MENGHILANG

11.4K 694 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gimana kamu udah bikin si Nayiya itu kapok?"

"Tadi di sekolah udah aku ancam, aku juga nampar dia Ma. Tapi tuh anak batu banget!" Friska mengubah posisi menjadi duduk menatap Mamanya, Jennita sedang mengoleskan masker wajah pada Friska.

"Aku sebel banget sama dia! Kalau aku gak bisa dapet Alfarel dia juga harus sama!"

"Tenang aja sayang, orang yang kita sewa pasti udah cukup buat nakuin perempuan gak jelas itu. Kamu tunggu aja kalau dia belum mutusin Alfarel Mama punya rencana lain."

"Dasar cewek murahan, terus gimana Ma. Papa udah ngebujuk Kakek Alfa buat nerusin perjodohankan?"

Jennita menghela nafas, "Kamu mau berharap apalagi sama Papa. Papa udah terlanjur marah sama kamu, Papa juga malu sama Kakek Alfarel karena telah berbohong mengatakan kamu dan Alfarel berpacaran."

"Tapikan emang pacaran tapi cewek itu yang ngerebut Alfarel dari aku!"

"Sudah kamu tenang aja, serahin semua sama Mama. Di sekolah kamu harus tekan dia supaya jauhin Alfarel, jangan takut sama siapapun Mama bakal maju kalau kamu dapet masalah di sekolah."

"Aaaa, Mama aku memang terbaik. Love you!" Friska memeluk Jennita.

"Eh, masker kamu ini belum selesai loh! Sini buruan!"


...


Terakhir kali bertemu dengan Alfarel malam itu, setelahnya Nayiya tidak pernah lagi mendengar kabar Alfarel. Lelaki itu bak hilang di telan Bumi, Nayiya menanyakan keadaan Alfarel pada Bara, Oza, dan Bagas namun tidak ada yang tau Alfarel kemana.

Devan juga mengatakan jika Alfarel tidak mengatakan apapun setelah pergi dari rumahnya.

Merasa ada yang tidak beres Bara sampai nekat ke rumah Alfarel bertemu dengan Abraham menanyakan Alfarel ada di mana. Bukannya jawaban yang di dapatkan Bara, Abraham juga tidak mengetahui anaknya ada di mana.

Alfarel benar-benar hilang.

Sudah satu minggu berlalu, hari Nayiya saat berada di sekolah begitu berat. Friska kembali mengusik secara terang-terangan, membuat semua orang menjadi enggan untuk menegur atau menyapa Nayiya lagi.

"Jalan tuh pake mata! Buta lo!"

"Neng gak apa-apa?" penjual Bakso menghampiri Nayiya yang berjongkok lengannya terasa pedih tersiram kuah bakso panas.

"Enggak apa-apa Pak, maaf Pak tumpah nanti aku lebihin uangnya. Mangkoknya pecah."

"Aduh gak apa-apa, gak usah neng. Salah Bapak kenapa gak nganterin tadi. Udah Neng bersihin seragamnya kotor itu."

Nayiya masih membantu Bapak penjual bakso memunguti pecahan mangkok dan bakso yang tertumpah di lantai.

"Sekali lagi maaf Pak," ucap Nayiya melihat Bapak tersebut mengangguk berlalu membuang pecahan mangkok.

NAYIYALFAREL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang