah Cindy dan membiarkan Omzul berdua dengan gw dirumah.

"udah Om" Cindy langsung menarik badan Omzul.

"lepasin dulu Cin, ni anak harus dikasih pelajaran biar otak nya bisa dipake lagi"

Gw yang sedari tadi menunduk akhirnya mengangkat kepala dan melihat Omzul.

"jangan lagi, kasian" ucap Kak Lina.

Gw melihat kearah Bokap yang hanya diam melihat gw. Nyokap gw sudah menangis..
Bokap, nyokap Cindy juga hanya diam aja. Yang tidak gw liat hanya nenek gw.

Omzul melangkah lagi mendekati gw.

"udah Zul" ucap Bokap "bangun kamu Deri"

Gw berdiri dan menundukkan kepala.

"kamu keluar dari rumah ini sekarang.."

Mata gw langsung panas dan terasa berair. Gw di usir.
Cindy dan Kak Lina langsung menangis dan meminta Bokap untuk tidak mengusir gw.

"ya.."
Gw langsung jalan keluar rumah. Kak Lina dan Cindy berusaha menahan gw tapi tangan mereka ditarik oleh Omzul.

Gw keluar rumah dengan baju kaos dan celana pendek, tanpa Handphone dan juga dompet.

Gw jalan tanpa arah dan tujuan dengan langkah gontai. Wajah gw sudah dipenuhi luka.
Gw memutuskan ke Mesjid komplek, sesampai nya disana gw mencuci muka dan membersihkan darah yang ada diwajah gw.
Setelah itu gw lanjut jalan lagi. Tanpa sadar gw sudah berada didepan rumah Siska.
Apa gw harus minta tolong Siska... Tapi gw malu karena gw sudah berlaku kasar dengan dia selama ini.
Gw tidak berani masuk kerumah nya, gw hanya duduk didepan pagar rumah nya sambil memeluk lutut dan menundukkan kepala.

Kenapa hidup gw jadi ancur ancuran gini, dulu gw selalu bahagia ketika masih bersama Resti..
Tanpa sadar gw menangis. Berkali kali gw mencoba menghapus Air Mata ini, tapi tetap saja terus mengalir. kenapa.... kenapa air mata gw nggak mau berhenti mengalir..

Kenapa baru sekarang gw menyesali perbuatan gw..


Pintu rumah Siska terbuka dan Siska keluar dari dalam rumah nya. Dia berjalan mendekati gw yang lagi duduk didepan pagar rumah nya.

"masuk Ri.." ucap Siska sambil membuka pagar rumah nya.

"....." gw nggak berani melihat dia, gw takut karena selama ini udah kasar.

Siska menarik tangan gw dan membawa gw masuk kedalam rumah nya.
Setiba nya didalam Rumah Siska, gw langsung dibawa kekamar nya..

"tiduran dulu Ri, aku ambil obat dulu kebelakang" ucap Siska sambil keluar dari kamar nya.

Nggak berapa lama Siska masuk lagi kekamar nya, dia membersihkan luka diwajah gw, lalu mengobati luka luka gw itu.

Mata gw terasa berat dan akhirnya gw ketiduran..  

PELANGI SETELAH HUJANWhere stories live. Discover now