PART 16

99.4K 4.5K 35
                                    

"Vanya?" Bingung Bevan. "Vanya siapa? Pacarmu, Vel?"

Marvel menggeleng, ia lebih mendekat ke arah mereka.

"Vin," Panggilnya kepada Gavin yang sedari tadi menatapnya dengan perasaan campur aduk.

"Lo harus liat dia sih. Katanya lo mau ketemu sama dia?" Lanjut Marvel mengabaikan kebingungan Bevan.

Bevan menatap Marvel, lalu pindah menatap adiknya, begitu saja terus sampai ia mengetahui titik terang. Lalu ditempat, Gavin diam memikirkan apakah Marvel tidak sedang halu?

"Lo... Ketemu sama dia?" Tanya Gavin, Marvel mengangguk kecil. "Shit."

"Vel, lo gak usah ngada-ngada!" Sentak Acel.

"Gue gak ngada-ngada, Cel!" Balas Marvel.

"Kalian ngomongin apa sih?" Tanya Bevan berkerut kening.

"Cewek yang lagi Gavin cari ada disini, Kak," Ucap Acel.

"Hah?" Beo Bevan.

"Emangnya lo ketemu dimana?" Tanya Acel kepada Marvel. Siapa yang percaya sama laki-laki bermata minus kayak Marvel ini? Ada sih, Acel kayaknya percaya.

"Gue ketemu di sekitaran taman. Tapi ya cuma lihat dari jauh gitu. Dia juga b-bawa anak kecil," Ucap Marvel ragu. Tidak mungkin kan itu anaknya Gavin? Kalau apa yang tadi Marvel lihat benar semua, fuck lah. Dia bakal shock seada-adanya.

"Anak kecil?" Ulang Acel, Marvel mengangguk.

Beberapa detik kemudian, Marvel menatap Bevan penuh selidik. Dia sekarang mencurigai Bevan sebagai kakaknya Gavin, bukan dokter.

"Kak, lo tadi sempet ngobrol berdua sama mereka." Ceplos Marvel membuat seluruh pasang mata menatap ke arah Bevan.

"Hah?" Lagi-lagi Bevan membeo. "Aku gak punya pasien yang namanya Vanya. Eh bener kan tadi, Vanya-Vanya gitu?"

Marvel tetap tidak mempercayai apa yang laki-laki itu ucapkan. Kakaknya Gavin ini banyak sekali alasannya.

"Kak, kita lagi serius loh. Kakak beneran gak punya pasien yang namanya Vanya?" Tanya Acel benar-benar berharap.

Sebelum menjawab, pandangan mata Bevan menoleh kebawah menatap Gavin. Anak itu masih terbaring lemah di atas brankar VIP ruangan ini.

Bevan baru saja menarik kesimpulan dari kabar yang Marvel bawa. Dia memang tidak punya pasien yang bernama Vanya. Tapi Ibu dari pasiennya ada yang bernama Vanya. Terkahir, memang sebelum kesini Bevan sempat menemui Vanya di taman.

Tau kan apa yang Bevan simpulkan sekarang?

"Nama cewek yang lo perkosa sampai hamil itu siapa?" Tanya Bevan kepada Gavin.

"Lavanya Onella Zayden," Ucap Gavin dengan susah payah sebab lebam-lebam di bibir.

Dibawah brankar, tangan Bevan terkepal erat. Jadi benar pasiennya itu keponakannya? Bevan tersenyum miris. Emang pada dasarnya Gavin itu brengsek.

Sebelum membenarkan lebih lanjut, Bevan harus memastikan satu hal terlebih dulu. Itu juga harus tanpa Gavin dan teman-temannya sadari.

"Pasienku punya wali, namanya Vanya. Tapi bukan Vanya yang kalian cari," Ucap Bevan bohong. Tapi belum 100% juga Bevan percaya kalau Vanya itu adalah Vanya yang adiknya cari belakangan ini.

"Sumpah? Kak, lo gak lagi bohong kan?" Ucap Marvel yang sejak awal sudah penuh harap.

"Buat apa aku bohong sama kalian? Buang-buang waktu aja."

"Tapi gue tetep mau cari dia."

Acel yang nekat pun bergegas keluar kamar inap Gavin. Hal itu disusul Farel sebab tahu pacarnya akan benar-benar semaunya sendiri kalau mengenai Vanya, sahabatnya yang tiba-tiba hilang.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now