#185

8.1K 166 5
                                    

  Gw menjauhi pintu rumah Resti dan membelakangi nya setelah menekan Bel.
Gw berharap yang membuka pintu bukan Bokap nya, atau suami nya Resti. Gw berharap Resti yang membuka pintu nya.

Ckreeeek... suara pintu terbuka.

Jantung gw semakin berdetak cepat... badan gw terasa bergetar.

Tidak berapa lama, gw langsung menarik nafas dan mencium aroma parfum khas Resti, dia benar benar setia dengan parfum nya, gw yakin ini parfum Resti.

"siapa ya..?" suara nya Resti yang lembut kini kembali terdengar setelah 4 tahun lama nya gw tidak mendengar nya.

Gw membalikkan badan dan kini gw melihat Resti berdiri tepat didepan gw. Resti terkejut melihat gw, lalu dia buru buru memasang tampang datar dan terus melihat gw.

"kemana aja 4 tahun gak pulang pulang Ri..?"

Jleeeeeeb... ada sesuatu yang menusuk jantung gw, langit serasa runtuh ketika mendengar pertanyaan Resti.

"gw.. gw..."

Resti berbalik dan berjalan kearah bangku yang terletak diteras rumah nya.
"duduk Ri.." ucap Resti.

Gw terus memandangi Resti. Dia tetap cantik, bahkan lebih cantik dari yang dulu..

"duduk dong Ri, jangan kaku gitu, kaya ada buat salah aja.."

Lagi lagi jantung gw terasa seperti tertusuk...

Gw memang buat salah. Gw mebatin.


Gw ikut duduk di bangku teras rumah nya. Gw hanya diam tidak tau harus mulai dari mana..

"apa kabar Ri..?" tanya Resti.

"aku sehat Res.." jawab gw gugup "kamu..?"

"seperti yang kamu liat, dari luar aku kelihatan sehat, tapi hati aku sakit Ri.." ucap Resti tanpa ekspresi sedikitpun.

"maaf Res.." ucap gw.

Resti berdiri dan mendekati gw. Kini dia berdiri tepat didepan gw yang masih duduk.
"maaf untuk..?"

"maaf karena aku ninggalin kamu dulu.."

"ninggalin aku, dan gak kasih penjelasan apa-apa.." ucap Resti.

"maaf Res...aku--"

"aku apa.." Resti langsung memotong omongan gw "aku Cuma mau kamu bahagia sama pilihan papa kamu, gitu..?
"itu yang mau kamu bilang..?"
"iya itu Ri..?"

"kamu kan pingin salah satu orang tua kamu bisa ada dirumah" ucap gw "aku ngelakuin itu unt--"

"LO PIKIR GW SENANG RI..?" bentak Resti "LO PIKIR GW BISA BAHAGIA DENGAN CARA LO YANG KAYA GITU..?"

"Cuma itu caranya Res, Papa kamu janji sama aku kalau aku ninggalin kamu dia bakalan pulang kerumah, dan juga kamu mau dijodohin Res.."

"lo pikir lo hebat Ri..?" Air mata nya sudah menetes. "lo pikir enak ditinggalin gitu aja tanpa penjelasan.."

"aku ngelakuin itu untuk kamu Res.." ucap gw "kamu kan pingin ada Papa kamu dirumah.."

"tapi bukan gini cara nya Ri.." ucap Resti "kenapa kamu tega ninggalin aku gitu aja Ri.."

Resti langsung berlutut dan menutup wajah nya dengan tangan. Terdengar isak tangis nya, mungkin ini tangisan yang sudah dia tahan bertahun tahun..

Gw turun dari bangku dan duduk disebelah Resti yang berlutut..
"maafin aku Res, aku Cuma mau liat kamu bahagia sama keluarga kamu.." ucap gw "aku memang salah gak jelasin apa-apa sebelum ninggalin kamu... aku gak sanggup untuk jelasin Res, terlalu berat buat aku.."

Resti hanya terus menangis sambil menggelengkan kepala nya.
"aku berharap waktu pulang liburan dulu bisa langsung ketemu kamu Ri, seneng banget rasa nya waktu aku pulang dari sana, tapi apa yang aku dapat Ri.." ucap Resti ditengah isak tangis "kamu ngilang gitu aja, dan aku dipaksa untuk bertunangan dengan orang yang gak aku kenal.."

"aku sendirian Ri, aku sendirian berjuang mati matian nolak pertunangan itu Ri.." ucap Resti "aku terus nolak karena aku masih percaya sama janji kamu yang mau bawa aku keluar dari rumah ini Ri.."

Deeeeeeg...
Nafas gw terasa sesak. Ternyata Resti benar-benar menunggu janji gw itu..


"waktu aku tau kamu pergi, selama seminggu aku nyari kamu kemana-mana, aku juga datang kekota tempat kamu tinggal, sampe sana aku Cuma kaya orang bodoh, aku gak tau harus kemana, aku gak tau alamat rumah kamu.."

"aku tanya ke temen kamu, tapi gak ada yang tau kamu kemana, kamu pasti udah nyuruh mereka untuk gak bilang kamu dimana kan.."

Gw mengangguk pelan. Gw memang menyuruh mereka untuk tutup mulut.

"aku Cuma bisa pasrah, kalau kamu memang pulang, aku bakalan nyambut kamu, kalau memang kamu gak pulang lagi, aku gak bisa buat apa-apa.." ucap Resti "4 tahun aku pasrah dengan keadaan gak jelas Ri, aku juga terus nolak pertunangan itu.."

Gw tersentak ketika mendengar Resti masih terus nolak pertunangan nya.. gw langsung menggenggam saku celana gw, didalam saku itu gw menyimpan Cincin peninggalan Siska..

Masih ada kesempatan. Gw membatin.

"apa kita masih bisa perbaiki hubungan kita Res..?"

Resti menggeleng pelan sambil memperlihat kan Cincin yang melingkari jari manis nya.
"2 bulan yang lalu, aku harus menerima pertunangan itu Ri.." ucap Resti.

Resti kembali menangis setelah memperlihatkan Cincin itu. Gw pun serasa hancur dan langsung melepas genggaman pada saku celana.

Maaf Sis, udah gak ada kesempatan untuk aku makein Cincin ini ke Resti. Gw membatin.

"maaf Ri, aku harus nerima pertunangan itu.." ucap Resti.

"kamu gak perlu minta maaf Res, aku yang salah udah ninggalin kamu dulu" ucap gw "ini udah jalan kita.."

Resti menghapus air mata nya, kini dia duduk sambil memeluk lutut nya sambil terus melihat gw. Cukup lama Resti terus memandangi gw lalu dia tersenyum.

"kamu ingat ini Ri.." ucap Resti sambil mengeluarkan kalung dibalik baju nya "D untuk Deri, R untuk Resti.."

"kenapa kamu masih pake kalung itu Res, kamu kan udah tunangan.."

"gapapa, aku berasa tenang kalau make kalung ini Ri.." ucap Resti "aku tenang karena ingat pernyataan kamu dulu waktu makein kalung ini.."

Gw langsung tertunduk..
"maaf ya Res.."

"jangan nunduk dong.." ucap Resti "lega rasa nya liat kamu baik-baik aja Ri.."
"hari ini, hari terakhir aku disini Ri, aku senang bisa liat kamu lagi.."

"kamu mau kemana Res..?" tanya gw.

"aku harus ke semarang untuk nemenin Mama disana.." jawab Resti.

"mama kamu kenapa Res..?" tanya gw lagi.

Terlihat raut wajah sedih Resti tapi buru-buru ditutupi dengan senyum nya.
"gapapa ko Ri, aku Cuma mau nemenin Mama disana.."


Gw mengangguk.
"salam buat Mama kamu ya Res.."

"iya" jwab Resti "besok bisa kan kamu nganterin aku kebandara Ri..?"

"tunangan kamu kemana emang Res..?"

"gak tau.." jawab Resti pelan.

"yaudah besok aku yang anter aja.."

"makasih ya Ri..." ucap Resti "makasih udah mau nemuin aku lagi, aku lega tau kamu baik-baik aja.."

Gw tersenyum.
Sebenarnya hati gw juga masih sakit karena di tinggal Siska, tapi gw tidak mau menceritakan nya ke Resti.

Lebih baik dia tidak tau soal itu...

Gw pamit pulang ke Resti karena udah terlalu malam, Resti pun mengantar gw sampai ke depan pagar rumah nya.

"Riii.." ucap Resti saat gw baru keluar pagar rumah nya.

Gw menoleh ke Resti..
"ya..?"

"setelah hujan akan ada seseorang yang datang dan memeluk mu sebagai pelangi.."

Gw terdiam sejenak berusaha mencerna ucapan Resti.. beberapa Detik kemudian gw mengerti.

Gw adalah hujan yang membawa masalah dan rasa sakit dalam kehidupan Resti, dan tunangan nya sekarang adalah seseorang yang datang dan memeluk Resti sebagai pelangi.

Gw membuka pintu Mobil dan terus melihat Resti.

"Ri.." panggil Resti lagi

"ya.. kenapa Res..?"

Resti berjalan mendekati gw.
"boleh aku peluk kamu..?"

Gw tertunduk kemudian menggeleng pelan.
"lebih baik jangan Res" ucap gw .


Resti mengangguk pelan sambil menggigit bibir nya..

"aku pulang ya.. besok aku jemput kamu.."

Gw menyalakan mesin Mobil dan kembali melihat Resti yang masih menunduk.

Aku takut gak bisa lupain kamu kalau kamu meluk aku lagi Res. Gw membatin.

PELANGI SETELAH HUJANOn viuen les histories. Descobreix ara