PART 5

110K 5.5K 19
                                    

Vanya berjalan menyusuri jalanan desa. Setiap botol minuman yang ia temu dijalan, pasti akan diambil. Tak peduli sekotor apa pekerjaannya sekarang, selagi halal semua akan Vanya lakukan demi kelangsungan hidup putrinya.

Gadis itu memang pemulung, namun ia tidak memulung makanan bekas. Serendah-rendahnya Vanya, dia masih bisa membeli makanan untuk dimakan.

Tidak menemukan botol minuman lagi, Vanya berhenti sejenak. Sudah 2 jam ia keliling kampung, bahkan ia juga memasuki kampung yang lumayan jauh dari kampung tempatnya tinggal.

"Mbak, mbak! Sini!" Panggil salah satu warga di kampung ini.

Vanya yang merasa dirinya dipanggil pun mengangguk. Seperti babu, dia berjalan ke sumber suara.

"Ada apa Bu?" Tanya Vanya menaruh karung dan alat pulungnya.

"Itu di tempat sampah saya banyak barang yang masih bisa dipake. Kamu boleh ambil barang yang mau kamu bawa," Ucapnya.

Vanya menoleh ke arah tempat sampah yang dimaksud. Tempat kotor itu harus Vanya pilah-pilah? Tak munafik, di hati terdalamnya dia merasa jijik. Tapi apa boleh buat, ini adalah pekerjaan. Vanya harus bisa profesional.

Segera Vanya mendekati tempat sampah itu. Ada air yang keluar dari wadah menjijikan. Dengan nafas yang dia tahan, Vanya mengambil botol-botol plastik yang biasa dia ambil.

Si pemilik rumah pun kembali masuk ke dalam. Tanpa di duga, dia mengeluarkan sebuah kardus yang entah terisi apa di dalamnya. Kardus itu sudah ditali dengan rafia serapi mungkin.

Di rasa cukup dengan barang yang ia ambil dari tempat sampah, Vanya meminta izin untuk mencuci tangan di keran milik wanita itu.

"Buat apa sih cuci tangan gitu, kan nanti kotor lagi," Lirihnya yang bisa Vanya dengar.

Sebelum pergi, mau tak mau Vanya mendekat kepada si wanita pemilik rumah. Dia mengucapkan banyak terima kasih sebab berkatnya, karung yang Vanya bawa sekarang sudah terisi separuh.

"Eh, eh, tunggu dulu," Panggilnya setelah Vanya berbalik badan siap pergi.

"Kenapa Bu?" Tanya Vanya kembali menatapnya.

"Ini, di dalam kardus ini ada baju-baju anak perempuan saya yang sudah sesak. Kalau kamu punya anak perempuan, ambillah. Kalau tidak pun bawa saja ini ke tempatmu menimbang nanti. Lumayan dapat uang tambahan."

Dia memberikan kardus itu ke tangan Vanya. Bisa tak bisa Vanya harus membawa kardus itu bersama dengannya.

Setelah semua benar-benar selesai, saatnya Vanya kembali ke kampung tempatnya tinggal. Dia harus menimbang barang-barang itu kepada Nyonya.

"Nyonya, ini barang saya," Vanya menyerahkan karung itu kepada wanita yang dia panggil nyonya.

"Itu yang di kardus?" Tanya Nyonya itu dengan judes.

"M-maaf tapi ini buat putriku," Gugup Vanya terus-terusan membasahi tenggorokan.

"Alasan! Tapi bagus deh kerja lo hari ini. Mayan, nih 30 ribu."

Nyonya itu memberikan selembar uang 10 ribu dan 20 ribu kepada Vanya. Pastinya wanita itu sedang mengucapkan banyak syukur saat ini. Setelah mendapatkan uang, si Nyonya langsung mengusir Vanya agar bisa segera gantian untuk yang lain menimbang hasil mulung mereka.

Vanya membawa karungnya yang telah kosong pulang ke rumah. Tak lupa ia bawa juga kardus yang berisi pakaian bekas tadi. Sampai di rumah, ia langsung membersihkan diri.

Setelah semua selesai, Vanya memutuskan untuk menjemput putrinya di sekolah. Kebetulan sebentar lagi adalah jam Elen pulang.

"Bu, Vanya jemput Elen dulu ya!" Teriak Vanya.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang