#162

5.9K 143 5
                                    

  Besok pagi nya gw udah rapi dan langsung ke rumah nya Cindy.

"Cindy sama Kak Lina mana tante..?" tanya gw.

"masih dikamar nya Ri" jawab tante Rini "kamu nemenin mereka ke salon..?"

"iya tante" jawab gw "dipaksa"

"ahahaha, sekali sekali gapapa dong Ri, nemenin kakak sama adek nya"

"kalau aku nggak pulang kerumah lagi, tolong bilang sama Mama aku udah di gigit banci ya tante" ucap gw cengengesan.

"iya nanti tante sampein hahaha"

Sebelum ke salon kita jemput Siska dirumah nya.
Setelah menjemput Siska gw langsung memacu Mobil menuju salon temen nya Kak Lina.

Sesampai nya di salon itu gw minta untuk nunggu di Mobil aja.
"bakalan lama Ri" ucap Siska "turun aja yuk"

Mendengar Siska bilang 'bakalan lama' gw jadi pingin nangis.
Akhirnya gw ikut turun dan masuk ke salon bersama 3 orang cewek. Udah kaya apa aja gw.

"wiih kakak adik sukaan ku nih" ucap seenggok pria melambai yang masuk katagori lelaki setengah matang.

"itu sapo Cin.." ucap mbak atau bang atau apalah gw nggak tau.

"abang gw" jawab Cindy.

"wuuh ini yang biasa elo elo ceritain yaw" ucap nya sambil menujuk Cindy dan Kak Lina.

"iya" jawab Kak Lina.

"Mr.P sapo nama nye" ucap mahluk aneh itu sambil mendekati gw.

Gw langsung sembunyi dibelakang Siska.
"tolong gw" ucap gw pelan.

"ahahaha" Siska tertawa "Deri nama nya" ucap Siska.

"kalau nama kamu siapa cantik..?" ucap nya sambil menujuk Siska.

"Siska"

"udah ah kelamaan lo" ucap Kak Lina "entar aja kenalan nya"

Kak Lina dan Cindy jalan masuk kedalam.

"ayok Ri" ucap Siska sambil menarik tangan gw.

"aku tunggu disini aja Sis, nggak berani masuk kedalam"

"gapapa, dia gak gigit ko" ucap Siska sambil tersenyum jail "didalam ada tempat nunggu nya"

Gw mengikuti Siska dari belakang. Saat kita sudah masuk kedalam, pemandangan mengerikan langsung terlihat.
Ada 1, 2, 3, 4, 7. Ada 7 orang sejenis dengan yang tadi.

Gw lebih milih masuk kandang singa yang sedang kelaparan dari pada masuk ketempat seperti ini.

"gila banyak banget mahluk setengah matang nya" ucap gw.

"kamu potong rambut juga ya Ri" ucap Siska sambil megang rambut gw "udah gondrong nih"

"ahh nggak Sis, gila aja pangkas sama mahluk kaya gitu" ucap gw.

"ada yang cewek ko" ucap Siska "itu kebetulan yang cewek lagi kosong"

"nah kalau cewek aku mau" ucap gw cengengesan.

"iihhhh" ucap Siska sambil menekan pipi gw dengan telunjuk nya "cewek aja cepet"

Gw dan Siska berjalan kearah cewek itu melewati mahluk mahluk seram yang bertebaran disekitar gw.

"di rapiin ini aja ya" ucap Siska pada cewek itu.

"oke" jawab cewek itu sambil mengacungkan jempol nya.

Yang gw heran, cewek ini malah terlihat tomboi dengan potongan rambut pendek nya, sedangkan yang cowok disini malah melambai.

"aku tinggal ya Ri" ucap Siska.

Gw mengangguk.

"cewek lo tuh..?" tanya cewek itu sambil memegang berapa helai rambut gw. Sepertinya dia lagi melihat mau mulai potong dari mana.

"temen gw" jawab gw.

"mana ada temen mau di tentuin gaya potongan rambut" ucap cewek itu.

"udah lo ga usah bawel" ucap gw "potong aja cepet"

"tuh cewek suka sama lo, lo juga suka kan sama dia" ucap cewek itu "keliatan banget gerak gerik kalian"

Gw langsung berdiri.
"lo bawel banget sih"

"dah lo duduk aja" ucap nya sambil menekan bahu gw agar kembali duduk "jangan meriah banget gitu, kaya tahun baru aja lo"

Gw langsung duduk lagi karena udah malu diliatin orang orang.
"gw Desi" ucap cewek itu "nama lo siapa.?"

"Ryan" jawab gw ngasal.

Kalau gw bilang nama gw Deri bakalan panjang lagi entar. eeh nama kita Cuma beda satu huruf dan bla bla bla. Males gw.

Cukup lama gw diam dan Desi terus memotong rambut gw.

"lo suka kan sama cewek yang tadi" ucap Desi.

"gak"

"lo suka Yan, Cuma lo takut untuk mengakui nya" ucap Desi.

Takut...

"maksud lo..?" tanya gw.

"lo gak sadar kalau lo itu juga suka sama dia, tapi karena lo takut untuk mengakui nya, lo jadi buat alasan inilah itulah" ucap Desi "intinya lo Cuma takut untuk mengakui"

Kalimat yang dilontarkan Desi sukses membuat gw jadi kepikiran.
Apa iya gw takut mengakui kalau gw suka dengan Siska. Apa iya gw takut jadi melupakan Resti kalau gw suka dengan Siska.

"kepikiran kan" ucap Desi "ada orang lain ya..?" tanya Desi.

Entah kenapa gw mau meladeni Desi, seperti ada sesuatu yang selama ini gw tahan terasa lepas.
"iya" jawab gw pelan "ada orang lain yang nggak mau gw lupain"

"siapa tadi nama cewek itu..?" tanya Desi.

"Siska"

"kalau lo nggak komunikasi dengan Siska atau nggak jumpa dengan Siska selama berapa hari, lo pasti bakalan kerasa kalau lo itu udah suka sama dia" ucap Desi "lo pernah berapa lama nggak komunikasi atau nggak jumpa dengan dia..?"

"paling 3 harian" jawab gw "kita selalu ketemu sih soal nya"

"lo itu udah terlalu nyaman dengan posisi lo sekarang, lo udah menikmati posisi ini" ucap Desi "tanpa perlu ngelupain cewek lo yang lama, tapi lo juga bisa dekat dengan Siska"

Gw Cuma diam dan terus berusaha mencari alasan, kalau gw tidak seperti itu.

"buat lo mungkin enak, tapi buat Siska bakalan sakit" ucap Desi "di gantungin perasaan itu gak enak rasa nya"

"gw juga punya kenalan yang kasus nya sama kaya lo, jadi sedikit banyak gw ngerti." Ucap Desi lagi.

.....

Gw sudah duduk di sofa dan menunggu Kak Lina, Cindy dan Siska yang belum kelar.
Gw menarik nafas panjang dan memilih untuk tidak memperdulikan perkataan Desi tadi, gw nggak mau ambil pusing, lebih baik gw jalani aja apa ada nya.

Biarkan ini tetap mengalir seperti biasa..


Satu jam lebih gw sudah menunggu dan mereka belum selesai. Gw terus menunggu sambil chatingan dengan Ryan, Iki dan Adi melalui BBM. Saat gw sedang asik cekikikan membaca BBM nya Ryan, ujung mata gw melihat Kak Lina dan Cindy menghampiri gw.

Gw kaget saat melihat Kak Lina dan Cindy.
Tidak ada perubahan pada rambut mereka sedikit pun. Ya sedikitpun tidak berubah.

2 jam tadi untuk apa..?

Saat itu gw melihat Siska berjalan dibelakang Kak Lina dan Cindy, dan kali ini gw jauh lebih kaget.
Gw tercengang melihat gaya rambut Siska.

Rambut nya sama dengan gaya rambut Resti.

Dibagian atas nya lurus dan dibuat bergelombang dibagian bawah nya.
Awal nya rambut Siska lurus begitu saja, tapi kali ini sudah di buat bergelombang bagian bawah nya.

Gaya rambut yang sangat gw suka, karena gaya rambut itu benar benar mengingatkan gw pada Resti.

"kenapa bengong Ri..?" tanya Kak Lina.

"gapapa Kak" jawab gw "ko rambut lo sama Cindy ga berubah kaya Siska"

"lo ga ngerti" jawab kak Lina.

"yuk pulang" ucap Cindy sambil mengibaskan rambut nya "bayarin Ri"

Yang ini membuat gw sangat sangat sangat kaget.
'bayarin Ri'

Ucapan Cindy itu terus terngiang ditelinga gw..

"enak aje lo" protes gw.

"sekali sekali lo bayarin kita Ri" ucap Kak Lina "pelit banget sih"

Setelah berdebat dengan mereka, dan mahluk banci aneh itu juga ikut campur, akhirnya gw mengalah dan mau bayarin mereka.

"kamu ke Mobil aja duluan Sis" ucap gw "aku yang bayarin aja"

"eh jangan Ri" jawab Siska.

"udah gapapa" ucap gw "aku suka sama rambut baru kamu"
Setidak nya melihat Rambut Siska yang baru, sedikit mengobati rasa kangen gw pada Resti.

Siska tersipu malu.
"makasih Ri"

Gw berjalan sambil mengeluarkan dompet dari saku celana. Gw ngeluarin dompet sambil nangis.

Lima nol dengan angka didepan nya terbilang besar hilang begitu saja dari dompet gw.
Kalau tuh duit gw beliin kuaci, gw yakin besok ada berita di surat kabar pagi.
'seorang pria tewas mengenaskan karena kebanyakan makan kuaci'

Tolong jelaskan wahai wanita, apa yang kalian lakukan di salon berjam jam dan membuat kami para pria menunggu sampai lumutan tapi tidak ada perubahan sedikitpun pada rambut kalian.

Apa tujuan nya..?
Rambut kalian tidak berubah, satu centi pun tidak terlihat berubah.
Gw butuh penjelasan.

PELANGI SETELAH HUJANWhere stories live. Discover now