HAPPY ENDING?

26.3K 1K 30
                                    

Semilir angin menerbangkan rambut kedua anak manusia tengah memejamkan mata seraya merapalkan doa, serta mengatakan sesuatu yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar dapat tersampaikan dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semilir angin menerbangkan rambut kedua anak manusia tengah memejamkan mata seraya merapalkan doa, serta mengatakan sesuatu yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar dapat tersampaikan dengan baik.

Alfarel membuka mata lebih dulu, menatap gundukan tanah dimana ibunya dimakamkan, ia mengusapnya dengan tersenyum.

Kali ini lelaki itu memperlihatkan senyuman terbaiknya dihadapan sang Ibu, ada banyak yang Alfarel ceritakan diumur sudah menginjak 22 tahun ia berhasil melewatinya sampai sekarang, itu tak luput dari doa sang ibu berada diatas sana. Alfarel yakin jika Bundanya selalu mengawasinya kemanapun ia melangkah.

Tatapannya beralih pada gadis tepat disampingnya, masih setia memejamkan mata seolah banyak sekali yang diceritakan kepada Bunda Alfarel.

Gadis ini luar biasa cantiknya, tidak hanya fisik, hatinya pun begitu cantik menurut Alfarel. Mata cantik itu perlahan terbuka netra mereka saling bertemu.

"Ceritain apa ke Bunda?"

"Ada deh, ini cuman rahasia Ayi sama Bunda aja."

"Dasar." Mengacak rambut gadisnya, tetap saja apa yang dilakukan oleh Nayiya selalu menggemaskan dimata Alfarel.

"Setelah ini langsung ke makan Bunda kamu ya?"

"Iya, Kak."

Hari ini keduanya sepakat untuk mengunjungi Ibu masing-masing, terlebih dahulu Alfarel mengajak Nayiya ke makam Bundanya setelahnya mereka menuju makan Ibunda Nayiya.

Cukup jauh karna Bunda Nayiya dimakamkan di luar kota, jarak yang ditempuh hampir 3 jam menggunakan kendaraan mobil.

"Kapan terakhir kamu ke sini?" Alfarel menggenggam tangan itu menuntunnya berjalan memasukki area permakaman.

"4 bulan yang lalu, udah lama Ayi enggak ketemu Bunda."

"Ini pertama kalinya Kakak ketemu Bunda kamu. Gugup rasanya."

"Bunda pasti seneng liat Kakak, soalnya Ayi suka cerita ke Bunda."

"Di sana Kak," sambung Nayiya mengajak Alfarel menuju makam bertuliskan 'Nayara'

"Bunda," sapa Nayiya berjongkok dimakam segera membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan dan tumbuhan liar.

"Bunda, Ayi datang sama Kak Arel. Bunda pasti liatkan? Kakak gantengkan Bun? Persis kayak yang Ayi ceritain."

Alfarel ikut berjongkok di samping Nayiya. Mulutnya seperti tidak bisa bersuara, gugup sekali. Pasti Ibu Nayiya sangat mirip dengan anaknya, bisa dibayangkan betapa cantiknya wanita itu hingga memiliki anak cantik dan tampan.

'Bunda, ini Alfarel' memberanikan diri untuk berbicara didalam hati.

'Sebelumnya Alfarel mau minta maaf sama Bunda. Maaf karna Alfarel, anak bunda yang paling bunda sayangi harus nahan sakit, berusaha sembuh, dan ngelawan rasa sakitnya. Alfarel benar-benar minta maaf sama bunda.'

NAYIYALFAREL (END)Where stories live. Discover now