PART 8

102K 5.1K 37
                                    

"MAMA!!"

Perempuan itu melerai Mamanya yang sedari tadi memukuli sang adik secara membabi buta. Awalnya memang agak sulit, tapi akhirnya Mamanya berhasil dipisahkan.

Dipeluk lah wanita yang berperan sebagai Ibu dalam hidupnya itu. Sambil memeluk ibunya dari belakang, perempuan itu menatap tajam sang adik.

"Tenang, Ma... Bibir sama hidung Gavin udah berdarah," Ucapnya menenangkan sang ibu.

"KARA, HARUSNYA KAMU GAK LARANG MAMA BUAT BUNUH DIA!" Ucap Berlin dengan emosi masih meluap.

Caramella Maldeva, Kakak perempuan dari Aditya Gavin Maldeva yang sangat sabar menghadapi seluruh anggota keluarganya. Kalau gak ada Kara, bisa hancur keluarga itu malam ini juga.

"BIBI!!! BI!!" Teriak Kara memanggil art yang bekerja di mansion ini.

"Iya non, ada apa?" Dua art datang bersamaan.

"Tolong bawa mama ke kamar. Ambilin air juga, kayaknya Mama lagi shock."

Dua art itu mengangguk. Mereka memapah Berlin menuju kamar milik Berlin. Baru setelah itu Kara menyiapkan diri bertanya tentang apa yang terjadi kepada Mamanya.

Kara menarik tangan Gavin agar duduk di sofa ruang tamu itu bersamanya. Mereka duduk bersebelahan. Sebelum bertanya, Kara mengobati luka-luka Gavin terlebih dulu.

"Harusnya lo biarin Mama bunuh gue," Lirih Gavin dengan pandangan kosong. Lukanya diobati saja Gavin tidak merasa perih. Saking mati rasanya.

"Buat masalah apa lo sampe Mama marah besar kayak tadi?"

"Ngerusak cewek."

Kara terkekeh, sepele banget? Kayaknya enggak mungkin deh. Karena kalau ngerusak cewek, Berlin tak akan semarah itu. Toh mainan Gavin dari dulu juga ngerusak cewek di club.

Bukan ngerusak yang merawanin cewek ya. Maksudnya tuh kayak Gavin main jalang gitu.

"Bohong lo," Semprot Kara menekan lebam di area bibir Gavin.

"Sakit goblok!" Gavin menonyor dahi kakaknya.

"Makannya jujur," Paksa Kara.

"Gue udah jujur. Gue ngerusak cewek."

"Gak mungkin itu doang. Pasti ada kelanjutannya."

"Ceweknya hamil."

Sontak saja Kara menghentikan acara membersihkan lukanya untuk Gavin. Lagi pula udah bersih sih.

"Lo ngehamilin jalang?"

"Bukan anjing. Gak sudi gue sampai ngehamilin jalang," Ujar Gavin malas.

"Ya terus? Yang bener dikit kek kalo gue tanya!" Kesal Kara karena dari tadi Gavin hanya mengatakan itu-itu saja.

"Waktu SMA gue ngerusak cewek. Dia hamil. Terus gue suruh dia gugurin janinnya, dan sekarang gue gak tahu dimana cewek itu. Kenapa gue gak tahu? Karena pertama, keluarga dia gak jelas. Kedua, habis gue suruh dia gugurin janinnya, dia bolos 2 minggu berakhir di DO sama sekolah."

"Bangsat," Respon Kara. Ingin juga rasanya dia memukul, menampar, mengasari Gavin kalau seperti ini ceritanya.

"Mau tampar gue? Gantian tampar pipi kanan dong. Merah sebelah nih."

Disaat seperti ini bisa-bisanya Gavin masih bercanda. Kara tersenyum penuh arti, Gavin mengernyit sebagai tanda tanya. Kakaknya ini unik, dia bisa tiba-tiba senyum, namun dibalik senyumnya, dia juga bisa tiba-tiba...

PLAK!

Menampar pipi kanan Gavin keras sesuai permintaan anak itu sendiri.

"Keras juga tamparan lo," Apresiasi Gavin.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang