#158 Rani

5.9K 131 1
                                    

  Di semester 5 terlihat keanehan pada Rani.
Sudah 1 minggu Rani tidak masuk, gw sudah mencaoba menghubungi nya tapi tidak ada hasil karena Handphone nya mati.
Hari ini sepulang dari kampus gw bermaksud untuk mendatangi Kosan nya untuk mencari tau kenapa dia tidak masuk sampai 1 minggu.

Saat jam kuliah selesai, gw langsung memacu Motor menuju Kosan nya.
Sesampai nya di Kosan Rani, gw langsung berlari menuju kamar nya, penghuni Kosan lain sudah mengenal gw karena gw terbilang cukup sering main ke Kosan Rani.

Sebelum sampai dikamar nya gw berpapasan dengan mbak Dila teman sebelah kamar nya Rani.
"mbak, Rani ada di kamar nya nggak..?"

"nggak tau Ri, akhir-akhir ini Rani jarang keliatan, coba kamu cek aja Ri."

Gw langsung lanjut jalan menuju kamar nya Rani. Saat didepan kamar nya gw mencoba mengintip lewat jendela tapi tidak terlihat apa apa karena kamar nya gelap.

Gw mencoba mengetuk pintu kamar nya, berkali kali gw ketuk tetap tidak ada jawaban. Gw langsung duduk di kursi depan kamar nya Rani.

"gimana Ri..?" tanya Mbak Dila "ada Rani nya..?"

"nggak ada kaya nya mbak, lampu kamar nya juga mati"

"dia kenapa ya, belakangan ini keliatan aneh banget" ucap Mbak Dila.

"dia nggak masuk kampus udah seminggu mbak" ucap gw "terakhir mbak ketemu Rani kapan..?"

"tiga hari yang lalu, dia lagi ribut sama Haris di kamar nya mbak dengar"

Terakhir gw ketemu Rani dia sempat cerita kalau Haris kaya nya selingkuh. Pasti gara gara ini Rani jadi aneh gini.

"ribut gimana mbak..?" tanya gw.

"Haris ngajak Rani keluar malam itu tapi Rani nya nggak mau, Cuma itu aja yang mbak dengar"

Saat gw lagi ngobrol dengan Mbak Dila, dari kejauhan gw liat Rani lagi jalan kearah kami.

Saat Rani sudah didepan kamar nya, dia langsung membuka pintu kamar nya dan masuk begitu saja tidak memperdulikan gw dan mbak Dila.

"oi lo kemana aja Ran, seminggu nggak masuk" ucap gw sambil ikut masuk kekamar nya.

"gapapa" jawab Rani sambil melempar tas nya dan langsung rebahan di kasur nya.

"lo kenapa pucat banget Ran" tanya gw "lo sakit..?"

"nggak"

"ya ampun Ran, lo sama gw kaya sama orang lain aja, kalau lo perlu bantuan bilang aja, gw bisa bantu" ucap gw sambil duduk dikasur nya.

"nih" ucap Rani sambil memberikan Handphone nya ke gw.

Gw melihat kelayar Handphone nya dan melihat ada foto Haris yang lagi berpelukan dengan Vania temen dekat Rani di kampus.

"itu foto gw yang ambil sendiri, gw liat dengan mata kepala gw sendiri si Haris selingkuh" ucap Rani.

"lo udah ngomong sama Haris soal ini..?" tanya gw.

"yang soal foto ini belom" jawab Rani "tapi kemarin gw sempat liat BBM dia sama Vania, gw tanyain dia malah marah marah"

"sama Vania udah lo tanya..?"

"belom juga" jawab Rani "males gw, selama ini gw anggap dia sahabat, tapi malah gini"

.....

2 jam kemudian gw dan Rani sedang menuju Kosan nya Vania. Rani dapat kabar dari temen nya kalau Haris lagi dikosan Vania.

Gw dan Rani lagi menaiki tangga menuju lantai 2 karena kamar Vania ada dilantai 2. Gw melihat kesekeliling Kosan ini, Kosan ini terbilang bebas, bahkan sangat bebas, gw melihat banyak laki laki yang keluar masuk dari kamar cewek, dan Kosan ini tidak di jaga oleh pemilik Kos nya.

Saat didepan kamar Vania, Rani mencoba mengintip lewat jendela nya. tiba tiba Rani langsung mundur sambil menutup mulut nya dan air mata nya langsung menetes.

"lo kenapa..?" tanya gw.

"Haris Ri.." ucap Rani sambil menunjuk pintu kamar.

"kenapa..?" tanya gw lagi.

"gw mau jumpain yang punya Kos ini" ucap Rani sambil berjalan pergi.

Gw mencoba mengintip melalu jendela kamar Vania yang tidak semua nya ditutupi tirai.

Anjriiit si Haris.

"sini Ran" gw langsung menarik tangan Rani "kelamaan kalau jumpain yang punya Kos"

Gw mundur berapa langkah lalu langsung gw tendang pintu kamar Vania.

Braaaaaaaaaaak...

Braaaaaaaaaaaaak.....

Dengan dua kali tendangan pintu kamar nya langsung terbuka.

Terlihat jelas sudah. Haris yang telanjang dada lagi berpelukan dengan Vania di kasur nya.

"gw mau nawarin pengaman Ris" ucap gw sambil berjalan masuk kekamar Vania.

"b*j*ng*n lo Ris" teriak Rani "gw udah kasih segalanya buat lo, semuanya udah gw kasih, malah ini balasan lo a*j*n*"

Gw kaget mendengar Rani mengucapkan 'semuanya'. Gw langsung menoleh ke Rani yang saat itu sudah menangis.

"lo ngapain kesini Ran" ucap Haris sambil berjalan mendekati Rani yang saat itu sudah berdiri didepan gw.

Gw yang melihat Haris jalan mendekati Rani langsung menarik tangan Rani untuk berdiri di belakang gw.

"lo boleh ngomong sama Rani, tapi ingat jangan kasar" ucap gw "kalau lo berani mukul Rani, gw lempar lo kebawah Ris"

"lo jangan ikut campur a*j*ng" ucap Haris sambil menunjuk wajah gw.

"kelakuan lo yang kaya a*j*ng" jawab gw.

"sini lo Ran"
Haris mencoba menarik tangan Rani.

Rani langsung menghindari Haris lalu dia menunjuk Vania.
"nggak nyangka gw lo tega banget sama gw Van, lo tau semuakan gimana gw sama Haris, kenapa lo masih tega"

Gw melihat Vania yang hanya duduk dikasur nya sambil menutupi tubuh nya dengan selimut. Vania tidak menunjukkan ekspresi takut sedikitpun. Seperti tidak ada rasa menyesal sudah melakukan hal seperti ini ke sahabat nya sendiri.

"kita pulang Ri" ucap Rani.

Gw langsung balik badan dan mengikuti Rani dari belakang. Saat itu Haris langsung menarik tangan Rani dengan kasar.

"sakit Ris" ucap Rani.

Buuuuug gw langsung memukul wajah haris. Dan kemudian menendang nya sehingga dia langsung jatuh.

Rani langsung lari keluar dari kamar Vania.

"a*j*ng lo Ri" ucap Haris sambil memegang wajah nya.

"lo a*j*ng" ucap gw sambil keluar dari kamar Vania.

Gw mengantar Rani pulang kekosan nya.
Saat ini gw dan Rani lagi duduk didepan kamar kos nya. Rani menyandarkan kepala nya dibahu gw dan terus menangis.

"udah ya Ran, jangan nangis lagi" ucap gw.

"gw sayang banget sama Haris, Ri" ucap Rani terbata bata "gw nggak tau harus gimana sekarang"

"sabar ya Ran"

"gw lebih baik mati aja Ri" ucap Rani.

"lo nggak boleh ngomong gitu Ran"

Cukup lama Rani diam kemudian dia mengangkat kepala nya yang dari tadi disandarkan dibahu gw.
"gw kekamar sebentar Ri" ucap Rani sambil berjalan kekamar nya.

Gw melihat Rani masuk kekamar nya.
Untuk sejenak pikiran kosong, lalu tiba-tiba gw kembali ingat perkataan Rani tadi saat di kamar Vania.

Rani udah kasih 'semuanya'

Deeeeeg..
Gw langsung merinding dan lari masuk kekamar Rani.

"woooi istighfar Ran" teriak gw.

Rani lagi mengarahkan sebuah pisau kecil ke urat Nadi nya.

"nggak Ri" teriak Rani "gw udah nggak suci lagi, nggak akan ada yang nerima gw lagi"

"Ran, tenang dulu Ran" ucap gw sambil berjalan pelan mencoba mendekati Rani.

"PERGI LO RI" teriak Rani "lo nggak bisa ngerti, lo jangan ikut campur"

"Ran jangan gegabah gini Ran, bukan ini cara nya" gw masih terus berjalan perlahan mencoba mendekati Rani.

"JAUH JAUH LO" teriak Rani "GA ADA LAGI YANG MAU NERIMA GW"

Gw bingung harus berbuat apa. Baru kali ini gw berhadapan dengan orang yang mau bunuh diri.

"gw mau Ran, gw mau nerima lo" ucap gw.
Gw terpaksa mengatakan hal ini agar Rani bisa tenang.

"NGGAK, LO NGGAK MAU RI" teriak Rani.

"gw mau Ran, gw sayang sama lo" ucap gw "ga masalah buat gw"

"GW HAMIL RI" teriak Rani sambil memukul perut nya.

Gw tersentak kaget dan menghentikan langkah gw.

"GAK MAU KAN LO" teriak Rani. Dia langsung mendekatkan lagi pisau kecil itu ke Urat Nadi nya, padahal tadi sudah sempat dijauhkan.

"eeh Ran, tenang dulu, itu tajam Ran" ucap gw "bisa bahaya kalau kena urat Nadi lo"

"GW NGGAK PEDULI"

"gw yang tanggung jawab Ran, gw mau nerima lo apa ada nya" ucap gw dengan cepat.
Nafas gw langsung berat setelah mengatakan itu.

Rani menjauhkan sedikit pisau itu dari Urat Nadi nya.
"kenapa lo mau Ri" ucap Rani dengan air mata yang sudah sangat membasahi pipi nya.

Gw melihat kesempatan untuk mengambil pisau itu. Dengan cepat gw menangkap tangan Rani dan menggenggam nya dengan keras sehingga Rani menjatuhkan pisau kecil itu.

Setelah itu gw langsung meluk tubuh Rani.
"karena gw sayang sama lo Ran"  

PELANGI SETELAH HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang