#128

6K 150 1
                                    

"Res" ucap gw sambil menarik bagian atas selimut nya.

Gw melihat wajah Resti yang pucat, badan nya terasa panas sekali.
"kamu demam Res" ucap gw "kita ke dokter ya"

Dengan perlahan Resti membuka matanya.
"mmh" gumam nya pelan "aku gak mau ke dokter Ri"

"yaudah aku beliin obat aja ya"

"nggak mau"

"eh badan kamu panas banget Resti" ucap gw sambil mengelus rambut nya.

"aku gapapa" ucap nya lirih sambil memegang tangan gw yang lagi mengelus rambut nya.

"kamu makan dulu ya, dari pagi Cuma makan kue aja kan. Aku beliin bubur mau..?" tanya gw.

"nggak mau"

"jadi mau apa..?" tanya gw lagi.

"mau si mbok." Jawab Resti.

Seorang anak kalau sudah sakit pasti akan mencari Ibu, tapi Resti mencari si Mbok.
Gw yakin kalau hati nya juga sedang sakit, dia lebih mencari si Mbok daripada orang tua kandung nya sendiri.
Apakah memang tidak ada sedikitpun memori tentang kebahagian dari orang tua nya..

"aku panggilin si Mbok dulu ya" ucap gw.

Gw keluar dari kamar Resti dan meminta si Mbok untuk kekamar Resti, setelah itu gw langsung keluar rumah untuk mencari bubur ayam.


.....



Kini gw sudah berdiri lagi di samping tempat tidur Resti melihat dia dengan lahap nya makan disuapin oleh si Mbok.

Selama ini gw berpikir kalau gw lah orang yang paling berarti dalam hidup Resti karena kedua orang tua nya yang tidak pernah ada untuk dia. Ternyata gw salah, si Mbok lah orang yang paling berarti untuk Resti, gw dapat melihat dari pancaran mata nya yang terlihat sangat senang sekali ketika dia makan disuapin si Mbok, dia seperti anak kecil yang sangat ingin di manja.

"mbok telpon papa nya non ya" ucap si mbok.

"jangan mbok, papa pasti sibuk" jawab Resti.

"yaudah mbok telpon mama nya non aja. Cuma ngasih kabar aja" ucap si Mbok lagi.

"jangan mbok, aku gapapa ko" jawab Resti.

"mungkin papa nya non bisa pulang" ucap si mbok lagi.

"nggak mbok, papa kan sibuk"

Gw hanya diam mendengar percakapan si mbok dan Resti. Dari cara Resti menjawab gw tau dan yakin kalau sebenarnya Resti ingin sekali kedua orang tua nya ada disini untuk sekedar melihat nya saja.
Dia memang benar benar ingin sekali merasakan kehangatan dari sebuah keluarga.

Apa yang bisa gw lakukan agar Resti bisa merasakan kehangatan dari sebuah keluarga itu..?
Gw benar benar ingin sekali mewujudkan keinginan nya itu.

Selesai makan dan minum obat kini Resti sudah kembali tertidur dengan pulas nya.

"mbok keluar dulu ya nak Deri" ucap si mbok.

"iya Mbok, biar aku yang jagain Resti"

Gw berjalan dan duduk di kasur Resti. Gw duduk tepat disebelah Resti yang lagi tertidur. Dengan sangat lembut gw mengelus rambut nya.
"sabar ya Res, aku pasti akan cari cara supaya Papa kamu bisa merhatiin kamu"

Gw berdiri dan pindah ke meja belajar dikamar Resti. Gw duduk sambil terus melihat Resti.

Tanpa sengaja gw melihat sebuah buku yang terhimpit oleh buku buku lain di meja belajar nya. Gw menarik keluar buku itu.

Buku yang dulu pernah gw liat waktu kami ngadain jurit malam saat SMP. Buku sampul pelangi. Gw langsung membuka halaman terakhir buku itu. Benar saja ini buku yang dulu, karena gw melihat ada banyak nama gw tertulis di halaman paling belakang nya.

Gw menutup buku dan melihat sampul nya. Kini warna pelangi di sampul nya telah memudar dan tidak seindah dulu lagi.
Pelangi itu hilang seiring berjalannya waktu.

Gw kembali membuka buku tapi kali ini dari halaman pertama. Gw terus membalik halaman nya sampai di halaman kelima gw berhenti.

Untuk Deri
Aku akan menunggu kamu selamanya apapun yang terjadi, aku akan menunggu kamu sejauh apapun kita berpisah.
Itu akan selalu.



Gw tersenyum melihat tulisan itu, lalu gw membuka halaman selanjut nya.

Keluarga.
Untuk sebagian besar orang jika mendengar kata keluarga yang muncul dikepala nya adalah memori indah tentang kebahagian disaat bersama. Yang muncul dikepalanya adalah berbagi cerita sambil tertawa dan bercanda bersama keluarga. Yang muncul dikepalanya adalah rasa bahagia saat makan bersama disatu meja sambil berbagi tawa.

Tapi...

Itu semua tidak muncul dikepalaku. Saat aku mendengar kata keluarga. Yang muncul dikepalaku adalah ingatan tentang cacian Papa terhadap Mama, gambaran tentang bagaimana Papa menampar Mama tepat di hadapanku.
Suara mereka yang sedang berteriak satu sama lain saat beradu argumen, suara piring dan gelas yang pecah karena dibanting keras kelantai.
Tidak pernah sekalipun aku mendapatkan ingatan yang indah tentang keluargaku.

Walaupun aku sangat membenci mereka, aku tetap ingin merasakan bagaimana diberi perhatian oleh mereka, bagaimana rasanya kasih sayang dari mereka.

Apabila memang aku di izinkan untuk merasakan itu, aku rela menukar nya dengan apapun.
Ambil apapun dari hidupku, tapi tolong izinkan aku untuk merasakan kebahagian memiliki keluarga. Tolong biarkan aku untuk bisa merasakan kebersamaan yang hangat dari Papa atau Mamaku.

Gw langsung menutup buku dan beranjak mendakati Resti yang masih tertidur dengan senyuman di bibir nya.

Gw mengambil Hp nya yang terlentak disamping bantal tidur. Gw membuka kontak dan mencari No Hp bokap Resti.

Setelah mengambil No Hp bokap nya gw langsung keluar dari kamar Resti.

Kini gw sudah duduk di sofa ruang tengah rumah Resti. Gw memutar mutar Hp sambil berfikir apa yang harus gw katakan ketika gw menelpon Bokap nya nanti.

"ahhhh pikir itu nanti aja" ucap gw dalam hati.

Gw langsung menhubungi Bokap nya. Tidak butuh lama telpon langsung tersambung.

Bokap Resti : "halo"

Gw : "halo Om, maaf mengganggu waktu nya sebentar"

Bokap Resti : "siapa ini.?"

Gw : "saya Deri Om, teman nya Resti"

Bokap Resti : "emm ada apa..?"

Gw : "Resti sekarang sedang sakit Om, apa Om bisa pulang kerumah sebentar..?"

Bokap Resti : "sakit apa dia..?"

Gw : "demam tinggi Om"

Bokap : "ahh biasa itu, sebentar lagi juga sembuh"

Gw : "tapi Om, Resti butuh perhatian dari Om, kasihan dia Om, dia benar benar ingin diperhatiin orang tua nya"

Bokap : "sekarang saya lagi sibuk, lain kali saja"

Gw : "Om, tolong Om, kali ini aja, tolong Om pulang kerumah"

Bokap : "memang nya kamu siapa..? berani sekali kamu nyuruh nyuruh saya"

Gw : "maaf kalau saya lancang, tapi saya minta tolong Om"

Bokap Resti : "katanya kamu kan pacar nya, masa sakit kaya gitu aja nggak bisa kamu urus, laki laki kaya apa kamu"

Gw : "yang Resti butuhkan sekarang bukan saya Om, tapi Om sebagai orang tua nya"

Bokap Resti : "kamu Cuma buang buang waktu saya aja"

Gw : "saya mau melakukan apa saja asal Om bisa ngasih perhatian ke Resti Om"

Kalimat ini keluar begitu saja dari mulut gw, entah kenapa gw bisa ngomong seperti ini, gw nggak ngerti.

Bokap Resti : "ahahaha jangan pernah main main dengan yang kamu ucapkan, kamu tidak tau siapa saya"

Gw : "saya serius Om"

Bokap Resti : "kamu Cuma buang buang waktu saya"

Klik. Sambungan telpon langsung terputus.

Gw langsung menyandarkan badan di sofa. Maaf Res gw belum bisa bantu apa apa untuk buat lo bisa merasakan kehangatan dan kebahagian dari orang tua lo.


PELANGI SETELAH HUJANWhere stories live. Discover now