PART 35

74.9K 4.6K 336
                                    

"ELEN! ELEN!" Sampai kembali di rumah Vanya, Gavin terus memanggil nama Elen.

Dia mencari putrinya ke samping rumah, belakang rumah, bahkan nekat masuk ke dalam rumah, tapi gak ada Elen-nya. Gavin menyisir rambut kebelakang.

"Gue cari di dapur juga gak ada Vin," Marvel menghampiri Gavin ke dalam.

"Ini hari apa sih anjing?!" Sengit Gavin. Rasanya ia ingin menyalahkan apapun yang ada disekitarnya. Termasuk hari, jam, dan takdir.

"Sabtu," Jawab Marvel enteng.

"Gak peduli!! Ayo bantu gue cari Elen lagi."

Hendak pergi mencari Elen keliling kampung, seseorang memanggil Gavin dengan embel-embel Papa. Suaranya terbata karena menangis sesenggukan.

"Hiks P-pa, Mama ke-ma-mana?" Isak Elen dalam gendongan Ayumi.

"Sayang," Gavin mendatangi mereka di depan sana. Ia mengambil Elen karena tahu itu sangat memberatkan Ayumi yang sudah lanjut usia.

"Hei? Jangan nangis cantik," Gavin hapus air mata Elen perlahan.

"M-mama g-gak a-da di ru-rumah," Adunya masih sambil menangis.

"Iya nak, Vanya kemana? Ibu sempat cari dia di dalam rumah tapi gak ada," Tanya Ayumi khawatir.

"Vanya dibawa sama Mamanya," Jawaban Gavin membuat Ayumi spontan memegang dada.

Marvel yang panik pun punya reflek menopang kedua bahu Ayumi. Takut kalau Ayumi jatuh sebab tangan Gavin sibuk memegang Elen.

"Ke-kenapa gak bilang sama Ibu? Padahal kalau Ibu tahu, Ibu tidak akan melarang Vanya pulang ke rumah keluarga aslinya," Ucap Ayumi merasa hatinya begitu sakit.

"Ceritanya panjang, Bu. Vel, bantu gue bawa Ibu ke dalam dong," Pinta Gavin lalu mereka semua masuk ke dalam rumah itu.

Ibu Ayumi duduk dengan badan yang sangat lemas. Kepergian Vanya begitu tiba-tiba. Apalagi Vanya pergi tanpa membawa Elen. Ayumi takut Elen terus mencari keberadaan Mamanya.

"Bagaimana bisa Vanya pergi tanpa sepengetahuan Elen?" Pandangan Ayumi kosong menatap bawah.

Marvel yang tidak betah dengan keadaan seperti ini pun menggaruk-garuk tengkuk yang tidak terasa gatal sama sekali. Baru ini Marvel duduk di atas tikar, kayak kotor lagi tikar-nya.

Bukan kayak, tapi emang kotor gak sih? Batin Marvel berusaha tenang di era badannya sudah merinding.

"Pa, Mama pe-pergi?" Tanya Elen dipangkuan Gavin. Anak kecil itu tak mau beranjak dari sana.

"Sementara ini, Elen sama Papa dulu ya?" Tidak ada balasan dari Elen. Gavin eratkan tangan memeluk tubuh kecil putrinya.

"Vanya tadi sempat pingsan. Saya tahu dia sudah terlalu lelah dan lemah. Makannya ketika dia pingsan, saya gak terlalu terkejut," Lanjut Gavin mulai bercerita kepada Ayumi.

"Kesalahan saya adalah tidak membawa Vanya lepas dari pelukan Mamanya. Jadi, mereka membawa Vanya ke rumah sakit dan mungkin akses kita ketemu Vanya jadi lebih susah."

Sedih, Ayumi jelas sedih mendengar hal itu. Tapi sekali lagi, ia tak punya hak melarang Vanya pergi dari rumah tua ini.

Tatapan Ayumi beralih menatap Elen. Anak itu tertidur di pangkuan Gavin. Sejenak, Ayumi mengulas senyum kecil. Betapa damainya dia tidur.

"Terus Elen gimana?" Tanya Ayumi setelahnya. "Elen gak biasa jauh dari Vanya."

"Niat saya, setelah ini saya mau bawa Elen dan Ibu ke kota. Mungkin dengan begitu kita bisa ketemu sama Vanya lagi."

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang