PART 38

65K 4.2K 274
                                    

"Ngomong apa aja ke Vanya?" Todong Clara tajam.

Kini mereka tengah menikmati sarapan. Baru saja Charles selesai menyuapi Vanya dan menenangkan anak itu. Namun di meja makan, Clara malah menodongnya seakan dia membawa pengaruh buruk untuk anaknya sendiri.

"Cuma bantu Vanya sarapan. Lagian kenapa kamu jadi sekeras ini sama dia?" Heran Charles dengan pemikiran istrinya.

"Gak ada yang tahu, Charles," Clara menaikkan kedua bahunya. "Siapa tahu kamu berniat mengusir Vanya lagi?"

"Aku harap kamu paham sama penjelasan ku soal kejadian itu."

"Siapa yang gak paham? Tanpa kamu jelasin pun udah jelas kok. Kamu malu dan tega mengusir anak sendiri karena menganggap anak itu aib," Sindir Clara sengit. Ia benci Charles kalau disuruh mengingat kejadian lalu.

"Fine, dari pada nekat menculik anaknya disaat ada anak lain yang masih membutuhkannya?" Sahut Charles biasa. Terserah Clara sudah memaafkannya atau belum. Namun untuk sindiran dia tak mau kalah.

Cara Clara begini bukan memperbaik susasana. Yang ada malah Vanya jadi membenci Clara. Padahal harusnya yang Vanya benci adalah Charles.

Sebenarnya, Charles lumayan takut kepada Clara sejak beberapa tahun belakang ini. Entahlah, mentalnya selalu lebih ciut kalau sedang adu mulut dengan perempuan itu.

Namun di permasalahan ini, dia akan lebih membela Vanya habis-habisan dari pada Clara. Itu jelas sebab disini istrinya salah.

"Kalau kesalahanku membawa Vanya tanpa membawa Elen juga, maka baik aku mengaku salah. Tapi aku tak melihat cucu kita saat itu," Ucap Clara sendu. Benar, seandainya Elen ada disana, pasti juga Clara bawa.

Cucu kita?

Charles terkekeh, yakin seorang Clara mengakui Elen cucunya?

"Kalau kamu mengakui keberadaan Elen kalimat tertinggal atau sejenisnya itu pasti tak akan lupa."

Prang.

Clara meletakkan kasar sendok serta garpu nya di atas piring. Ia sebal Charles menyalahkannya terus padahal Clara sudah berusaha mengakui kesalahannya. Nggak munafik, siapa yang tidak kesal kalau seperti ini?

"Mana hp ku? Aku harus memastikan sesuatu," Pinta Charles lembut.

•••••

"Iya, Om, kenapa?"

"Om denger waktu Vanya di bawa paksa sama Clara, kamu masih ada di sana?"

"Masih, Vanya sendiri apa kabar? Maaf Gavin lupa nanyain dari semalam."

"Gak apa. Kabar Vanya sejauh ini baik. Walau semalam sempet marah-marah cariin Elen terus. Oh ya, kamu masih di desa?"

"Nggak, aku udah pulang. Aku juga bawa Elen ke mansion."

"Good. Setelah ini kita atur jadwal buat pertemukan Vanya dan Elen. Aku rasa Vanya harus bertemu dengan putrinya," Dari seberang sana, Gavin mengangguk.

Charles menghembuskan nafas. Banyak sekali yang ingin ia sampaikan dan pertanyakan. Tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

"Kalo Elen gak capek, hari ini aku mau ajak dia jalan-jalan. Kondisi Vanya gimana? Bisa buat ketemu sekarang apa atur waktu besok aja?"

"Barusan Om dari kamar Vanya. Dia melamun terus. Habis itu, makan siangnya juga gak dimakan."

"Aku boleh minta tolong gak, Om?"

"Apa?"

"Nanti ada paket, aku sengaja beliin paket itu buat Vanya. Nah tugas Om cuma bantuin Vanya login-login apa yang di perluin."

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now