PART 17

98.9K 4.6K 59
                                    

"N-nenek, k-kita ka-kapan pu-pulang-nya?" Tanya Elen duduk di atas brankar sambil bermain boneka unicorn yang Bevan belikan.

Ayumi yang sedang membereskan pakaian-pakaian Elen dan Vanya selama di rumah sakit ini terhenti. Dia tersenyum lalu duduk di sebelah Elen.

"Habis ini kita pulang. Elen gak sabar pulang ya? Dari tadi tanya terus," Ucap Ayumi diangguki semangat oleh Elen.

"I-iya!! Aku ka-kangen ka-kakak El," Ungkap Elen membuat tangan Ayumi bergerak mengelus pucuk kepala cucunya.

"Sebelum nenek kesini, kakak El nanyain kamu terus. Dia bilang, Nek, kapan Elen pulang? Nek, kapan El bisa main sama Elen lagi? Nek, kok sampe sekarang Elen belum pulang? El kangen sama Elen deh kayaknya." Ujar Ayumi.

"Y-ya udah, ha-hari i-ini kita p-pu-pulang a-ja yu-yuk!"

"Boleh, kita tunggu Mama sama dokter buat ngecek Elen untuk yang terakhir kalinya, oke?" Ucap Ayumi, lagi-lagi Elen mengangguk dengan semangat.

Anak itu memang lebih bersemangat dari pada Vanya atau Ayumi. Tapi ketika dia merasa tersakiti, pasti semangatnya langsung berubah menjadi tangisan maut.

"Permisi, benar kamarnya Elen?" Tanya seorang wanita paruh baya membuka tirai yang berisi brankar milik Elen tanpa meminta izin terlebih dulu.

Ayumi terkejut, ia menoleh ke belakang lalu menghampiri orang tersebut. Tak lupa pula dia mengulas senyum kepada orang itu.

"Iya, ini kamar Elen. Maaf anda siapa ya?" Pasalnya wanita itu terlihat bukan seperti suster ataupun dokter.

"Saya Clara, ibu kandungnya Vanya."

Deg.

"Ma-mari, silahkan masuk. Vanya-nya lagi keluar sebentar mungkin bisa ditunggu beberapa menit lagi," Ayumi berusaha mengontrol diri.

Clara mengulas senyum semanis mungkin, ia mengangguk lalu masuk ke dalam. Ekspresi pertama kali saat Clara melihat orang yang terduduk di atas brankar adalah takut, cemas, senyum paksa.

"Hai? Namanya Elen ya?" Ucap Clara kepada Elen.

Gadis kecil itu tak berani mendongak ke lawan bicaranya. Ayumi yang paham pun langsung mendekati Elen dari sisi lain.

"Em, Elen kalau sama orang baru takut," Kata Ayumi dapat dimengerti oleh Clara. Dirinya kan orang baru.

Kalau berbicara soal hati, tentu saja Clara sakit hati. Bagaimana tidak? Cucunya lebih dekat dengan orang lain dibanding nenek kandungnya sendiri.

"Maaf, kalau boleh tahu, kamu siapanya Vanya?" Tanya Clara setelah hening beberapa saat.

"Saya wanita yang merawat Vanya sejak 5 tahun lalu," Jujur Ayumi dengan Elen di pelukannya.

"Terima kasih--"

"Ucapan terima kasih tidak diperlukan dalam masalah ini, Mbak. Saya ikhlas lahir batin mengambil serta merawat Vanya sampai anaknya sebesar ini," Jelas Ayumi merasa kalau Clara ingin mengambil Vanya dan Elen kembali.

"Saya mengerti. Tapi sebagai ibu yang telah melahirkan Vanya, saya sangat amat berterima kasih atas segalanya di lima tahun ini," Ucap Clara.

"Loh kok tirai nya ke buka? Ibu sama Elen lagi ap--Mama?" Kedua mata Vanya membola.

Dia sangat terkejut dengan kehadiran Clara disini. Ia juga sempat menoleh ke arah Elen yang sedang ketakutan hingga memeluk erat Ayumi.

"Vanya," Panggil balik Clara.

"Mama kok ada disini?" Tanya Vanya tak berbobot.

Clara punya kaki, punya kendaraan, ya masa gak bisa kesini?

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang