PART 41

52.9K 3.2K 299
                                    

"Dar, malem-malem kok diluar. Nungguin apa sih?" Charles datang dengan secangkir kopi hitam ditangannya.

"Lagi nunggu orang-oranganku, Pa. Papa sendiri bukannya tidur malah ngopi. Gak baik tahu malem-malem gini minum kopi."

"Kali ini doang. Ya udah, Papa ke gazebo samping ya. Mau cek data." Adara mengangguk lalu menatap kepergian Charles menuju gazebo samping rumah.

Tidak lama kemudian, orang-orangan yang Adara tunggu tiba. Mereka membawa benda yang sudah majikannya minta.

"Non, ini barangnya mau digimanain?" Tanya salah satu dari lima orang itu.

Melihat barang pesanannya dari luar plastik pembungkus, senyum Adara mengembang. Buat permasalahan ini Adara tidak main-main. Mental Vanya rusak, maka mereka juga harus merasakan bagaimana rasanya punya mental rusak.

"Kalian bawa dulu. Besok, kalian satu persatu pasangin ke hewan yang saya suruh."

"Baik nona. Kalau begitu kami pamit ke base."

Base adalah tempat tinggal khusus para bodyguard, supir, satpam di rumah Charles. Letaknya berada di belakang rumah. Jadi dibelakang rumah itu ada taman lalu ada jalan setapak yang dibuat estetik untuk menuju base.

Kurang enak apalagi para pekerja di sana? Dikasih tempat tinggal, dibolehin pulang selama seminggu dalam artian pergantian shift, makan minum tinggal ambil di dapur atau mereka juga bisa masak sendiri di dapur base, gaji sebulan 2-3juta. Nikmat mana lagi yang mau engkau dustakan.

"Jangan lupa saat anjing-anjingku datang, kalian juga datang. Jangan malah jadi anjing di base."

"Iya non, semua perintah nona siap kami laksanakan."

Selesai briefing semua orang-orangnya, Adara kembali masuk ke dalam rumah. Sudah sepi, maklum sudah jam sepuluh malam.

Hendak memasuki kamar, pandangannya fokus menatap seseorang yang sedang turun tangga. Vanya dengan baju tidur satin berlengan panjang, rambut tergerai rapi, dan jalan yang begitu anggun, mau kemana dia malam-malam begini?

"Van?" Adara mendekati tangga. "Kamu mau kemana?"

"Dara, kamu kok belum tidur?" Tanya Vanya setelah sampai di dekat Adara berdiri.

"Ini mau tidur."

"Oh, aku mau jemput Elen dulu di rumah Gavin."

"Hah? Nggak, ayo aku antar kamu ke kamar. Ini udah malam."

"Tapi Dara, Elen udah nunggu aku."

"Besok Elen kesini, kamu tenang aja. Sekarang, Ayo kita ke kamar. Malam ini aku temenin kamu tidur, gimana?"

Adara menuntun Vanya kembali naik ke lantai atas. Malam ini mereka tidur bersama di satu kasur seperti semasa kecil.

"Dara, bener kan besok Gavin nganter Elen kesini?" Tanya Vanya memastikan. Dia masih ragu, takut tadi hanya sebagai kalimat penenang.

"Bener Onya. Kalau aku sampai bohong, kamu boleh kok marahin aku."

Vanya tidur menyamping menghadap ke arah Adara. Kepala wanita itu menggeleng pelan. Dia mempercayai Adara lebih dari pada mempercayai orang tuanya sendiri.

"Terima kasih Adara," Vanya bergerak mendekati Adara yang tidur menghadap ke langit kamar. Tanpa aba-aba, Vanya peluk tubuh sahabatnya itu sambil mengucap terima kasih tanpa henti.

Hari yang bertambah gelap membuat mereka tertidur dengan posisi kepala Vanya dan Adara menyatu di atas bantal. Mereka memang sedekat ini sejak dulu.

Belum lagi bagi Adara, Vanya itu adek kecil yang harus di jaga. Makannya dia begitu sayang dan menjaga Vanya apalagi setelah tahu tentang kejadian kurang lebih 3 tahun itu.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang